Berikut ini beberapa kesalahan berbahasa yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari;
1.
Mistake (salah)
Merupakan penyimpangan struktur lahir yang terjadi karena penutur tidak mampu menentukan pilihan penggunaan ungkapan yang terjadi situasi dengan situasi yang ada.
Mistake/ kekeliruan, terjadi ketika seorang pembelajar tidak secara konsisten melakukan penyimpangan dalam berbahasa. Kadang-kadang pembelajar dapat mempergunakan kaidah/norma yang benar tetapi kadang-kadang mereka membuat kekeliruan dengan mempergunakan kaidah/norma dan bentuk-bentuk yang keliru.
Contoh :
• ”Rasanya panas. Kalau malam tidur di kamar, harus pakai kipas terus,” kata Nining.
Analisis : Kalimat rasanya panas untuk menggambarkan situasi udara yang panas adalah kurang tepat atau dapat dikatakan adanya kekurangtepatan penggunaan ungkapan terhadap situasi tersebut. Maka dari itu kalimat tesebut masuk dalam mistake. Seharusnya ungkapan tersebut meggunakan ungkapan ” Udaranya panas” agar lebih tepat.
• Dengan amblesnya tanggul tersebut, saat ini permukaan lumpur yang.....
Analisis : penggunaan kata ambles dalam konteks tersebut adalah kurang tepat. Ungkapan tersebut masih sangat terpengaruh bahasa jawa.
Merupakan penyimpangan struktur lahir yang terjadi karena penutur tidak mampu menentukan pilihan penggunaan ungkapan yang terjadi situasi dengan situasi yang ada.
Mistake/ kekeliruan, terjadi ketika seorang pembelajar tidak secara konsisten melakukan penyimpangan dalam berbahasa. Kadang-kadang pembelajar dapat mempergunakan kaidah/norma yang benar tetapi kadang-kadang mereka membuat kekeliruan dengan mempergunakan kaidah/norma dan bentuk-bentuk yang keliru.
Contoh :
• ”Rasanya panas. Kalau malam tidur di kamar, harus pakai kipas terus,” kata Nining.
Analisis : Kalimat rasanya panas untuk menggambarkan situasi udara yang panas adalah kurang tepat atau dapat dikatakan adanya kekurangtepatan penggunaan ungkapan terhadap situasi tersebut. Maka dari itu kalimat tesebut masuk dalam mistake. Seharusnya ungkapan tersebut meggunakan ungkapan ” Udaranya panas” agar lebih tepat.
• Dengan amblesnya tanggul tersebut, saat ini permukaan lumpur yang.....
Analisis : penggunaan kata ambles dalam konteks tersebut adalah kurang tepat. Ungkapan tersebut masih sangat terpengaruh bahasa jawa.
2.
Selip
Merupakan penyimpangan bentuk lahir karena beralihnya pusat perhatian topik pembicaraan secara sesaat (kelelahan bisa menimbulkan selip bahasa). Dengan demikian selip bahasa terjadi secara tidak disengaja.
Kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh lapses tidak memiliki implikasi paedagogis yang berbahaya. Lapse, selip lidah, diartikan sebagai bentuk penyimpangan yang diakibatkan karena pembelajar kurang konsentrasi, rendahnya daya ingat atau sebab-sebab lain yang dapat terjadi kapan saja dan pada siapa pun.
Contoh :
• ” Menjual barang tidak bisa memaksa orang membeli,” ujar Fauzi Aziz
Analisis : Selip bahasa terjadi pada kalimat tersebut. Selip terjadi karena kekurangtepatan kalimat yang digunakan yaitu kata yang diucapkan kurang. Seharusnya kata tersebut mendapat tambahan satu kata lagi agar tidak termasuk dalam selip bahasa. Kata yang dimaksud adalah kata untuk. Akan menjadi tidak selip ketika diucapkan ” Menjual barang tidak bisa memaksa orang untuk membeli,”...
Merupakan penyimpangan bentuk lahir karena beralihnya pusat perhatian topik pembicaraan secara sesaat (kelelahan bisa menimbulkan selip bahasa). Dengan demikian selip bahasa terjadi secara tidak disengaja.
Kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh lapses tidak memiliki implikasi paedagogis yang berbahaya. Lapse, selip lidah, diartikan sebagai bentuk penyimpangan yang diakibatkan karena pembelajar kurang konsentrasi, rendahnya daya ingat atau sebab-sebab lain yang dapat terjadi kapan saja dan pada siapa pun.
Contoh :
• ” Menjual barang tidak bisa memaksa orang membeli,” ujar Fauzi Aziz
Analisis : Selip bahasa terjadi pada kalimat tersebut. Selip terjadi karena kekurangtepatan kalimat yang digunakan yaitu kata yang diucapkan kurang. Seharusnya kata tersebut mendapat tambahan satu kata lagi agar tidak termasuk dalam selip bahasa. Kata yang dimaksud adalah kata untuk. Akan menjadi tidak selip ketika diucapkan ” Menjual barang tidak bisa memaksa orang untuk membeli,”...
3.
Silap
Merupakan penyimpangan bentuk lahir dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa. Faktor yang mendorong timbulnya kesilapan adalah faktor kebahasaan yang mengikuti pola-pola tertentu.
Contoh :
• ”Semuanya sudah empat kali kejadian sama dengan yang sekarang ini.”
Analisis : Kalimat tersebut mengalami silap bahasa karena dalam kalimat tersebut terdapat kesalahan struktur dan kaidah kalimat dalam bahasa Indonesia yang benar. Kalimat tersebut akan bisa dikatakan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar jika ” Semuanya sudah empat kali terjadi, termasuk yang sekarang ini.
• Lokasi kejadian jauh dari permukiman warga, ....
Analisis : Kata permukiman dalam kalima tersebutmengalami silap bahsa. Silap dalam kaliamt tersebut kemungkinan terjadi karena kekurangpahaman akan kaidah bahasa Indonesia yang benar. Seharusnya kata permukiman diganti dengan kata pemukiman agar kalimat tersebut menjadi kalimat yang benar atau tidak silap.
• Ayah dua anak itu seakan tidak memedulikan lumpur gas yang mnenyembur sekitar 20 meter dari warungnya.
Analisis : Kata dalam kalimat tersebut ada yang mengalami silap bahasa. Kata memedulikan tersebut seharusnya tidak digunakan dan diganti dengan kata memperdulikan.
Merupakan penyimpangan bentuk lahir dari struktur baku yang terjadi karena pemakai belum menguasai sepenuhnya kaidah bahasa. Faktor yang mendorong timbulnya kesilapan adalah faktor kebahasaan yang mengikuti pola-pola tertentu.
Contoh :
• ”Semuanya sudah empat kali kejadian sama dengan yang sekarang ini.”
Analisis : Kalimat tersebut mengalami silap bahasa karena dalam kalimat tersebut terdapat kesalahan struktur dan kaidah kalimat dalam bahasa Indonesia yang benar. Kalimat tersebut akan bisa dikatakan kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar jika ” Semuanya sudah empat kali terjadi, termasuk yang sekarang ini.
• Lokasi kejadian jauh dari permukiman warga, ....
Analisis : Kata permukiman dalam kalima tersebutmengalami silap bahsa. Silap dalam kaliamt tersebut kemungkinan terjadi karena kekurangpahaman akan kaidah bahasa Indonesia yang benar. Seharusnya kata permukiman diganti dengan kata pemukiman agar kalimat tersebut menjadi kalimat yang benar atau tidak silap.
• Ayah dua anak itu seakan tidak memedulikan lumpur gas yang mnenyembur sekitar 20 meter dari warungnya.
Analisis : Kata dalam kalimat tersebut ada yang mengalami silap bahasa. Kata memedulikan tersebut seharusnya tidak digunakan dan diganti dengan kata memperdulikan.
4.
Kalimat Rancu
Adalah kalimat yang struktur atau bagianya ada yang rancu atau tidak sesuai penempatanya.
Contoh :
• Pemerintah pun mulai menggaungkan dukungan kepada industri kreatif.
Analisis : Kata menggaungkan secara makna kurang tepat atau rancu jka diterapakan dalam kalimat tersebut. Kata menggaungkan tersebut dapat diganti dengan kata ” menyampaikan, menyerukan dsb.”
• Jalan Raya Porong yang terletak bersebelahan di sisi barat tanggul kolam lumpur terus menurun hingga 80 sentimeter sejak ditinggikan September 2008.
Analisis : Kalimat tersebut memiliki struktur yang rancu dan kurang bisa dipahami.
Adalah kalimat yang struktur atau bagianya ada yang rancu atau tidak sesuai penempatanya.
Contoh :
• Pemerintah pun mulai menggaungkan dukungan kepada industri kreatif.
Analisis : Kata menggaungkan secara makna kurang tepat atau rancu jka diterapakan dalam kalimat tersebut. Kata menggaungkan tersebut dapat diganti dengan kata ” menyampaikan, menyerukan dsb.”
• Jalan Raya Porong yang terletak bersebelahan di sisi barat tanggul kolam lumpur terus menurun hingga 80 sentimeter sejak ditinggikan September 2008.
Analisis : Kalimat tersebut memiliki struktur yang rancu dan kurang bisa dipahami.
5.
Kalimat Ambigu
Merupakan kalimat yang memiliki makna lebih dari satu/ membingungkan/ ambigu.
Contoh :
• Menurut Emi, salah seorang pemilik ruko yang terbakar, gudang oli itu mulai beroperasi sejak dua tahun lalu.
Analisis : Kalimat tersebut merupakan kalimat yang ambigu atau menimbulkan tafsir ganda. Letak keambiguan dari kalimat tersebut adalah kita dapat menafsirkan makna kalimat tersebut dalam dua versi makna yaitu Emi ikut terbakar atau Emi hanyalah salah seorang dari pemilik ruko yang ikut terbakar.
• Muncul ikhtiar untuk mengedepankan produk-produk budaya dan berbasis teknologi, memvisualisasikanya kepada masyarakat banyak melalui pameran.
Analisis : Kalimat tersebut memiliki makna ganda atau ambigu. Keambiguan tersebut dapat kita rasakan ketika memaknai kalimat tersebut.
memvisualisasikanya kepada masyarakat / banyak melalui pameran.
memvisualisasikanya kepada masyarakat banyak / melalui pameran.
Merupakan kalimat yang memiliki makna lebih dari satu/ membingungkan/ ambigu.
Contoh :
• Menurut Emi, salah seorang pemilik ruko yang terbakar, gudang oli itu mulai beroperasi sejak dua tahun lalu.
Analisis : Kalimat tersebut merupakan kalimat yang ambigu atau menimbulkan tafsir ganda. Letak keambiguan dari kalimat tersebut adalah kita dapat menafsirkan makna kalimat tersebut dalam dua versi makna yaitu Emi ikut terbakar atau Emi hanyalah salah seorang dari pemilik ruko yang ikut terbakar.
• Muncul ikhtiar untuk mengedepankan produk-produk budaya dan berbasis teknologi, memvisualisasikanya kepada masyarakat banyak melalui pameran.
Analisis : Kalimat tersebut memiliki makna ganda atau ambigu. Keambiguan tersebut dapat kita rasakan ketika memaknai kalimat tersebut.
memvisualisasikanya kepada masyarakat / banyak melalui pameran.
memvisualisasikanya kepada masyarakat banyak / melalui pameran.
6.
Adopsi
Adalah mengambil semuanya dengan tidak mengurangi dan tidak menambahi.
Contoh :
• Amblesnya tanggul setinggi 11 meter itu......
Analisis : Kata meter merupakan kata yang diadopsi dari kata dalam bahasa inggris, yaitu meter.
• Menyusul tertangkapnya imigran asal Iran dan pakistan.
Analisis : Kata imigran merupakan kata hasil adopsi dari kata asing. Pengambilan yang dilakukan pada kata tersebut dilakukan secara utuh yaitu imigran.
• Kekurangan biaya sebagai dampak krisis keuangan global. .......
Analisis : Kata global adalah kata yang diadopsi dari kata dalam bahasa inggris. Kata tersebut diambil secara utuh untuk menyebutkan maksud yang sama.
Adalah mengambil semuanya dengan tidak mengurangi dan tidak menambahi.
Contoh :
• Amblesnya tanggul setinggi 11 meter itu......
Analisis : Kata meter merupakan kata yang diadopsi dari kata dalam bahasa inggris, yaitu meter.
• Menyusul tertangkapnya imigran asal Iran dan pakistan.
Analisis : Kata imigran merupakan kata hasil adopsi dari kata asing. Pengambilan yang dilakukan pada kata tersebut dilakukan secara utuh yaitu imigran.
• Kekurangan biaya sebagai dampak krisis keuangan global. .......
Analisis : Kata global adalah kata yang diadopsi dari kata dalam bahasa inggris. Kata tersebut diambil secara utuh untuk menyebutkan maksud yang sama.
7.
Terjemahan
Adalah interpretasi makna suatu teks dalam suatu bahasa ("teks sumber") dan penghasilan teks yang merupakan padanan dalam bahasa lain ("teks sasaran" atau "terjemahan") yang mengkomunikasikan pesan serupa. Terjemahan harus mempertimbangkan beberapa batasan, termasuk konteks, aturan tata bahasa, konvensi penulisan, idiom, serta hal lain antar kedua bahasa.
Secara tradisional terjemahan merupakan suatu kegiatan manusia, walaupun banyak upaya telah dilakukan untuk mengotomatisasikan penerjemahan teks bahasa alami (terjemahan mesin, machine translation) atau menggunakan komputer sebagai alat bantu penerjemahan (penerjemahan berbantuan komputer, computer-assisted translation).
Mungkin kesalahpengertian utama mengenai penerjemahan adalah adanya suatu hubungan "kata-per-kata" yang sederhana antara dua bahasa apa pun, dan karena itu penerjemahan sering dianggap langsung dan merupakan suatu proses mekanis. Pada kenyataannya, perbedaan historis antar bahasa sering memberikan perbedaan ekspresi antar keduanya.
Contoh :
• Pencuri telepon genggam itu akhirnya diserahkan kepada polisi setelah dihajar warga.
Analisis : Kata telepon genggam merupakan bentuk terjemahan. Dikatakan bentuk terjemahan karena kata tersebut didapat dari menerjemahkan kata hand phone (telepon tangan/genggam) yang merupakan kata aslinya.
Adalah interpretasi makna suatu teks dalam suatu bahasa ("teks sumber") dan penghasilan teks yang merupakan padanan dalam bahasa lain ("teks sasaran" atau "terjemahan") yang mengkomunikasikan pesan serupa. Terjemahan harus mempertimbangkan beberapa batasan, termasuk konteks, aturan tata bahasa, konvensi penulisan, idiom, serta hal lain antar kedua bahasa.
Secara tradisional terjemahan merupakan suatu kegiatan manusia, walaupun banyak upaya telah dilakukan untuk mengotomatisasikan penerjemahan teks bahasa alami (terjemahan mesin, machine translation) atau menggunakan komputer sebagai alat bantu penerjemahan (penerjemahan berbantuan komputer, computer-assisted translation).
Mungkin kesalahpengertian utama mengenai penerjemahan adalah adanya suatu hubungan "kata-per-kata" yang sederhana antara dua bahasa apa pun, dan karena itu penerjemahan sering dianggap langsung dan merupakan suatu proses mekanis. Pada kenyataannya, perbedaan historis antar bahasa sering memberikan perbedaan ekspresi antar keduanya.
Contoh :
• Pencuri telepon genggam itu akhirnya diserahkan kepada polisi setelah dihajar warga.
Analisis : Kata telepon genggam merupakan bentuk terjemahan. Dikatakan bentuk terjemahan karena kata tersebut didapat dari menerjemahkan kata hand phone (telepon tangan/genggam) yang merupakan kata aslinya.
8.
Adaptasi
Adalah menyesuaikan bentuk maupun lafalnya. Istilah “adaptasi” merupakan bahasa itu yang ber-/di adaptasi (oleh banyak faktor: lingkungan, geografis, dsb) sehingga menyebabkan variasi-variasi baik dalam bentuk atau pemakaiannya.
Contoh :
• Bahwa produk kreatif karya anak bangsa banyak yang unik.
Analisis : Kalimat tersebut menagndung dua kata yang mengalami adaptasi dari kata asing. Kata tersebut adalah produk yang berasal dari kata product. Selain kata tersebut adaptasi juga terjadi pada kata kreatif yang di adaptasi dari kata creative.
• Ketua divisi riset....
Analisis : Kata divisi merupakan kata hasil adaptasi dari kata asing yaitu division.
• Desain Produk Industri................
Analisis : Dalam kalima tersebut kata desain merupakan kata hasil dari proses adaptasi. Kata yang merupakan dasar dari kata tersebut adalah kata Design yang diambil dari bahasa Inggris.
• Masalah kualitas dan pelayanan.....
Analisis : Kata kualitas yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut merupakan kata hasil adaptasi dari kata Quallity yang berasal dari bahasa Inggris.
• Potensi anak bangsa memang........
Analisis : Kata potensi merupakan hasil adaptasi dari kata potention yang berasal dari bahasa Inggris.
Adalah menyesuaikan bentuk maupun lafalnya. Istilah “adaptasi” merupakan bahasa itu yang ber-/di adaptasi (oleh banyak faktor: lingkungan, geografis, dsb) sehingga menyebabkan variasi-variasi baik dalam bentuk atau pemakaiannya.
Contoh :
• Bahwa produk kreatif karya anak bangsa banyak yang unik.
Analisis : Kalimat tersebut menagndung dua kata yang mengalami adaptasi dari kata asing. Kata tersebut adalah produk yang berasal dari kata product. Selain kata tersebut adaptasi juga terjadi pada kata kreatif yang di adaptasi dari kata creative.
• Ketua divisi riset....
Analisis : Kata divisi merupakan kata hasil adaptasi dari kata asing yaitu division.
• Desain Produk Industri................
Analisis : Dalam kalima tersebut kata desain merupakan kata hasil dari proses adaptasi. Kata yang merupakan dasar dari kata tersebut adalah kata Design yang diambil dari bahasa Inggris.
• Masalah kualitas dan pelayanan.....
Analisis : Kata kualitas yang terdapat dalam penggalan kalimat tersebut merupakan kata hasil adaptasi dari kata Quallity yang berasal dari bahasa Inggris.
• Potensi anak bangsa memang........
Analisis : Kata potensi merupakan hasil adaptasi dari kata potention yang berasal dari bahasa Inggris.
a.
Contoh
Kekeliruan Berbahasa
Contoh Kekeliruan Berbahasa pada Istilah
·
Abai
Kata abai acapkali memiliki arti ganda
yang keduanya memiliki pengertian bertolak belakang. Di
satu sisi kata 'abai' dapat berarti 'diindahkan', 'diikuti', 'dituruti'. Contoh
kalimat: "Anak yang baik hendaklah mengabaikan nasihat orang tua".
Akan tetapi coba simak kalimat berikut: "Trolling sering dideskripsikan
sebagai versi online dari eksperimen pelanggaran, dimana batas-batas sosial dan
aturan etiket diabaikan". Kata 'diabaikan' pada contoh kalimat kedua
berbanding terbalik dengan contoh kalimat sebelumnya.
Jika tidak yakin mengetahui arti kata
'abai', maka bisa digunakan kata 'diindahkan', diikuti', atau 'dituruti' agar
tidak terjadi pergeseran makna.
·
Absen
Absen berasal dari bahasa Inggris, absent yang artinya tidak hadir. Namun kenyataan dalam
kehidupan sehari-hari membuktikan, penggunaan kata tersebut diartikan
sebaliknya, menjadi hadir.
Di sekolah dan
kantor-kantor baik swasta maupun pemerintah, istilah buku absen
digunakan untuk memberi label buku daftar hadir. Begitu pula kartu absen,
yakni kartu yang digunakan untuk mengetahui kehadiran seseorang.
Merujuk pada arti
dalam bahasa Inggris tadi, kata absen untuk buku absen atau kartu
absen perlu diganti dengan presency card atau kartu kehadiran,
yang berasal dari bahasa Inggris, present yang artinya hadir, mempersembahkan.
Jadi sebaiknya digunakan bahasa Indonesia, misalnya kartu kehadiran atau
buku daftar hadir.
·
Agar
Supaya
Kata “agar” dan “supaya” merupakan bentuk pemakaian kata yang berlebihan.
Kata “agar” dan “supaya” merupakan bentuk pemakaian kata yang berlebihan.
Kata
“agar” dan “supaya” sama artinya, jadi penggunaan keduanya
sekaligus tidak tepat dalam struktur Bahasa Indonesia.
- Tivi atau Teve
Kata “tivi” atau “teve” merupakan kekeliruan yang sering
terjadi saat orang menyebut televisi. Televisi yang biasa disingkat TV, sering
diucapkan sebagai “TiVi” padahal seharusnya diucapkan sebagai “TeVe”.
·
Pagelaran
Banyak orang
menuliskan kata 'pagelaran' untuk padanan kata 'penyelenggaraan' atau
'pementasan'. Sejauh manakah kata tersebut dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya? Coba kita amati pola pembentukan kata berikut ini:
tani, bertani, petani, pertanian
silat, bersilat, pesilat, persilatan
dagang, berdagang, pedagang, perdagangan
mukim, bermukim, pemukim, permukiman
gelar, bergelar, penggelar, pergelaran
silat, bersilat, pesilat, persilatan
dagang, berdagang, pedagang, perdagangan
mukim, bermukim, pemukim, permukiman
gelar, bergelar, penggelar, pergelaran
Merujuk pada pola pembentukan kata, maka
seharusnya kata 'pagelaran' perlu diganti menjadi 'pergelaran'
·
Analisis
Analisis berasal
dari kata bahasa Inggris yaitu analysis. Dalam penyerapannya ke bahasa
Indonesia, akhiran -ysis berubah menjadi -isis. Jadi, analysis diserap menjadi
analisis. Tidak menjadi analisa.
Berikut
arti analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):
ana·li·sis n
1 penyelidikan thd suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb)
untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb); 2
Man penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan
bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yg
tepat dan pemahaman arti keseluruhan; 3 Kim
penyelidikan kimia dng menguraikan sesuatu untuk mengetahui zat bagiannya dsb; 4
penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya; 5 pemecahan
persoalan yg dimulai dng dugaan akan kebenarannya;
·
Sekadar
Kata
ini sering ditulis menjadi sekedar. Mengapa sekedar salah? Ini karena tidak ada
kata kedar. Yang ada alah kata kadar. Jadi, bila awalan se- ditambahkan kepada
kata kadar, maka menjadi sekadar.
Arti
sekadar menurut KBBI:
se·ka·dar adv
1 sesuai atau seimbang dng; menurut keadaan (kemungkinan,
keperluan, dsb); sepadan (dng): ia berbicara ~ perlu dan pentingnya; 2
hanya untuk: ~ memperoleh ketepatan ejaan; semua itu ~ olok-olok; 3
seperlunya; seadanya: hal itu akan kuceritakan ~ nya
·
Silakan
Kata
silakan sering dituliskan keliru menjadi silahkan. Mengapa silahkan keliru? Ini
karena tidak ada kata silah, yang ada sila. Dengan demikian, kata sila
ditambahi akhiran -kan menjadi silakan.
Dalam
KBBI:
si·la v, si·la·kan
v sudilah kiranya (kata perintah yg halus): - duduk;
mem·per·si.la·kan v minta secara lebih hormat supaya
·
Praktik
Praktik
sering keliru ditulis menjadi praktek. Mengapa? Bahasa Indonesia menyerap kata
praktik dari bahasa Inggris yaitu practice.
Menurut
KBBI:
prak·tik n 1
pelaksanaan secara nyata apa yg disebut dl teori: teorinya mudah, tetapi —
nya sukar; 2 pelaksanaan pekerjaan (tt dokter, pengacara,
dsb): – dokter dibuka mulai pukul 15.00; 3 perbuatan
menerapkan teori (keyakinan dsb); pelaksanaan: aturan itu menemui kesukaran
dl — nya;
– kandang kerja praktik yg dilakukan di perusahaan peternakan (mencakup pengelolaan, perkandangan, pemberian makan, dsb);
ber·prak·tik v melakukan (melaksanakan) pekerjaan (tt dokter, pengacara, dsb): mereka ~ selama dua minggu; ia ~ sbg seorang astrolog;
mem·prak·tik·kan v melakukan (apa yg tsb dl teori, pelajaran, dsb); melaksanakan; menunaikan: ~ teori yg telah dipelajarinya; ~ ajaran Budha
– kandang kerja praktik yg dilakukan di perusahaan peternakan (mencakup pengelolaan, perkandangan, pemberian makan, dsb);
ber·prak·tik v melakukan (melaksanakan) pekerjaan (tt dokter, pengacara, dsb): mereka ~ selama dua minggu; ia ~ sbg seorang astrolog;
mem·prak·tik·kan v melakukan (apa yg tsb dl teori, pelajaran, dsb); melaksanakan; menunaikan: ~ teori yg telah dipelajarinya; ~ ajaran Budha
·
Mengubah
Kata
ini sering keliru dituliskannya menjadi merubah atau merobah. Mengapa keliru?
Kata dasar mengubah adalah ubah.
Bila
awalan me- digabungkan dengan kata dasar yang diawali huruf vokal (a, i, u, e,
dan o) berubah menjadi meng-. Jadi, me- + ubah = mengubah.
Menurut
KBBI:
meng·ubah v
1 menjadikan lain dr semula: timbul niatnya untuk ~
kebiasaan yg buruk itu; 2 menukar bentuk (warna, rupa,
dsb): operasi telah ~ hidungnya yg pesek menjadi agak mancung;; 3
mengatur kembali: ~ susunan kalimat; ~ kata
mengingkari janji;
1.
Hubungan
Pemerolehan Berbahasa dan Kesalahan Berbahasa
Penguasaan sebuah bahasa oleh seorang anak dimulai dengan
perolehan bahasa pertama yang sering kali disebut bahasa ibu (B1). Pemerolehan
bahasa merupakan sebuah proses yang sangat panjang sejak anak belum mengenal
sebuah bahasa sampai fasih berbahasa. Setelah bahasa ibu diperoleh maka pada
usia tertentu anak lain atau bahasa kedua (B2) yang ia kenalnya sebagai
khazanah pengetahuan yang baru.
Ali
(1995:77) mengatakan bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia
sejak awal hidupnya melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat
bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungan. Hal ini menunjukkan
bahasa pertama (B1) merupakan suatu proses awal yang diperoleh anak dalam
mengenal bunyi dan lambang yang disebut bahasa.
Apabila dalam proses awal menunjukkan pemahaman dan
penghasilan yang baik dari keluarga dan lingkungan bahasa yang diperolehnya,
proses pemerolehan bahasa selanjutnya akan mendapatkan kemudahan.
Tahapan-tahapan berbahasa ini memberikan pengaruh yang besar dalam proses
pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa adalah proses pemahaman dan
penghasilan (produksi) bahasa pada diri anak melalui beberapa tahap mulai dari
meraban sampai fasih berbicara (Indrawati dan Oktarina, 2005:21).
Bahasa kedua akan dikuasai secara fasih apabila bahasa
pertama (B1) yang diperoleh sebelumnya sangat erat hubungannya (khususnya
bahasa lisan) dengan bahasa kedua tersebut. Hal itu memerlukan proses, dan
kesempatan yang banyak. Kefasihan seorang anak untuk menggunakan dua bahasa
sangat tergantung adanya kesempatan untuk menggunakan kedua bahasa itu. Jika
kesempatan banyak maka kefasihan berbahasanya semakin baik (Chaer, 1994:66).
Pemerolehan bahasa pertama (B1) sudah barang tentu mempunyai
dampak terhadapi anak untuk mendapatkan bahasa kedua (B2) yaitu bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Apa saja dampak yang kemungkinan muncul akan
penulis paparkan dalam tulisan ini.
Beragam
Bahasa Pertama (B1)
Bangsa Indonesia memiliki banyak suku, budaya, dan bahasa
dengan ragam dialek yang berbeda-beda. Oleh karena itu, wajarlah bila di suatu
sekolah (kelas rendah) terdapat berbagai bahasa ibu mengingat siswa berasal
dari berbagai latar belakang dan suku bahkan bahasa daerah yang beragam pula.
Bahasa daerah sebagai bahasa pertama dikenal anak sangat berpengaruh terhadap
pemerolehan bahasa Indonesia yang akan diperoleh anak di sekolahnya.
Adanya berbagai macam dan ragam bahasa menimbulkan masalah,
bagaimana kita menggunakan bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer, 1994:63).
Dialek atau pelafalan bahasa daerah dan ragam bahasa dalam tatanannya sebagai
bahasa lisan memiliki dampak terhadap pelafalan bahasa Indonesia yang baik dan
benar meskipun dari segi makna masih dapat diterima. Pelafalan yang nyata
sering terdengar dalam tuturan resmi berasal dari berbagai dialek bahasa di
nusantara yaitu Jawa, Batak, Sunda, Bali, Minangkabau. Dialek-dialek tersebut
akan lebih baik bila sekecil mungkin dihilangkan apalagi bila dialek itu
diselingi dengan bahasa daerah dari bahasa ibu (B1) petuturnya sehingga tidak
menimbulkan permasalahan khususnya salah penafsiran bahasa karena terdapat
bahasa daerah yang mempunyai ucapan atau pelafalan sama namun memiliki makna
yang berbeda.
Contoh:
- suwek dalam
bahasa Sekayu (Sumsel) bermakna tidak ada
- suwek dalam
bahasa Jawa bermakna sobek
- kenekdalam bahasa Batak bermakna kernet
(pembantu sopir)
- kenek dalam bahasa Jawa bermakna kena
- abang dalam
bahasa Batak dan Jakarta bermakna kakak
- abang dalam
bahasa Jawa bermakna merah
Melalui beberapa contoh itu ternyata
penggunaan bahasa daerah memiliki tafsiran yang berbeda dengan bahasa lain.
Jika hal tersebut digunakan dalam situasi formal seperti seminar, lokakarya,
simposium, proses belajar mengajar yang pesertanya beragam daerahnya akan
memiliki tafsiran makna yang beragam. Arifin dan Hadi (1989:11) menegaskan
bahwa pelafalan dan penggunaa bahasa daerah seperti bahasa Jawa, Sunda, Bali,
dan Batak dalam berbahasa Indonesia pada situasi resmi atau formal sebaiknya
dikurangi. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa daerah yang sering digunakan
sebagai bahasa ibu mempunyai dampak dalam perolehan bahasa siswa secara resmi
atau formal berupa bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dampak Pemerolehan Bahasa Ibu (B1)
Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah
mempunyai peranan dan pengaruh terhadap bahasa yang akan diperoleh anak pada
tahapan berikutnya. Sebagai contoh seorang anak yang orang tuanya berasal dari
daerah Melayu dengan lingkungan orang Melayu dan selalu menggunakan bahasa
Melayu sebagai alat komunikasi sehari-hari, maka anak itu akan mudah menerima
kehadiran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua (B2) di sekolahnya. Tuturan
bahasa pertama (B1) yang diperoleh dalam keluarga dan lingkungannya sangat
mendukung terhadap proses pembelajaran bahasa kedua (B2) yaitu bahasa
Indonesia. Hal ini sangat dimungkinkan selain faktor kebiasaan juga bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Lain halnya jika kedua orang tuanya
berasal dari daerah Jawa dengan lingkungan orang Jawa tentu dalam komunikasi
sehari-hari menggunakan bahasa Jawa akan mengalami kesulitan untuk menerima
bahasa kedua (B2) yaitu bahasa Indonesia yang dirasakan asing dan jarang
didengarnya.
Selain dua situasi di atas juga berbeda
dengan pasangan orang tua yang berasal dari daerah yang berbeda dengan bahasa
yang berbeda pula dan lingkungan yang berbeda dengan kedua bahasa orang tuanya
maka anak akan memperolah bahasa yang beraneka ragam ketika bahasa Indonesia
diperolehnya di sekolah akan menjadi masukan baru yang berbeda pula.
Untuk kasus yang ketiga dapat
dicontohkan apabila ibunya berasal dari daerah Sekayu sedangkan ayahnya berasal
dari daerah Pagaralam dan keluarga ini hidup di lingkungan orang Palembang
dalam mengatakan sebuah kata yang berarti mengapa akan diucapkan ibu ngape
(e dipaca kuat (e taling)) dalam bahasa Sekayu dan bapak dengan ucapan ngape
(e lemah (e pepet)) dalam bahasa Pagaralam dan bahasa di lingkungannya di
Palembang ngapo. Ketika anak memasuki sekolah, ia mendapatkan seorang
teman yang berasal dari Jawa mengucapkan kata ngopo yang berarti mengapa
maka bertambah lagi keanekaragaman bahasa yang diperolehnya. Seorang guru pada
jenjang sekolah pada kelas tinggi ia menjumpai kata mengapa akan merasa
kebingungan karena ada lima bahasa yang ia terima. Bagi anak yang kemampuan
kognetifnya baik atau lebih dari rata-rata ia akan bisa membedakan bahasa
Sekayu, Palembang, Pagaralam, Jawa, dan bahasa Indonesia.
Kenyataan inilah yang menjadi dampak
bagi anak ketika pemerolehan bahasa pertama yang didapatkan berpadu dengan
bahasa kedua sebagai bahasa baru untuk digunakan dalam komunikasi di jenjang
lembaga resmi atau formal.
Orang tua dan lingkungan mempunyai
andil besar terhadap pemerolehan bahasa yang akan dipejarinya di lembaga
formal. Dijelaskan dalam aliran behavioristik Tolla dalam Indrawati dan
Oktarina (2005:24) bahwa proses penguasaan bahasa pertama (B1) dikendalikan
dari luar, yaitu oleh rangsangan yang disodorkan melalui lingkungan.
Sementara Tarigan dalam Indrawati dan
Oktarina (2005:24) mengemukakan bahwa anak mengemban kata dan konsep serta
makhluk social. Tarigam memadukan bahwa konsep pemerolehan belajar anak berasala
dari konsep kognetif serta perkembangan sosial anak itu sendiri. Adapun
perkembangan sosial itu sendiri idak terlepas dari faktor orang-orang yang
kehadirannya ada di lingkungan diri anak. Orang-orang yang dimaksud adalah
teman, saudara dan yang paling dekat adalah kedua orang tua yaitu ayah serta
ibunya. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan oleh kedua orang tua
sebagai orang yang pertama kali dekat dengan diri anak ketika menerima bahasa
pertama sangat berdampak terhadap anak dalam tahapan pemerolehan bahasa kedua
(B2).
Pemerolehan bahasa pertama anak adalah
bahasa daerah karena bahasa itulah yang diperolehnya pertama kali. Perolehan
bahasa pertama terjadi apabila seorang anak yang semula tanpa bahasa kini ia
memperoleh bahasa (Tarigan dalam Safarina dan Indrawati, 2006:157). Bahasa
daerah merupakan bahasa pertama yang dikenal anak sebagai bahasa pengantar
dalam keluarga atau sering disebut sebagai bahasa ibu (B1). Bahasa ibu yang
digunakan setiap saat sering kali terbawa ke situasi formal atau resmi yang
seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bagi anak, orang tua merupakan tokoh
identifikasi. Oleh sebab itut, idaklah mengherankan jika mereka meniru hal-hal
yang dilakukan orang tua (Fachrozi dan Diem, 2005:147). Anak serta merta akan
meniru apa pun yang ia tangkap di keluarga dan lingkungannya sebagai bahan
pengetahuannya yang baru terlepas apa yang didapatkannya itu baik atau tidak
baik. Citraan orang tua menjadi dasar pemahaman baru yang diperolehnya sebagai
khazanah pengetahuannya artinya apa saja yang dilakukan orang tuanya dianggap
baik menurutnya. Apapun bahasa yang diperoleh anak dari orang tua dan
lingkungannya tersimpan di benaknya sebagai konsep perolehan bahasa anak itu
sendiri.
Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan
orang tua dalam berbahasa di dalam keluarga (bahasa ibu) sangat dicermati anak
untuk ditirukan. Anak bersifat meniru dari semua konsep yang ada di
lingkungannya. Brown dalam Indrawati dan Oktarina (2005:24) mengemukakan bahwa
posisi ekstern behavioristik adalah anak lahir ke dunia seperti kertas putih,
bersih. Pernyataan itu memberikanan penjelasan nyata bahwa lingkungan dalam hal
ini keluarga terutama orang tua dalam pemberian bahasa yang kurang baik
khususnya tuturan lisan kepada anak akan menjadi dampak negatif yang
akan disambut oleh anak sebagai pemerolehan bahasa pertama (B1) yang menjadi
modal awal bagi seoarang anak untuk menyongsong kehadiran pemerolehan bahasa
kedua (B2).
Perolehan bahasa kedua (B2 (bahasa
Indonesia)) merupakan sebuah kebutuhan bagi anak ketika sedang mengikuti
pendidikan di lembaga formal. Pada lembaga formal guru mempunyai pengaruh yang
sangat siknifikan sebagai pendidik sekaligus pengajar di sekolah. Guru dengan
konsep dapat digugu dan ditiru oleh anak akan menjadi figure sosok seseorang
pengganti orangtua yan, oleh karena itu sosok seorang guru dalam kehadirannya
di sekolah sebagai rumah kedua bagi anakmempunyai peranan penting dalam
memberikan tuturan bahasa sebagai contoh bahasa kedua (B2). Penyesuaian antara
bahasa ibu (B1) dengan bahasa kedua (B2 (bahasa Indonesia) yang dituturkan oleh
guru membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, pada kelas rendah
(kelas 1—3 SD) masih menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar
pendidikan.
Pada Kelas lanjutan (4—6 SD dan
seterusnya) guru akan menggunakan bahasa Indonesia sebagai penyampai ilmu
pengetahuan dan teknologi yang baru oleh anak. Apabila pada kelas lanjutan guru
masih menggunakan bahasa ibu/ bahasa daerah sebagai bahasa pengantar
pendidikan, maka dampak negatif yang akan diperoleh anak. Sebagai contoh
seorang guru matematika mengajarkan hasil penjumlahan. Guru menanyakan proses
penjumlahan dengan menggunakan bahasa Palembang “Cakmano awak dapet hasil
mak ini ni, cobo jelaske!” Bagi anak yang berasal dari Palembang tidak
menjadi masalah dan bisa saja menjelaskannya (menggunakan bahasa Palembang),
tetapi anak yang tidak berasal dari daerah Palembang yang berada di kelas yang
sama akan mengalami kesulitan menerima bahasa daerah Palembang sebagai bahasa
kedua (B2). Sebaliknya jika guru matematika tersebut menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar sudah barang tentu dapat dipahami oleh warga
belajar di kelas yang bersangkutan. Hal yang terakhir ini akan menjadi sebuah
kenyataan yang komunikatif antara petutur dan penutur apabila warga kelasnya
sudah terbiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sebaliknya, apabila anak sebagai
peserta didik tetap terbiasa mengggunakan bahasa daerah atau bahasa pertama
(B1) yang juga sering disebut sebagai bahasa ibu dalam komunikasi di lingkungan
formal maka sangat sulit guru menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia
pendidikan. Begitu pula apabila guru dan anak sebagai peerta didik selalu
menggunakan bahasa daerah sebagai pengantar pendidikan maka tidak mengherankan
bila penguasaan bahasa Indonesia yang baik saja yang dikuasai anak. Sementara
itu, keberadaan bahasa Indonesia yang baik dan benar yang menjadi tuntutan
sebagai komonukasi formal atau resmi akan dikesampingkan.
Peranan Guru (kelas bawah) dan orang
tua dalam berbahasa ditunjang oleh faktor lingkungan sangat memberikan dampak
yang sangat besar dalam proses pemerolehan bahasa pertama (B1). Pemberian figur
berbahasa yang baik oleh orang tua yang baik diperkuat dengan guru sebagai
contoh berbahasa yang baik dan benar di sekolah, maka anak akan mempunyai bekal
dalam mempelajari pemerolehan bahasa kedua (B2) yaitu bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
sangat membantu
BalasHapussenang bisa membantu :)
Hapusterimakasih sayang. sangat.membantu
BalasHapusMntap
BalasHapusLumayan membantu kami yang selalu rajin belajar 😎
BalasHapus