PERAN
GURU DALAM PELAJARAN BERBICARA
Menurut haliday (1975)
anak didik itu belajar berbahasa, belajar melalui bahasa, dan belajar tentang
bahasa. Pengembangan bahasa pada anak memerlukan kesempatan menggunakan bahasa.
Oleh karena itu, kita membutuhkan lingkungan pendidikan yang memberikan
kesempatan yang banyak atau kaya bagi anak didik untuk menggunakan bahasa di
dalam cara-cara yang fungsional (Pinnel dan Matlin 1989: 2).
Di sini peran guru
sangat mendominasi kegiatan anak didik berbicara karena guru sebagai sumber
ilmu bagi mereka belajar. Bayangkan saja jika seorang guru tidak menguasai cara
mengajar dan mengondisikan anak didiknya, pastilah materi yang disampaikan
tidak dapat terserap oleh anak didik secara optimal. Melalui Psikolinguistik
guru diharapkan mampu menemukan satu pemecahan masalah untuk mengatasi hambatan
yang dihadapi dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan berbicara
dalam kegiatan belajar mengajar sangatlah penting. Biasanya banyak anak didik
dan malah sebagian besar anak didik hanya duduk dan pasif menerima materi ajar
dari guru bahkan saat pelajaran berbicara di kelas anak didik merasa kurang bersemangat
bahkan takut untuk memulai berbicara.
Adapun cara-cara yang
bisa dilaksanakan untuk membantu anak didik aktif berbicara di dalam kelas
adalah dengan memberi motivasi kepada mereka dengan pengarahan yang tepat.
Sering-sering melontarkan pertanyaan ke tiap-tiap anak didik agar seluruh anak
didik terlatih untuk siap menjawab pertanyaan dan menyampaikan gagasannya di
dalam kelas, dengan cara seperti itu anak didik akan termotivasi dan bersaing
secara sehat saat pelajaran berbahasa di kelas. Membacakan pengalaman di depan
kelas, presentasi, drama, membaca puisi ataupun berpidato. Yang terpenting guru
harus mampu menghidupkan suasana kelas agar anak didik berani berbicara di
kelas.
Walaupun banyak guru
yang belum memenuhi standar kalifikasi pendidikan, sekitar 47,5% yang belum
memenuhi standar kualifikasi sebagai guru, tetap saja keberadaan guru dalam
suatu proses pembelajaran sesungguhnya memiliki peran dan kedudukan yang
signifikan. Dr. George Lozanov, seorang peneliti pendidikan dan tokoh Metode
Pembelajaran Cepat dari Bulgaria mengatakan “pengaruh guru sangat jelas dalam
kesuksesan anak didik” (Lozanov, 1980). Pendapat yang hampir senada dikemukakan
oleh pencetus Metode Belajar Quching (quantum teaching) Bobbi de Porter (2002)
yang berujar bahwa “guru sebagai penggubah keberhasilan belajar anak didik”.
Kedua pendapat tokh
tersebut barangkali ada benarnya juga, anak didik akan lebih terkembangkan
potensi, bakat dan minatnya manakala guru mampu membimbing dan mengarahkannya.
Ketika di kelas, sebenarnya guru dituntut tidak hanya sebagai pen-transfer
pengetahuan saja tetapi juga mampu memrankan diri sebagai pewaris nilai,
pembimbing, fasilitator, rekan belajar, model, direktur dan motivator (Hamalik,
2001).
Kemahiran dan
keleluasaan guru dalam menyampaikan materi juga sangat berpengaruh. Banyak anak
didik yang tidak berani berbicara karena krisis kepercayaan diri. Mereka
khawatir bicaranya salah dan jawabannya tidak benar. Meski kadang kala ada
satu, dua, atau bahkan lebih jenis anak didik yang diam di kelas. tapi di sini
mungkin bisa saja sebagai tantangan bagi guru untuk membuat anak didik tersebut
aktif berbicara dalam kegiatan pelajaran berbicara di kelas.
Dan yang paling
ditekankan dalam Psikolinguistik adalah bagaimana guru dapat menyelaraskan
kejiwaan anak didik mereka dalam menyikapi pelajaran berbicara. banyak faktor
psikis yang mendominasi anak saat berbicara, seperti: rasa takut, was-was,
grogi, keluar keringat dingin, dan ketakutan-ketakutan mereka lainnya yang
mengakibatkan banyak anak didik enggan aktif berbicara di dalam pelajaran
berbicara maupun dalam proses belajar mengajar lainnya.
Hal yang dapat
dilakukan untuk membuat ketakutan mereka sedikit hilang adalah dengan cara
bertanya kepada mereka keluhan apa yang dirasakan saat mereka dituntut berbicara
ataupun menjawab pertanyaan. Cara ini juga dapat ditempuh dengan cara menyuruh
mereka menulisnya di dalam kertas dan kemudian dibaca satu persatu keluhan
tersebut. Setelah itu, guru memberikan solusi dan cara menyelesaikan yang tepat
kepada mereka. Diharapkan dengan cara sepeti itu anak didik bisa mengambil
simpulan bahawa pelajaran berbicara itu menyenangkan. Dengan cara seperti itu
juga diharapkan para anak pesertta didik tersebut dapat atau dan mengerti
bagaimana mengatasi ketakutan di dalam dirinya yang selalu membuat mereka takut
dan tidak berani berbicara di dalam kelas. Jika mereka telah terlatih untuk
selalu berani mengungkapkan pendapat dan pikiran mereka, pastilah keberhasilan
pembelajaran akan tercapai.
Anak didik akan
bersemangat dan termotivasi jika guru yang mengajar mereka juga penuh semangat
dan penuh dengan motivasi. Layaknya peribahasa “like son, like father” (anak
akan mirip seperti orang tuanya “ayahnya”). Sama saja dengan guru dan anak
didik, jika output yang diberikan seorang guru bagus pastinya produk yang
dihasilkan juga akan baik pula. Tujuan seorang guru yang paling utama adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui anak didik yang dididiknya di bangku
sekolah. Apapun peranannya seorang guru harus bisa berperan di segala bidang.
Sebagai motivator, pembimbing, informan, pendidik, dll.
Sumber:
Pelangi
Pembelajaran Bahasa: Tinjauan Semata Burung Psikolinguistik karangan Dr.
Subyantoro, M.Hum. halaman 67-69
Tidak ada komentar:
Posting Komentar