Jumat, 16 Maret 2012

Pengajaran Mikro (Micro Teaching)


Pengajaran Mikro


Pada bagian ini akan dibahas mengenai hakikat pengajaran mikro, karakteristik pengajaran mikro, tujuan pengajaran mikro, dan manfaat pengajaran mikro.

1.  Hakikat Pengajaran Mikro
Pengajaran mikro merupakan terjemahan dari micro teaching. Micro Teaching berasal dari dua kata yaitu kata “micro” berarti kecil, terbatas, sempit dan “teaching” berarti mengajar. Jadi, micro teaching berarti suatu kegiatan mengajar yang dilakukan dengan cara menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Maka, dengan memperkecil jumlah murid, waktu, bahan mengajar dan membatasi keterampilan mengajar tertentu, akan dapat diidentifikasi berbagai keunggulan dan kelemahan pada diri calon guru secara akurat (Beni, 2008).
J.Cooper & D.W. Allen (1971) (dalam Beni, 2008) mengatakan bahwa Pengajaran mikro adalah studi tentang suatu situasi pengajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah tertentu, yakni selama empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah siswa sebanyak tiga sampai sepuluh orang. Bentuk pengajaran di sederhanakan, guru hanya memfokuskan diri hanya pada beberapa aspek. Pengajaran berlangsung dalam bentuk sesungguhnya, hanya saja diselenggarakan dalam bentuk mikro.
Micro teaching adalah suatu tindakan atau kegiatan latihan belajar-mengajar dalam situasi laboratoris (Sardirman, 2001).
Sulton (2009) menambahkan bahwa pengajaran mikro adalah suatu tekni atau metode latihan yang dirancang untuk membangun keterampilan mengajar, baik keterampilan-keterampilan baru, maupun keterampilan-keterampilan lama yang telah dimiliki oleh calon guru/ guru (bersifat remidial), yang dilakukan dengan cara mengisolasikan komponen-komponen keterampilan mengajar sehingga setiap komponen keterampilan mengajar tersebut dapat dikuasai dengan baik oleh  calon guru/ guru dalam situasi dan kondisi pengajaran yang disederhanakan atau dimikrokan.
Hartono (2010: 33) merumuskan delapan hal yang berkaitan dengan pengajaran mikro sebagai berikut.
a.    Pengajaran mikro merupakan suatu teknik/ metode latihan yang dirancang untuk pengembangan keterampilan mengajar calon guru/ guru.
b.    Pengajaran mikro sengaja mendesain situasi belajar mengajar agar dapat dikontrol. Hal ini bertujuan agar pembentukan keterampilan baru atau pun pembaharuan suatu keterampilan mengajar (membelajarkan) dapat dilakukan secara terisolasi.
c.    Pengajaran mikro sebagai cara latihan praktik mengajar (membelajarkan) dalam situasi laboratoris. Karena itu, pengajaran mikro dapat melatihkan berbagai keterampilan mengajar (teaching skills) dalam kegiatan terkontrol untuk membentuk komepetensi.
d.   Pengajaran mikro tetap merupakan real teaching tetapi dalam bentuk mikro sehingga dapat dikontrol.
e.    Situasi dan kondisi pengajaran yang disederhanakan (dimikrokan) tersebut meliputi keterampilan mengajarnya (1-2 komponen keterampilan), jumlah siswa (5-10 siswa), waktu mengajar (5-15 menit), dan bahan pengajaran (1-2 aspek atau indikator) (Sulton 2009: 19 dalam Hartono 2010: 34).
f.  Upaya penyederhanaan atau pemikroan situasi dan kondisi dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada para calon guru/ guru untuk berlatih mengembangkan keterampilan dasar secara terpisah.
g.    Di dalam pengajaran mikro, sekali pun situasi dan kondisinya disederhanakan, namun tetap merupakan pembelajaran riil (real teaching) walaupun bukan merupakan pengajaran kelas biasa (real classroom teaching).
h.    Sebagai suatu teknik latihan, pegajaran mikro sebenarnya tidak hanya membatasi pada satu komponen keteramilan mengajar secara terpisah.
Sedangkan menurut Setyawan (2010) pengajaran mikro atau micro teaching adalah salah satu model pelatihan praktik mengajar dalam lingkup terbatas (mikro) untuk mengembangkan keterampilan dasar mengajar (base teaching skill) yang dilaksanakan secara terisolasi dan dalam situasi yang disederhanakan/ dikecilkan.

2.  Karakteristik Pengajaran Mikro
Konsep pengajaran mikro dilandasi oleh pokok-pokok pikiran, yaitu Pengajaran yang nyata, artinya pengajaran di laksanakan tidak dalam bentuk sebenarnya, tetapi berbentuk mini dengan karakteristik menurut Beni (2008) sebagai berikut:
a.    peserta berkisar antara 5 – 10 orang
b.    waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit
c.    komponen mengajar dikembangkan terbatas
d.   latihan terpusat pada keterampilan mengajar
e.    mempergunakan informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar
f.     umpan balik terhadap kemampuan guru / calon guru
g.    pengajaran dilaksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda dan berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu
h.    pengontrolan secara ketat terhadap lingkungan latihan yang diselenggarakan dalam laboratorium micro teaching
i.      pengadaan low-threat-situation untuk memudahkan calon guru mengajari keterampilan mengajar.
j.      penyediaan low-risk-situation yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam pengajaran
k.    penyediaan kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu tertentu.
Setyawan (2010) menambahkan ciri khas micro teaching adalah: “real teaching yang dimikrokan meliputi jumlah siswa, alokasi waktu, fokus keterampilan, kompetensi dasar, hasil belajar dan materi pokok pembelajaran yang terbatas”.
Hartono (2010: 36) merumuskan empat ciri pengajaran mikro sebagai berikut.
a.    Pembelajaran itu dilakukan dalam skala kecil.
b.    Pengajaran Mikro membelajarkan pembelajaran mempelajari keterampilan mengajar yang kompleks dengan terpisah-pisah secara mendalam dan teliti.
c.    Pengajaran Mikro adalah pembeajaran yang sebenarnya dalam situasi belajar.
d.   Pengajaran Mikro bukanlah simulasi.

3.  Tujuan Pengajaran Mikro
Tujuan adalah membekali calon guru sebelum sungguh-sungguh terjun ke sekolah tempat latihan praktek kependidikan untuk praktek mengajar (Sardiman, 2001).
Setyawan (2010) mengemukakan tujuan umum dan tujuan khusus pengajaran mikro. Tujuan umum pengajaran mikro (micro teaching) adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa (calon guru/ dosen) untuk berlatih mempraktikkan beberapa keterampilan dasar mengajar di depan teman–temannya dalam suasana yang constructive, supportive, dan bersahabat sehingga mendukung kesiapan mental, keterampilan dan kemampuan (performance) yang terintegrasi untuk bekal praktik mengajar sesungguhnya di sekolah/ institusi pendidikan. Adapun tujuan khusus pengajaran mikro (micro teaching) antara lain sebagai berikut.
a.    Mahasiswa terampil untuk membuat persiapan mengajar.
b.    Membentuk sikap profesional sebagai calon guru/dosen.
c.    Berlatih menjadi guru yang bertanggung jawab dan berpegang kepada etika keguruan.
d.   Dapat menjelaskan pengertian micro teaching.
e.    Dapat berbicara di depan kelas secara runtut dan runut sehingga mudah dipahami oleh audience atau peserta didik.
f.     Terampil membuka dan menutup pelajaran.
g.    Dapat bertanya secara benar.
h.    Dapat memotivasi belajar siswa/peserta didik.
i.      Dapat membuat variasi dalam mengajar.
j.      Dapat menggunakan alat-alat/ media pembelajaran dengan benar dan tepat.
k.    Dapat mengamati keterampilan keguruan secara obyektif, sistematis, kritis dan praktis.
l.      Dapat memerankan sebagai guru/ dosen , supervisor, peserta didik, maupun sebagai observer dengan baik.
m.  Dapat menerapkan teori belajar dan pembelajaran dalam suasana didaktis, paedagogis, metodik dan andragogis secara tepat dan menarik.
n.    Berlatih membangun rasa percaya diri.
Beni (2008) menambahkan tujuan umum micro teaching adalah mempersipkan mahasiswa calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar spsenuhnya di muka kelas dengan memiliki pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan sikap sebagai guru yang profesional. Adapun tujuan khusus micro teaching sebagai berikut: a) menganalisis tingkah laku mengajar kawan sejawat dan dirinya sendiri; b) mempraktikkan berbagai teknik mengajar dengan benar dan tepat dan c) mewujudkan situasi belajar-mengajar yang efektif dan efisien.
Hartono (2010: 37) megelompokkan tujuan pengajaran mikro ke dalam dua kelompok tujuan, yaitu tujuan yang berkaitan dengan mahasiswa calon guru dan guru.
a.    Tujuan yang berkaitan dengan mahasiswa calon guru, yaitu a) memberi latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar secara terpisah dan latihan pengalaman mengajar yang nyata; b) memberi kesempatan calon guru mengembangkan keterampilan mengajar dan bimbingan sebelum mereka tampil di kelas yang sebenarnya; c) memberikan kesempatan calon guru untuk mendapatkan latihan keterampilan mengajar dan berlatih kapan harus menerapkannya.
b.    Tujuan yang berkaitan dengan guru, yaitu a) memberikan penyegaran keterampilan dasar mengajar; b) memberikan kesempatan menambah pengalaman terbimbing untuk penigkatan dan pengembangan profesinya; dan  c) mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap tanggapan/ kritik atas kekurangannya dan pembaharuan yang berkembang di dunia pendidikan. 

4.  Manfaat Pengajaran Mikro
Pengajaran mikro dilakukan di program kepedidikan sebagai wadah latihan calon guru memiliki beberapa manfaat. Menurut Asril (2010: 53) dalam Hartono (2010: 38) manfaat pengajaran mikro sebagai berikut.
a.    Mengembangkan dan membina keterampilan tertentu calon guru dalam mengajar.
b.    Keterampilan mengajar terkontrol dan dapat dilatihkan.
c.    Perbaikan atau penyempunaan secara cepat dapat segera dicermati.
d.   Latihan penguasaan keterampilan mengajar lebih baik.
e.    Saat latihan berlangsung calon guru dapat memusatkan perhatian secara objektif.
f.     Menuntut dikembangkan pola observasi yang sistematis dan objektif.
g.    Mempertinggi efisiensi dan efektivitas penggunaan sekolah dalam waktu praktik mengajar yang relatif singkat.
Brown dan Ametrong (1975) dalam Setyawan (2010), mencatat hasil Riset tentang manfaat pengajaran mikro (micro teaching) sebagai berikut.
a.    Korelasi antara pengajaran mikro (micro teaching) dan praktik keguruan sangat tinggi.
Artinya : calon guru/ dosen yang berpenampilan baik dalam pengajaran mikro (micro teaching), akan baik pula dalam praktik mengajar di kelas.
b.    Praktikan yang lebih dulu menempuh program pengajaran mikro (micro teaching) ternyata lebih baik/ lebih terampil dibandingkan praktikan yang tidak mengikuti pengajaran mikro (micro teaching).
c.    Praktikan yang menempuh pengajaran mikro (micro teaching) menunjukkan prestasi mengajar yang lebih tinggi.
d.   Bagi praktikan yang telah memiliki kemampuan tinggi dalam pengajaran, pengajaran mikro (micro teaching) kurang bermanfaat.
a.    Setelah mengikuti pengajaran mikro (micro teaching), praktikan dapat menciptakan interaksi dengan siswa secara lebih baik.
b.    Penyajian model rekaman mengajar lebih baik daripada model lisan sehingga lebih signifikan dengan keterampilan mengajar.

Sumber Pustaka


Beni. 2010. Hakikat Micro Teaching. Online. http://beni64.wordpress.com/2008/10/28/materi-1-teaching-skill-1/. diunduh pada 17 November 2011.
Hartono, Bambang. 2010. Pengajaran Mikro: Strategi Pembelajaran Calon Guru/ Guru Menguasai Keterampilan Dasar Mengajar. Semarang: Widya Karya.
Hasibuan dan Moedjiono. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Sardirman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Setyawan, Dodiet Aditya. 2010. Hand Out Micro Teaching Prodi D-IV Bidan Pendidik Jurusan Kebidanan. Surakarta: tidak diterbitkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar