Pengajaran Mikro
Pada bagian ini akan
dibahas mengenai hakikat pengajaran mikro, karakteristik pengajaran mikro,
tujuan pengajaran mikro, dan manfaat pengajaran mikro.
1.
Hakikat
Pengajaran Mikro
Pengajaran mikro
merupakan terjemahan dari micro teaching. Micro Teaching berasal
dari dua kata yaitu kata “micro”
berarti kecil, terbatas, sempit dan “teaching”
berarti mengajar. Jadi, micro teaching
berarti suatu kegiatan mengajar yang
dilakukan dengan cara menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Maka,
dengan memperkecil jumlah murid, waktu, bahan mengajar dan membatasi
keterampilan mengajar tertentu, akan dapat diidentifikasi berbagai keunggulan
dan kelemahan pada diri calon guru secara akurat (Beni, 2008).
J.Cooper & D.W. Allen (1971) (dalam Beni, 2008)
mengatakan bahwa Pengajaran mikro adalah studi tentang suatu situasi pengajaran
yang dilaksanakan dalam waktu dan
jumlah tertentu, yakni selama empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah
siswa sebanyak tiga sampai sepuluh orang. Bentuk pengajaran di sederhanakan, guru hanya memfokuskan diri hanya pada
beberapa aspek. Pengajaran berlangsung dalam bentuk sesungguhnya, hanya saja
diselenggarakan dalam bentuk mikro.
Micro
teaching adalah suatu tindakan atau kegiatan latihan belajar-mengajar dalam
situasi laboratoris (Sardirman, 2001).
Sulton (2009) menambahkan bahwa pengajaran
mikro adalah suatu tekni atau metode latihan yang dirancang untuk membangun
keterampilan mengajar, baik keterampilan-keterampilan baru, maupun
keterampilan-keterampilan lama yang telah dimiliki oleh calon guru/ guru
(bersifat remidial), yang dilakukan dengan cara mengisolasikan
komponen-komponen keterampilan mengajar sehingga setiap komponen keterampilan
mengajar tersebut dapat dikuasai dengan baik oleh calon guru/ guru dalam situasi dan kondisi
pengajaran yang disederhanakan atau dimikrokan.
Hartono (2010: 33) merumuskan delapan hal yang berkaitan
dengan pengajaran mikro sebagai berikut.
a.
Pengajaran mikro merupakan suatu teknik/
metode latihan yang dirancang untuk pengembangan keterampilan mengajar calon guru/ guru.
b. Pengajaran
mikro sengaja mendesain situasi belajar mengajar agar dapat dikontrol. Hal ini
bertujuan agar pembentukan keterampilan baru atau pun pembaharuan suatu
keterampilan mengajar (membelajarkan) dapat dilakukan secara terisolasi.
c. Pengajaran
mikro sebagai cara latihan praktik mengajar (membelajarkan) dalam situasi
laboratoris. Karena itu, pengajaran mikro dapat melatihkan berbagai keterampilan
mengajar (teaching skills) dalam
kegiatan terkontrol untuk membentuk komepetensi.
d. Pengajaran
mikro tetap merupakan real teaching
tetapi dalam bentuk mikro sehingga dapat dikontrol.
e. Situasi
dan kondisi pengajaran yang disederhanakan (dimikrokan) tersebut meliputi
keterampilan mengajarnya (1-2 komponen keterampilan), jumlah siswa (5-10
siswa), waktu mengajar (5-15 menit), dan bahan pengajaran (1-2 aspek atau
indikator) (Sulton 2009: 19 dalam Hartono 2010: 34).
f. Upaya
penyederhanaan atau pemikroan situasi dan kondisi dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada para calon guru/ guru untuk berlatih mengembangkan
keterampilan dasar secara terpisah.
g. Di
dalam pengajaran mikro, sekali pun situasi dan kondisinya disederhanakan, namun
tetap merupakan pembelajaran riil (real
teaching) walaupun bukan merupakan pengajaran kelas biasa (real classroom teaching).
h. Sebagai
suatu teknik latihan, pegajaran mikro sebenarnya tidak hanya membatasi pada
satu komponen keteramilan mengajar secara terpisah.
Sedangkan menurut Setyawan (2010) pengajaran mikro atau micro teaching adalah salah satu model
pelatihan praktik mengajar dalam lingkup terbatas (mikro) untuk mengembangkan
keterampilan dasar mengajar (base
teaching skill) yang dilaksanakan secara terisolasi dan dalam situasi yang
disederhanakan/ dikecilkan.
2.
Karakteristik
Pengajaran Mikro
Konsep pengajaran mikro dilandasi oleh pokok-pokok pikiran,
yaitu Pengajaran yang nyata, artinya pengajaran di laksanakan tidak dalam
bentuk sebenarnya, tetapi berbentuk mini dengan karakteristik menurut Beni
(2008) sebagai berikut:
a. peserta
berkisar antara 5 – 10 orang
b. waktu
mengajar terbatas sekitar 10-15 menit
c. komponen
mengajar dikembangkan terbatas
d. latihan
terpusat pada keterampilan mengajar
e. mempergunakan
informasi dan pengetahuan tentang tingkat belajar
f. umpan
balik terhadap kemampuan guru / calon guru
g. pengajaran
dilaksanakan bagi para siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda dan
berdasarkan pada kemampuan intelektual kelompok usia tertentu
h. pengontrolan
secara ketat terhadap lingkungan latihan yang diselenggarakan dalam
laboratorium micro teaching
i. pengadaan
low-threat-situation untuk memudahkan
calon guru mengajari keterampilan mengajar.
j. penyediaan
low-risk-situation yang memungkinkan
siswa berpartisipasi aktif dalam pengajaran
k. penyediaan
kesempatan latihan ulang dan pengaturan distribusi latihan dalam jangka waktu
tertentu.
Setyawan (2010) menambahkan ciri khas micro teaching adalah: “real
teaching yang dimikrokan meliputi jumlah siswa, alokasi waktu, fokus
keterampilan, kompetensi dasar, hasil belajar dan materi pokok pembelajaran
yang terbatas”.
Hartono (2010: 36) merumuskan empat ciri pengajaran mikro
sebagai berikut.
a. Pembelajaran
itu dilakukan dalam skala kecil.
b. Pengajaran
Mikro membelajarkan pembelajaran mempelajari keterampilan mengajar yang
kompleks dengan terpisah-pisah secara mendalam dan teliti.
c. Pengajaran
Mikro adalah pembeajaran yang sebenarnya dalam situasi belajar.
d. Pengajaran
Mikro bukanlah simulasi.
3.
Tujuan
Pengajaran Mikro
Tujuan adalah membekali calon guru sebelum
sungguh-sungguh terjun ke sekolah tempat latihan praktek kependidikan untuk
praktek mengajar (Sardiman, 2001).
Setyawan (2010) mengemukakan tujuan umum dan tujuan khusus
pengajaran mikro. Tujuan umum pengajaran mikro (micro teaching) adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa
(calon guru/ dosen) untuk berlatih mempraktikkan beberapa keterampilan dasar
mengajar di depan teman–temannya dalam suasana yang constructive, supportive,
dan bersahabat sehingga mendukung kesiapan mental, keterampilan dan kemampuan (performance) yang terintegrasi untuk
bekal praktik mengajar sesungguhnya di sekolah/ institusi pendidikan. Adapun
tujuan khusus pengajaran mikro (micro
teaching) antara lain sebagai berikut.
a. Mahasiswa
terampil untuk membuat persiapan mengajar.
b. Membentuk
sikap profesional sebagai calon guru/dosen.
c. Berlatih
menjadi guru yang bertanggung jawab dan berpegang kepada etika keguruan.
d. Dapat
menjelaskan pengertian micro teaching.
e. Dapat
berbicara di depan kelas secara runtut dan runut sehingga mudah dipahami oleh
audience atau peserta didik.
f. Terampil
membuka dan menutup pelajaran.
g. Dapat
bertanya secara benar.
h. Dapat
memotivasi belajar siswa/peserta didik.
i. Dapat
membuat variasi dalam mengajar.
j. Dapat
menggunakan alat-alat/ media pembelajaran dengan benar dan tepat.
k. Dapat
mengamati keterampilan keguruan secara obyektif, sistematis, kritis dan
praktis.
l. Dapat
memerankan sebagai guru/ dosen , supervisor, peserta didik, maupun sebagai
observer dengan baik.
m. Dapat
menerapkan teori belajar dan pembelajaran dalam suasana didaktis, paedagogis,
metodik dan andragogis secara tepat dan menarik.
n. Berlatih
membangun rasa percaya diri.
Beni (2008) menambahkan tujuan umum micro teaching adalah mempersipkan mahasiswa calon guru untuk
menghadapi pekerjaan mengajar spsenuhnya di muka kelas dengan memiliki
pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan sikap sebagai guru yang profesional.
Adapun tujuan khusus micro teaching sebagai
berikut: a) menganalisis tingkah laku mengajar kawan sejawat dan dirinya sendiri;
b) mempraktikkan berbagai teknik mengajar dengan benar dan tepat dan c) mewujudkan
situasi belajar-mengajar yang efektif dan efisien.
Hartono (2010: 37) megelompokkan tujuan pengajaran mikro ke
dalam dua kelompok tujuan, yaitu tujuan yang berkaitan dengan mahasiswa calon
guru dan guru.
a. Tujuan
yang berkaitan dengan mahasiswa calon guru, yaitu a) memberi latihan sejumlah
keterampilan dasar mengajar secara terpisah dan latihan pengalaman mengajar
yang nyata; b) memberi kesempatan calon guru mengembangkan keterampilan
mengajar dan bimbingan sebelum mereka tampil di kelas yang sebenarnya; c)
memberikan kesempatan calon guru untuk mendapatkan latihan keterampilan
mengajar dan berlatih kapan harus menerapkannya.
b. Tujuan
yang berkaitan dengan guru, yaitu a) memberikan penyegaran keterampilan dasar
mengajar; b) memberikan kesempatan menambah pengalaman terbimbing untuk
penigkatan dan pengembangan profesinya; dan
c) mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap tanggapan/ kritik atas
kekurangannya dan pembaharuan yang berkembang di dunia pendidikan.
4.
Manfaat
Pengajaran Mikro
Pengajaran mikro dilakukan di program kepedidikan
sebagai wadah latihan calon guru memiliki beberapa manfaat. Menurut Asril
(2010: 53) dalam Hartono (2010: 38) manfaat pengajaran mikro sebagai berikut.
a. Mengembangkan
dan membina keterampilan tertentu calon guru dalam mengajar.
b. Keterampilan
mengajar terkontrol dan dapat dilatihkan.
c. Perbaikan
atau penyempunaan secara cepat dapat segera dicermati.
d. Latihan
penguasaan keterampilan mengajar lebih baik.
e. Saat
latihan berlangsung calon guru dapat memusatkan perhatian secara objektif.
f. Menuntut
dikembangkan pola observasi yang sistematis dan objektif.
g. Mempertinggi
efisiensi dan efektivitas penggunaan sekolah dalam waktu praktik mengajar yang
relatif singkat.
Brown dan Ametrong (1975) dalam Setyawan (2010),
mencatat hasil Riset tentang manfaat pengajaran mikro (micro teaching) sebagai berikut.
a. Korelasi
antara pengajaran mikro (micro teaching)
dan praktik keguruan sangat tinggi.
Artinya : calon guru/ dosen yang berpenampilan baik dalam pengajaran
mikro (micro teaching), akan baik
pula dalam praktik mengajar di kelas.
b. Praktikan
yang lebih dulu menempuh program pengajaran mikro (micro teaching) ternyata lebih baik/ lebih terampil dibandingkan
praktikan yang tidak mengikuti pengajaran mikro (micro teaching).
c. Praktikan
yang menempuh pengajaran mikro (micro
teaching) menunjukkan prestasi mengajar yang lebih tinggi.
d. Bagi
praktikan yang telah memiliki kemampuan tinggi dalam pengajaran, pengajaran
mikro (micro teaching) kurang
bermanfaat.
a. Setelah
mengikuti pengajaran mikro (micro
teaching), praktikan dapat menciptakan interaksi dengan siswa secara lebih
baik.
b. Penyajian
model rekaman mengajar lebih baik daripada model lisan sehingga lebih
signifikan dengan keterampilan mengajar.
Sumber Pustaka
Beni.
2010. Hakikat Micro Teaching. Online. http://beni64.wordpress.com/2008/10/28/materi-1-teaching-skill-1/.
diunduh pada 17 November 2011.
Hartono,
Bambang. 2010. Pengajaran Mikro: Strategi
Pembelajaran Calon Guru/ Guru Menguasai Keterampilan Dasar Mengajar.
Semarang: Widya Karya.
Hasibuan
dan Moedjiono. 2004. Proses Belajar
Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Sardirman.
2001. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Setyawan,
Dodiet Aditya. 2010. Hand Out Micro Teaching
Prodi D-IV Bidan Pendidik Jurusan Kebidanan. Surakarta: tidak diterbitkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar