Keterampilan Dasar Mengajar
Proses pembelajaran menempatkan guru pada posisi yang sangat penting,
karena guru adalah pengelola pembelajaran yang harus dapat melibatkan siswa
secara aktif, serta mampu mengorganisir belajar dan mengevaluasi. Untuk
menjalankan tugasnya guru harus menguasai keterampilan dasar mengajar.
Keterampilan dasar mengajar merupakan kemampuan yang dapat dipelajari
serta diterapkan oleh setiap guru. Jika guru mampu menerapkan keterampilan
dasar mengajar secara tepat, maka akan tercipta suasana pembelajaran yang aktif
dan menyenangkan, itu berarti guru akan dapat meningkatkan mutu pembelajaran.
Hasibuan (2004) dan Djamarah (2000) mengemukakan delapan keterampilan
dasar mengajar yang harus dikuasai guru, antara lain: (1) keterampilan bertanya
dasar dan lanjut, (2) keterampilan memberi penguatan, (3) keterampilan
mengadakan variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5) keterampilan membuka dan
menutup pelajaran, (6) keterampilan mengelola kelas, (7) keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan, (8) keterampilan memimpin diskusi kelompok
kecil.
1. Keterampilan
Bertanya
Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah
bertanya”. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang
yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan
hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus
efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Dalam proses belajar mengajar,
bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik
dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif. Pertanyaan
yang baik di bagi manjadi dua jenis, yaitu pertanyaan menurut maksudnya dan
pertanyaan menurut taksonomo Bloom. Pertanyaan menurut maksudnya terdiri atas:
Pertanyaan permintaan (compliance
question), pertanyaan retoris (rhetorical
question), pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting question) dan pertanyaan menggali (probing question). Sedangkan pertanyaan menurut taksonomi Bloom,
yaitu: pertanyaan pengetahuan (recall
question atau knowlagde question),
pemahaman (conprehention question),
pertanyaan penerapan (application
question), pertanyaan sintetis (synthesis
question) dan pertanyaan evaluasi (evaluation
question).
Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar
mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu mengajukan
pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Dan harus menghindari
kebiasaan seperti: menjawab pertanyaan sendiri, mengulang jawaban siswa,
mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan dengan jawaban serentak,
menentukan siswa yang harus menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan
ganda. Dalam proses belajar mengajar setiap pertanyaan, baik berupa kalimat
tanya atau suruhan yang menuntut respons siswa sehingga dapat menambah
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, di masukkan dalam
golongan pertanyaan. Keterampilan bertanya di bedakan atas keterampilan
bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut.
Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar
yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan.
Komponen-komponen yang di maksud adalah: pengungkapan pertanyaan secara jelas
dan singkat, pemberian acuan, pemusatan, pemindahgiliran, penyebaran, pemberian
waktu berpikir dan pemberian tuntunan.
Sedangkan keterampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan
dari keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha mengembangkan
kemampuan berpikir siswa, memperbesar pertisipasi dan mendorong siswa agar
dapat berinisiatif sendiri. Keterampilan bertanya lanjut di bentuk di atas
landasan penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Karena itu, semua
komponen bertanya dasar masih dipakai dalam penerapan keterampilan bertanya
lanjut. Adapun komponen-komponen bertanya lanjut itu adalah: pengubahan susunan
tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, penggunaan
pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.
2. Keterampilan
Memberikan Penguatan
Penguatan (reinforcement)
adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang
merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa,
yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu
dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah
laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut.
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau
mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan
untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan
meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah
laku siswa yang produktif. Keterampilan memberikan penguatan terdiri atas beberapa
komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon
guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis.
Komponen-komponen itu adalah: penguatan verbal, diungkapkan
dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Penguatan
non-verbal, terdiri atas penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan
dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan
kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan
tak penuh. Penggunaan penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal,
yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons
yang negatif.
3. Keterampilan
Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks
proses interaksi belajar mengajar yang di tujukan untuk mengatasi kebosanan
siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, serta penuh partisipasi. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar
dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di
kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu:
a. Variasi
dalam cara mengajar guru, meliputi: penggunaan variasi suara (teacher voice), pemusatan perhatian
siswa (focusing), kesenyapan atau
kebisuan guru (teacher silence),
mengadakan kontak pandang dan gerak (eye
contact and movement), gerakan badan mimik: variasi dalam ekspresi wajah
guru, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement).
b. Variasi
dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila
ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian,
yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat
antara lain adalah sebagai berikut: variasi alat atau bahan yang dapat dilihat
(visual aids), variasi alat atau
bahan yang dapat didengart (auditif aids),
variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik),
dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).
c. Variasi
pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam
kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya. Penggunaan variasi
pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta
untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
4. Keterampilan
Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan menjelaskan adalah
penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk
menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Secara garis besar
komponen-komponen keterampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu:
a. Merencanakan,
hal ini mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis
hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum,
rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan.
b. Penyajian
suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: kejelasan,
penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan.
5. Keterampilan
Membuka dan Menutup Pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar
mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga
usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan
menutup pelajaran (closure) ialah
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan
belajar mengajar.
Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: menarik
perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha,
dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari.
Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau kembali penguasaan
inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, dan
mengevaluasi.
6. Keterampilan
Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan
berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan
masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai
suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi
kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap
positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa,
serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan
berbahasa.
7. Keterampilan
Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan
dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan keterampilan
mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen keterampilan yang berhubungan
dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat
prefentif) berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran, dan bersifat represif keterampilan yang berkaitan
dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud
agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi
belajar yang optimal.
8. Keterampilan
Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas,
yaitu berkisar antara 3- 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk
perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru
memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih
akrab antara guru dan siswa dengan siswa.
Komponen keterampilan yang digunakan adalah: keterampilan
mengadakan pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan
membimbing dan memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Diharapkan setelah menguasai delapan keterampilan mengajar
yang telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru
sehingga dapat membina dan mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu
mahasiswa calon guru dalam mengajar. Keterampilan mengajar yang esensial secara
terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat, penguasaan komponen keterampilan
mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada
komponen keterampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang
sistematis dan objektif.
Djamarah,
Syaiful B. 2000. Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Hartono,
Bambang. 2010. Pengajaran Mikro: Strategi
Pembelajaran Calon Guru/ Guru Menguasai Keterampilan Dasar Mengajar.
Semarang: Widya Karya.
Hasibuan
dan Moedjiono. 2004. Proses Belajar
Mengajar. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar