BAB
4
BAHAN
PUSTAKA
A. Pengertian
Perpustakaan sekolah akan
dapat berfungsi sebagai tempat belajar, sumber informasi dan pendukung
kurikulum apabila di dalam perpustakaan sekolah tersebut tersedia
bermacam-macam bahan pustaka. Dengan adanya bahan pustaka, murid-murid dapat
belajar dan mencari informasi yang diinginkan. Koleksi bahan pustaka ini jumlah
dan jenis serta kualifikasi minimalnya sudah ditentukan, dan sudah diolah/diproses
sehingga siap dipinjam atau dimanfaatkan oleh pemakai. Setelah memenuhi
persyaratan minimal diupayakan pengembangannya. Setiap perpustakaan biasanya
telah menetapkan standar koleksinya, baik dalam hal jumlah, jenis, variasi,
mutu, subjek, dan fokus maupun masa periode penerbitannya. Koleksi perpustakaan
merupakan faktor terpenting bagi perpustakaan. Hal itu sesuai dengan konsep
sebuah perpustakaan sebagai pusat informasi, pendidikan, pembelajaran,
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Jika perpustakaan
sekolah kurang memiliki bahan-bahan
pustaka, atau jarang bahkan tidak pernah ditambah dengan bahan-bahan pustaka
yang baru akan ketinggalan zaman dan lambat laun murid-murid kurang senang
mengunjungi perpustakaan sekolah. Bahan pustaka yang diterima perpustakaan
sekolah terdiri dari bahan pustaka buku dan bahan pustaka non buku. Bahan
pustaka buku terdiri dari buku teks, buku ajar, buku referensi, buku paket,
majalah, Koran, dan lainnya. Sedangkan bahan pustaka non buku dapat terdiri
dari globe, mikrofis, kaset, piringan hitam, CD, dan lainnya. Oleh Karena itu
perlu pengadaan bahan-bahan pustaka secara terus menerus dan melakukan
pemilihan yang tepat, yang sesuai dengan kurikulum di sekolah.
Jenis-jenis
bahan pustaka ditinjau dari bentuk fisiknya, yaitu:
1.
Bahan-bahan pustaka berupa
buku-buku, seperti buku tentang psikologi, buku Bahasa Indonesia, buku-buku
tentang ilmu pengetahuan sosial, buku-buku tentang agama, buku-buku tentang
ilmu pengetahuan alam.
2.
Bahan-bahan pustaka bukan berupa
buku, seperti surat kabar, majalah, peta, globe, piringan hitam.
Bahan-bahan
pustaka yang bukan berupa buku ini dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
a.
Bahan-bahan tertulis, seperti
surat kabar, majalah, brosur, laporan, karangan-karangan, kliping.
b.
Bahan-bahan berupa alat
pengajaran, seperti piringan hitam, radio, tape recorder, filmslide, projektor,
filmstrip projektor, E-book, E-journal.
Jenis-jenis
bahan pustaka ditinjau dari isinya, yaitu:
- Bahan-bahan pustaka yang isinya fiksi atau disebut buku-buku fiksi, seperti buku cerita anak-anak, cerpen, novel, novelet, roman, drama, puisi, pantun, syair.
- Bahan-bahan pustaka yang isinya non fiksi atau disebut buku-buku non fiksi, seperti buku referensi, kamus, biografi, ensiklopedi, majalah, dan surat kabar.
A. Pengadaan
Pengadaan bahan-bahan
pustaka adalah mengusahakan bahan-bahan pustaka yang belum dimiliki
perpustakaan sekolah, dan menambah bahan-bahan pustaka yang sudah dimiliki
perpustakaan sekolah tetapi jumlahnya masih terbilang sedikit atau kurang. Pengadaan
bahan pustaka merupakan rangkaian dari kebijakan pengembangan koleksi
perpustakaan.
Dalam pengadaan
bahan-bahan pustaka, guru pustakawan hendaknya meminta saran-saran, baik kepada
Kepala Sekolah, guru-guru, maupun kepada murid-murid. Permintaan saran tersebut
semua keputusan pengadaan terletak pada keputusan guru pustakawan yang
semestinya mempertimbangkan apa yang sangad dibutuhkan dalam pengadaan bahan
pustaka, keadaan keuangan, sarana dan prasarana perpustakaan sekolah. Hal ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk menghindari bahan pustaka yang sebenarnya kurang
bermanfaat bagi pengguna perpustakaan masuk ke dalam jajaran koleksi.
Secara umum pengadaan
bahan pustaka di lingkungan perpustakaan mencakup 3 kegiatan utama, yaitu:
1.
pemilihan atau seleksi bahan pustaka
2.
pengadaan bahan pustaka melalui
pembelian, tukar menukar, penerimaan hadiah, dan penerbitan sendiri oleh
perpustakaan
3.
inventarisasi bahan yang telah
diadakan serta statistik pengadaan bahan pustaka.
Untuk perpustakaan
sekolah pada umumnya menerima dropping buku dari Pemerintah, baik buku
pelajaran, buku-buku penunjang, maupun buku bacaan.
Dalam perencanaan
pengadaan barang-barang pustaka, ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh
guru pustakawan, langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Inventarisasi bahan-bahan
pustaka yang harus dimiliki.
Untuk menginventarisasi
bahan-bahan pustaka in guru pustakawan bisa berpedoman kepada buku-buku yang
memuat daftar bahan pustaka. Buku tersebut dapat diperoleh salah satunya dari
penerbit-penerbit buku, dalam katalog buku (daftar buku) terdapat
bermacam-macam judul buku. Ciri-ciri setiap judul dijelaskan secara terinci,
seperti pengarangnya, penerbitnya, kota terbitnya, tahun terbitnya, jumlah
halaman, ukuran buku, harganya, bahakan uraian singkat isi bukunya. Hala ini
mempermudah guru pustakawan apabila sewaktu-waktu akan memesan buku-buku
tertentu kepenerbit. Cara lain yang dapat ditempuh oleh guru pustakawan untuk
memperoleh daftar buku atau katalog buku adalah menghubungi lembaga-lembaga
tertentu yang memang sering keli mengeluarkan atau menerbitkan buku-buku. Di
Indonesia ada banyak lembaga yang menerbitkan buku-buku, antara lain Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Biro Pusat Statistik, LP3ES, UNESCO.
2. Inventarisasi bahan-bahan
pustaka yang dimiliki.
Untuk menginventarisasi
bahan-bahan pustaka ini guru pustakawan bisa berpedoman kepada buku induk
perpustakaan sekolah. Apabila perpustakaan sekolah tersebut belum memiliki buku
induk maka guru pustakawan harus menginventarisasi semua bahan-bahan pustaka,
dan tentu akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu sedini mungkin
semua bahan-bahan pustaka harus dimasukkan ke dalam buku induk. Selain itu
kiranya akan lebih baik apabila penginventarisasiannya digolong-golongkan
menurut subyek atau jenisnya sehingga dapat diketahui bahan-bahan pustaka
subyek atau jenis mana yang terasa sangat dibutuhkan oleh perpustakaan sekolah.
3. Analisis kebutuhan bahan-bahan
pustaka.
Berdasarkan inventarisasi
di atas guru pustakawan sudah bisa menginventarisasi bahan-bahan pustaka yang
dibutuhkan. Bahan-bahan pustaka yang dibutuhkan itu yang dimaksud adalah
bahan-bahan yang seharusnya dimiliki atau tersedia di perpustakaan, tetapi
bahan-bahan pustaka tersebut belum dimiliki oleh di perpustakaan sekolah. Cara
yang dapat ditempuh untuk menganalisis bahan-bahan pustaka yang dibutuhkan
adalah membandingkan antara inventarisasi bahan pustaka yang harus dimiliki
dengan hasil inventarisasi bahan-bahan pustaka yang sudah dimiliki.
4. Menetapkan prioritas.
Apabila hasil analisis
kebutuhan bahan-bahan pustaka menunjukkan bahwa bahan-bahan pustaka yang
dibutuhkan sangat banyak, sementara dana yang ada tidak cukup, maka perlu
dibuatkan prioritas dari seluruh bahan pustaka yang dibutuhkan, sehingga dapat
ditetapkan bahan-bahan pustaka yang mana yang harus segera diusahakan.
Ada beberapa hal yang
perlu dijadikan dasar pertimbangan dalam menetapkan prioritas, antara lain:
a.
Kurikulum sekolah
b.
Bakat dan minat murid-murid
c.
Pengetahuan, kecakapan, dan
keterampilan murid-murid
d.
Tingkat usia murid-murid
e.
Sumber-sumber pengadaan bahan
pustaka
f.
Keadaan ruang dan peralatan
perpustakaan sekolah yang tersedia
g.
Anggaran yang tersedia untuk
pengadaan bahan-bahan pustaka.
5. Menentukan cara pengadaan
bahan-bahan pustaka
Langkah terakhir dalam
perencanaan pengadaan bahan-bahan pustaka adalah menentukan cara pengadaannya.
Jadi setelah menentukan buku-buku mana yang harus segera diusahakan, maka
ditentukan cara pengadaannya, mungkin dengan cara membeli , hadiah, menyewa dan
sebagainya.
Pada umumnya bahan-bahan
pustaka yang berupa buku merupakan bantuan atau ‘dropping’ dari Pemerintah,
tetapi bantuan tersebut terbatas dan tidak selalu ada, sehingga guru pustakawan
dituntut untuk mengusahakan bahan-bahan pustaka dengan cara lain.
Ada beberapa cara yang
ditempuh oleh guru pustakawan untuk memperoleh bahan-bahan pustaka, antara lain
dengan cara membeli, hadiah atau sumbangan, tukar menukar, meminjam dan membuat
sendiri.
B. Pengolahan
Sebelum bahan pustaka
disusun ke dalam rak/almari maka perlu diadakan pengolahan. Yang dimaksud
dengan pengolahan buku adalah rangkaian pekerjaan dalam mempersiapkan buku agar
mudah diperoleh dan diketahui informasi yang ada di dalamnya.
1. Inventarisasi
Bahan-bahan pustaka yang
dimiliki perpustakaan sekolah harus dicatat di dalam buku induk. Pencatatan
bahan-bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah disebut inventarisasi
bahan pustaka. Penginventarisasian bahan-bahan pustaka ini pada waktu bahan
pustaka datang, yaitu setelah guru pustakawan mengecek keadaan bahan-bahan
pustaka tersebut. Penginventarisasian ini dilakukan gunanya untuk memudahkan
guru pustakawan dalam merencanakan pengadaan bahan-bahan pustaka, memudahkan
guru pustakawan dalam melakukan pengawasan terhadap bahan-bahan pustaka yang
ada, dan memudahkan guru pustakawan dalam membuat laporan tahunan.
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam rangkaian kegiatan inventarisasi bahan-bahan pustaka meliputi
sebagai berikut:
a)
Memberi stempel pada bahan
pustaka
b)
Mendaftar bahan pustaka
2. Klasifikasi
Setelah semua bahan
pustaka diinventaris ke dalam buku induk, maka langkah selanjutnya adalah
mengklasifikasi bahan-bahan pustaka tersebut sehingga mudah dipergunakan oleh
pengunjung. Klasifikasi berasal dari kata ‘classification’ (bahasa Inggris),
yang berasal dari kata ‘to classify’ , yang berarti menggolongkan dan
menempatkan benda-benda yang sama di suatu tempat. Mengklasifikasi buku-buku
perpustakaan sekolah sangat penting karena untuk menolong murid-murid dan
pengunjung lainnyadi dalam mencari buku-buku yang diperlukan.
Tujuan klasifikasi buku-buku
perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:
a)
Untuk mempermudah murid-murid di
dalam mencari buku-buku yang sedang diperlukan.
b)
Untuk mempermudah guru
pustakawan di dalam mencari buku-buku yang dipesan oleh murid-murid atau
pengunjung lain.
c)
Untuk mempermudah guru
pustakawan di dalam mengembalikan buku-buku pada tempatnya.
d)
Mempermudah guru pustakawan
mengetahui perimbangan bahan pustaka.
e)
Untuk mempermudah guru
pustakawan di dalam menyusun suatu daftar bahan-bahan pustaka yang berdasarkan sistem
klasifikasi.
Prinsip-prinsip
Pengklasifikasian
Mengklasifikasi buku-buku
perpustakaan sekolah bukan merupakan pekerjaan mudah, apabila mengklasifikasi
buku-buku perpustakaan sekolah berdasarkan bentuk fisiknya atau berdasarkan
abjad judul bukunya itu tidak terlalu sulit, tetapi apabila sistem klasifikasi
yang dipergunakan berdasarkan subyeknya maka pelaksanaannya akan lebih sulit.
Sekedar sebagai pedoman,
ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan di dalam mengklasifikasi buku-buku
perpustakaan sekolah yang menggunakan sistem klasifikasi berdasarkan subyeknya,
agar proses klasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah dapat berjalan lancar,
yaitu sebagai berikut:
1.
Klasifikasi buku-buku
perpustakaan sekolah, pertama-tama berdasarkan subyeknya. Kemudian berdasarkan
bentuk penyajiannya atau bentuk karyanya.
2.
Khususnya buku-buku yang
termasuk karya umum dan kesusastraan hendaknya lebih diutamakan pada bentuknya.
3.
Di dalam mengklasifikasi
buku-buku perpustakaan sekolah hendaknya memperhatikan tujuan pengarangnya.
4.
Klasifikasi buku-buku
perpustakaan sekolah itu pada subyek yang sangat spesifik.
5.
Apabila sebuah buku yang
membahas dua atau tiga subyek, klasifikasilah buku tersebut pada subyek yang
dominan.
6.
Apabila ada sebuah buku yang
membahas dua subyek dengan perimbangan subyek yang sama, maka klasifikasilah
buku tersebut itu pada subyek yang paling banyak bermanfaat bagi pemakai perpustakaan sekolah.
7.
Di dalam mengklasifikasi
buku-buku perpustakaan sekolah hendaknya guru pustakawan mempertimbangkan
keahlian pengarangnya.
8.
Apabila ada sebuah buku
perpustakaan yang membahas dua subyek yang sama perimbangannya dan merupakan
bagian dari suatu subyek yang lebih luas, maka klasifikasikanlah buku tersebut
pada subyek yang lebih luas.
9.
Apabila ada sebuah buku
perpustakaan sekolah yang membahas tiga subyek atau lebih, tetapi tidak jelas
subyek mana yang lebih diutamakan oleh pengarangnya, dan merupakan bagian dari
suatu subyek yang lebih luas, maka klasifikasinya buku tersebut pada subyek
yang lebih luas.
Sistem Klasifikasi
Dalam
sistem klasifikasi bisa berdasarkan ciri-ciri buku, sehingga buku-buku yang
bercirikan sama bisa dikelompokan menjadi satu. Ada beberapa sistem klasifikasi
buku-buku perpustakaan sekolah, antara lain:
- Sistem abjad nama pengarang
Pada
sistem ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompokkan atas dasar abjad nama
pengarangnya. Buku-buku yang huruf pertama dari pengarangnya sama dikelompokkan
menjadi satu. Misalnya ada sepuluh buku yang harus diklasifikasi, dan nama-nama
pengarangnya adalah Badrullah, Drs. Achmad Yamin, K.H. Asrori, Drs. Syamsul
Arifin, Dr. Alwi Mustofa, Alimoedikin, Prof. Dr. Sukiman, MA, Badruz Zamin, H.
Buchari, Dr. Abd. Kadir. Maka buku-buku yang nama pengarangnya dimulai dengan
huruf A dikelompokkan menjadi satu. Begitu pula buku-buku yang nama
pengarangnya dimulai dengan huruf B dan S.
- Sistem abjad judul buku
Pada
sistem ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompokkan atas dasar abjad judul
bukunya. Buku yang huruf pertama dari judul sama dikelompokkan menjadi satu.
Misalnya ada lima buku yang harus diklasifikasi, seperti berikut ini.
a.
Analisis Bahasa, oleh W.F.
Mackey
b.
Pengelolaan Perpustakaan
Sekolah, oleh Drs. Ibrahim Bafadal, M.Pd
c.
Pemimpin dan Kepemimpinan, oleh Dra.
Kartini Kartono
d.
Evaluasi Pendidikan, oleh Drs.
Wayan Nurkancana dan Drs. P.P.N. Sumartana
e.
Administrasi Perkantoran Modern,
oleh The Liang Gie
Maka
buku-buku yang judul bukunya dimulai dengan huruf A dikelompokkan menjadi satu,
begitu pula buku-buku yang judulnya dimulai dengan huruf E dan P dikelompokkan
menjadi satu.
- Sistem kegunaan buku
Pada
sistem ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompok-kelompokkan atas dasar
kegunaannya. Buku-buku referensi dikelompokkan menjadi satu, buku-buku cerita
dikelompokkan menjadi satu, buku-buku ilmu pengetahuan dikelompokkan menjadi
satu tempat, dan begitu juga buku-buku yang terdiri dari jenis yang sama
dikelompokkan menjadi satu tempat.
- Sistem penerbit
Pada
sistem ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompokkan atas dasar penerbit
buku. Di Indonesia terdapat banyak penerbit, seperti Gunung Agung, Balai
Pustaka, Bumi Aksara, Sinar Grafika, Erlangga, Penerbit Yayasan Kanisius,
Bintang Pelajar, Andi, Aneka Ilmu, dan sebagainya. Buku-buku yang penerbitnya
sama dikelompokkan menjadi satu dan ditempatkan pada suatu tempat tertentu.
- Sistem bentuk fisik
Pada
sistem ini, bahan-bahan pustaka dikelompokkan atas dasar bentuk fisiknya. Ada
bahan pustaka yang berupa buku dan ada yang berupa bukan buku seperti majalah,
brosur, surat kabar, dan sebagainya. Maka bahan-bahan pustaka yang berbentuk buku
dikelompokkan menjadi satu, semua surat kabar ditempatkan pada satu tempat yang
sama, begitu juga dengan brosur dan majalah dikelompokkan menjadi satu pada
bentuk yang masing-masing sama. Buku-buku perpustakaan sekolah dapat pula
dikelompokkan secara spesifik lagi berdasarkan ukurannya seperti tebal tipisnya
dan berat ringannya.
- Sistem bahasa
Pada
sistem ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompokkan atas bahasa yang
digunakan. Buku-buku perpustakaan sekolah yang berbahasa Indonesia
dikelompokkan menjadi satu, yang berbahasa asing dikelompokkan menjadi satu,
dan begitu juga buku-buku yang berbahasa daerah dikelompokkan menjadi satu
tempat tersendiri.
- Sistem subyek
Pada
sistem ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompok-kelompokkan atas dasar
subyek atau isi yang terkandung di dalam buku tersebut. Misalnya buku yang
membahas tentang pendidikan dikelompokkan menjadi satu, buku-buku yang membahas
tentang politik dikelompokkan menjadi satu tempat, dan buku-buku tentang
pertanian dikelompokkan menjadi satu, dan seterusnya.
Subyek Berkelas
Yang
dimaksud dengan subyek berkelas adalah penentuan subyek sebuah buku dengan
menggunakan notasi yang diambil dari bagan klasifikasi. Subyek atau cakupan
bidang ilmu dinyatakan dengan notasi baik angka ataupun abjad atau gabungan
keduanya. Klasifikasi digunakan untuk menyatakan subyek berkelas adalah bagan
klasifikasi seperti
- Dewey Decimal Classification (DDC) yang dalam istilah Indonesia dikenal dengan Klasifikasi Persepuluh Dewey
Sistem
klasifikasi DDC ini ditemukan oleh Melville Louis Kossuth Dewey. Ia
mengelompokkan koleksi berdasarkan subyek/pokok masalah dengan notasi angka
persepuluh. Masing-masing kelompok nanti dibagi lagi menjadi subyek yang lebih
kecil yang disebut divisi. Dari divisi akan dibagi lagi menjadi lebih kecil
disebut subdivisi. Dari subdivisi ini dibagi lagi menjadi pembagian yang lebih
rinci lagi (bagan lengkap).
Contoh:
Kelas utama (Ringkasan I)
000
– Karya Umum
100
– Filsafat
200
– Agama
300
– Ilmu Sosial
400
– Bahasa
500
– Ilmu Pengetahuan Murni
600
– Ilmu Pengetahuan Terapan/Teknologi
700
– Seni, Olahraga
800
– Kesusasteraan
900
– Sejarah, Geografi
- Universal Decimal Classification (UDC)
- Library of Conggres Classification (LCC)
Langkah-langkah
yang harus ditempuh guru pustakawan di dalam mengklasifikasi buku-buku
perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:
a.
menentukan system klasifikasi
b.
menyiapkan bagan klasifikasi
c.
menyiapkan buku-buku
d.
menentukan subyek buku
e.
menentukan nomor klasifikasi
3. Katalogisasi
Pengkatalogisasian adalah
proses pembuatan daftar pustaka (buku, majalah, CD, film, mikro, peta, dan
lainnya) berurut milik suatu perpustakaan yang berisi
informasi/keterangan-keterangan lengkap dari bahan pustaka tersebut. Jadi yang
perlu dikatalog tidak hanya koleksi berupa buku-buku saja, tetapi seluruh bahan
pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah, baik bahan pustaka berupa buku
dan berupa bukan buku. Sedangkan informasi atau keterangan yang lengkap
misalnya judul buku, nama pengarang, edisi atau jilid (jika ada), kota terbit,
penerbit, tahun terbit, tebal dan sebagainya. Kartu-kartu yang dibuat adalah :
kartu katalog utama (shelf-list), kartu katalog pengarang, kartu katalog judul,
dan kartu katalog subyek.
Tujuan dan fungsi katalog
adalah untuk memudahkan menemukan kembali bahan pustaka yang telah disimpan.
Kebiasaan pemakai dalam mencari bahan pustaka sering kali hanya menyebutkan
nama pengarang, judul, nomor klass, bahkan hanya subyeknya saja. Dengan
demikian kehadiran katalog pada perpustakaan berfungsi sebagai saran untuk menemukan
bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan. Oleh karena itu pembuatan dan
penyelenggaraan catalog harus berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang dapat
memberi kemudahan pada pemakai.
Tujuan
pengkatalogan menurut C.A. Cutter adalah:
a.
memudahkan seseorang (pemakai)
menemukan sebuah karya yang telah diketahui pengarang, judul, atau subyeknya;
b.
memperlihatkan apa yang dimiliki
perpustakaan melalui nama pengarang, subyek dan jenis literaturnya;
c.
membantu pemilihan sebuah karya
seperti dalam hal edisi secara bibliografis dan karakternya (topik).
Fungsi
katalog pada perpustakaan:
- catatan lengkap atau sebagian koleksi perpustakaan;
- kunci untuk menemukan karya yang diperlukan;
- sumber yang memberikan alternative pilihan karya;
- sumber penyusunan bibliografis;
- alat Bantu pengingat koleksi.
Informasi
yang dibutuhkan dalam pembuatan kartu katalog adalah:
- Tajuk , terdiri dari nama pengarang atau badan korporasi yang dipilih sebagai entri utama, dan atau judul bahan pustaka
- Batang tubuh entri, terdiri dari judul dan pernyataan kepengarangan; judul, termasuk judul alternative jika ada; judul pararel atau informasi lain tentang judul jika ada; pernyataan kepengarangan
- Edisi, terdiri dari pernyataan edisi (nomor atau edisi, atau gabungan keduanya); pernyataan kepengarangan yang berhubungan dengan edisi tertentu
- Spesifikasi materi atau jenis bahan pustaka, terdiri dari pernyataan skala dan proyeksi untuk bahan kartografik; penandaan abjad dan atau kronologis untuk terbitan berseri
- Penerbitan, distribusi terdiri dari tempat terbit, distribusi (jika ada); nama penerbit, distributor (bila ada); tahun terbit, distribusi (bila ada) termasuk hak cipta jika perlu; nama pencetak, tempat percetakan, tahun percetakan jika nama penerbit tidak diketahui
- Deskripsi fisik, terdiri dari keterangan kuantitas (misalnya jumlah halaman, jilid bila ada); rincian fisik lainnya (misalnya illustrasi, dsb); dimensi (misalnya tinggi buku dinyatakan dengan cm.); materi pelengkap (misalnya peta, buku pedoman) dicetak terpisah dari bahan pustaka yang dikatalog
- Seri jika ada, terdiri dari judul seri; judul pararel seri; keterangan judul lain; pernyataan kepengarangan sehubungan dengan seri; penomoran; subseri
- Catatan (ditulis sebagai paragraph terpisah), informasi yang dianggap perlu untuk dicantumkan pada bagian dari katalog misalnya Bibliografi, Indeks, dan sebagainya.
- Nomor standard an keterangan ketersediaan, terdiri dari nomor standar (ISBN dan ISSN); keterangan ketersediaan (misalnya harga atau untuk siapa terbitan tersebut disediakan)
- Jejakan, terdiri dari entri tambahan untuk pengarang, editor, penerjemah; entri tambahan untuk judul; entri tambahan untuk seri.
Macam-macam
katalog ditinjau dari segi bentuknya:
- Katalog berkas (sheaf catalogue)
Katalog
berkas merupakan salah satu bentuk catalog yang bisa dibuat dari kertas manila
atau kertas tulis biasa. Katalog berkas ini terdiri dari beberapa lembar yang
diikat menjadi satu secara longgar saja. Ukuran setiap lembarnya biasanya 20x10
cm. Setiap satu ikatnya bisa berisi 500 sampai dengan 650 lembar yang setiap
lembarnya hanya berisi uraian satu buku. Adapun cara mengikatnya bisa dengan
cara dijilid atau diikat dengan tali atau kawat seperti album.
- Katalog buku (book catalogue)
Katalog
buku merupakan salah satu bentuk catalog tercetak yang berbentuk buku. Setiap
lembarnya bisa berisi uraian beberapa judul buku. Pada catalog ini, setiap
lembarnya telah tersedia kolom-kolom untuk cirri-ciri buku, seperti kolom
judul, kolom pengarang, kolom kota terbit, kolom penerbit, kolom tahun terbit,
dan sebagainya. Karena kolom-kolom setiap lembarnya telah tercetak maka catalog
ini sering disebut dengan catalog tercetak. Pembuatan catalog buku ini hamper
sama dengan buku daftar buku atau buku induk perpustakaan sekolah.
- Katalog kartu (card catalogue)
Katalog
kartu merupakan salah satu bentuk catalog yang biasanya dibuat dari kertas
manila putih yang berukuran 12½ x 7½ cm. Pada setiap lembar kartu catalog hanya
berisi uraian satu judul buku. Di tengah-tengah bagian bawahnya diberi lubang
untuk memasukkan tusuk pengaman. Kartu catalog ini disusun dan disimpan di
dalam kotak laci catalog, yang setiap kotaknya bisa berisi kurang lebih seribu
kartu.
4. Peralatan dan Perlengkapan
pustaka
Selain
memerlukan gedung atau ruang, penyelenggaraan perpustakaan sekolah memerlukan
sejumlah peralatan dan perlengkapan, baik untuk pelayanan kepada pengunjung
maupun untuk proses pengolahan bahan pustaka dan ketatausahaan.
a.
peralatan perpustakaan sekolah
peralatan
perpustakaan sekolah ada yang bersifat habis pakai dan ada yang bersifat tahan
lama. Peralatan habis pakai adalah peralatan yang relative cepat habis.
Sedangkan peralatan yang tahan lama adalah peralatan yang dapat digunakan terus
menerus dalam jangka waktu yang relative lama.
1)
peralatan habis pakai : pensil,
pensil warna, pena (ballpoint), kertas untuk mengetik, kertas untuk membuat
label, kertas untuk kantong buku dan slip tanggal, kertas manila untuk membuat
katalog dan kartu buku serta kartu peminjaman, formulir pendaftaran, kertas
bergaris untuk mencatat sesuatu, blangko surat, buku catatan, amplop
bermacam-macam ukuran, buku inventaris bahan-bahan pustaka, buku inventaris
peralatan perpustakaan, karbon, kertas marmer, kertas stensil, buku induk
peminjaman, kartu anggota, tinta, tinta gambar, tinta stensil, tinta stempel,
penghapus pensil, penghapus tinta, penghapus mesin ketik, tali, karet, pita,
kawat, paku bermacam-macam ukuran, lem perekat, kertas perekat, kuitansi,
jepitan kertas, kapur tulis, kapur barus, benang, jarum, spidol, obat pencegah
hama atau jamur buku.
2)
Peralatan tahan lama : mesin
ketik, mesin stensil, mesin hitung, keranjang sampah, kotak surat, jam dinding,
pisau, gunting, pelubang kertas, penggaris, bantalan stempel, berkas jepitan,
stempel huruf, stempel tanggal, stempel angka, stempel inventaris perpustakaan
sekolah, daftar klasifikasi, daftar buku atau katalog buku, papan tulis, papan
pengumuman, mesin pengikat kertas, penjepret kawat (stepler), palu, sapu,
kemoceng, alat pemadam kebakaran, alat semprot memberantas hama buku, ember,
lampu.
b.
Perlengkapan perpustakaan sekolah
Perlengkapan atau meubelair yang sangat
dibutuhkan dalam penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah rak buku, rak
surat kabar, rak majalah, kabinet gambar, meja sirkulasi, lemari atau kabinet
catalog, kereta buku dan papan display. Pengadaan setiap perlengkapan harus
mempertimbangkan hal-hal seperti nilai efisiensi pengeluaran uang, efisiensi
dalam pengaturannya, mutu baik, enak dipakai, dan menarik bagi penglihatan.
Usahakan masing-masing jenis perlengkapan itu seragam baik bentuknya maupun
warnanya. Misalnya bentuk meja dan kursi belajar semuanya sama, bentuk rak
semuanya sama, begitu pula perlengkapan lainnya sehingga tampak rapid an indah
bila dipandang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar