BAB 1
KONSEP PERPUSTAKAAN SEKOLAH
A. Pendahuluan
Perpustakaan
sekolah mempunyai arti penting bagi keberhasilan pendidikan, karena
perpustakaan sekolah merupakan sarana penunjang kegiatan belajar siswa. Salah besar bila suatu lembaga
pendidikan seperti halnya sekolah, tidak mengedepankan perpustakaan.
Sering
disebutkan bahwa perpustakaan merupakan jantungnya lembaga pendidikan, namun
demikian masih ada beberapa lembaga pendidikan yang kurang respek terhadap
perpustakaan. Ada juga yang beranggapan bahwa perpustakaan hanya merupakan
tempat untuk menyimpan buku-buku. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman akan arti
penting sebuah perpustakaan. Dan masih banyak pula lembaga pendidikan yang
kurang memperhatikan perpustakaannya, dikarenakan perpustakaan menyerap banyak
dana dan sama sekali tidak menghasilakan pendapatan secara finansial. Selain itu masih banyak pula perpustakaan yang
dikelola/ditangani oleh tenaga yang tidak menguasai perpustakaan (kalau tidak
boleh dikatakan tenaga seadanya). Padahal tidak demikian, karena perpustakaan
harus selalu meng-update
informasi-informasi baru dan menyebarluaskan kepada penggunanya, sehingga
perpustakaan perlu untuk dikelola dengan sungguh-sungguh dan ditangani oleh
tenaga yang profesional dibidangnya.
Bila memperhitungkan
untung dan rugi, sebenarnya secara materi perpustakaan sekolah sangat
menguntungkan bagi siswa, karena siswa tidak terbebani untuk membeli buku-buku
yang diperlukan untuk memperkaya pengetahuannya. Sedangkan keuntungan buat guru
adalah meringankan beban mencarikan literatur-literatur yang diperlukan siswa
untuk pengayaan mata pelajaran yang diberikannya. Semua itu dapat diatasi
dengan adanya perpustakaan sekolah yang benar-benar dikelola dengan baik dan
benar sebagaimana perpustakaan-perpustakaan sekolah di negara maju.
Perpustakaan
adalah salah satu sumber belajar yang penting, tetapi bukan satu-satunya.
Perpustakaan memungkinkan para tenaga pendidik, dan para peserta didik/murid
memperoleh kesempatan untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan dengan
membaca bahan pustaka yang mengandung ilmu pengetahuan yang diperlukan.
Perpustakaan
dapat diartikan sebagai suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu
yang menghimpun, mengelola bahan-bahan pustaka, baik itu berupa buku-buku
maupun bukan berupa buku yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu
sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh pemakainya.
B. Hakekat
Salah satu
ciri perpustakaan adalah adanya bahan pustaka atau sering juga disebut koleksi
pustaka. Tetapi selain cirri tersebut ada beberapa ciri perpustakaan, yaitu
sebagai berikut:
1.
Perpustakaan merupakan suatu unit kerja
2.
Perpustakaan mengelola sejumlah bahan pustaka
3.
Perpustakaan harus digunakan oleh pemakai
4.
Perpustakaan sebagai sumber informasi
Perpustakaan sekolah pada hakekatnya adalah
sistem pengelolaan informasi oleh sumber daya manusia yang terdidik dalam
bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Dalam pengelolaan dan
pemanfaatan perpustakaan diperlukan gedung/ tata ruang, anggaran, sarana dan prasarana
yang memadai.
Perpustakaan
Sekolah menyediakan informasi dan ide yang merupakan fondasi agar berfungsi
secara baik di dalam masyarakat masa kini yang berbasis informasi dan
pengetahuan. Perpustakaan sekolah merupakan sarana bagi para murid agar terampil
belajar sepanjang hayat dan mampu mengembangkan daya pikir agar mereka dapat
hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab.
C. Arti dan Tujuan
Perpustakaan
sekolah merupakan bagian dari sekolah dan juga bagian dari perpustakaan secara umum. Perpustakaan
sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar siswa yang memegang peranan sangat penting dalam memacu
tercapainya tujuan pendidikan di sekolah.
Perpustakaan
Sekolah adalah suatu perpustakaan yang berada di sekolah guna menunjang program
belajar mengajar di lembaga pendidikan baik Sekolah Dasar maupun Sekolah. Untuk
mengelola perpustakaan sekolah sebaiknya dilakukan
oleh seorang pustakawan, bilamana tidak ada bisa menunjuk guru yang dianggap mampu mengelola perpustakaan sekolah.
Tujuan perpustakaan sekolah merupakan bagian integral yang mendukung/ menunjang
proses belajar mengajar, maka dalam pengadaan bahan pustaka hendaknya
mempertimbangkan kurikulum sekolah serta selera para pembaca yang dalam hal ini
adalah murid-murid.
Keberadaan
perpustakaan sekolah yang representative dalam jangka panjang dimaksudkan
untuk:
1.
Menumbuhkembangkan minat baca tulis guru dan siswa
2.
Mengenalkan teknologi informasi
3.
Membiasakan akses informasi secara mandiri
4.
Memupuk bakat dan minat
D. Fungsi dan Tata Kerja
Memang apabila
ditinjau secara umum, perpustakaan sekolah itu sebagai pusat belajar, sebab
kegiatan yang paling tampak pada setiap kunjungan murid-murid adalah belajar,
baik belajar masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan mata pelajaran
yang diberikan di kelas, maupun buku-buku lain yang tidak ada hubungannya
dengan mata pelajaran. Tetapi tidak semua murid datang ke perpustakaan
mempunyai maksud untuk belajar melainkan untuk mencari informasi atau bahkan
hanyak untuk rekreasi. Beberapa fungsi perpustakaan sekolah antara lain:
a.
Fungsi Edukatif
Di
perpustakaan sekolah disediakan koleksi putaka berupa buku dan non buku, bahan
pustaka tersebut digunakan sebagai penunjang aktivitas sekolah sebagai proses
pendidikan secara mandiri. Adanya perpustakaan sekolah dapat meningkatkan
interes membaca murid-murid, sehingga teknik membaca semakin lama semakin
dikuasai. Selain itu perpustakaan sekolah dalam hal pengadaan bahan pustaka
disesuaikan dengan kurikulum sekolah, oleh sebab itu kiranya dapat kita katakan
bahwa perpustakaan sekolah itu memiliki fungsi edukatif.
b.
Tempat Belajar
Selain mencari
buku untuk penunjang belajar, murid-murid biasanya juga melakukan kegiatan
berdiskusi di perpustakaan sekolah. Hal ini sangat didukung karena selain
belajar secara mandiri, murid-murid juga gemar membahas satu atau beberapa mata
pelajaran bersama teman grup atau berdiskusi secara bersama dengan memanfaatkan buku
perpustakaan sebagai refgerensinya.
c.
Fungsi Penelitian/riset
Di
perpustakaan telah diketahui bahwa banyak terdapat bahan pustaka, murid-murid
dan guru dapat melakukan penelitian dengan mengumpulkan data atau keterangan
yang diperlukan.
d.
Pemanfaatan teknologi informasi
Perpustakaan
menyediakan berbagai informasi yang meliputi bahan tercetak, terekam maupun
koleksi lainnya yang dapat dimanfaatkan. Dalam memperlancar proses belajar
mengajar perlu pemanfaatan teknologi informasi yang notabene perpustakaan
sebagai media aplikasi teknologi informasi dalam alih pengembangan ilmu
pengetahuan. Perpustakaan sekolah perlu menyediakan computer
berbasis internet, pangkalan data dalam
bentuk CD, penyediaan buku elektronik (e-books),
jurnal elektronik (e-journal),
ensiklopedi elektronik, dan lainnya.
e.
Fungsi Rekreasi
Perpustakaan
berfungsi sebagai tempat rekreasi bukan berarti secara fisik, tetapi secar
psikologisnya. Contohnya jika ada buku yang berjudul “Malang Kota Indah”, maka
murid-murid yang membacanya seakan-akan pergi ke sana karena dalam buku
tersebut disajikan gambar gedungnya, tempat hiburannya, tempat pariwisatanya
dan sebagainya, dimana murid-murid bisa membayangkan sedang berada di kota
tersebut.
f.
Fungsi Informasi
Perpustakaan
yang sudah maju tidak hanya menyediakan bahan-bahan pustaka berupa buku, tetapi
juga menyediakan pustaka non buku, misalnya
majalah, bulletin, peta, globe surat kabar,
pamphlet dan dilengkapi dengan alat-alat pandang dengar misalnya berupa
overhead projector, slide projector, pita kaset, CD
dan lainnya. Semua ini akan memberikan keterangan atau informasi yang
dibutuhkan murid-murid.
BAB 2
MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
A. Pengertian
Perpustakaan
tidak sekedar gedung/ruang sebagai tempat koleksi, tetapi juga sebagai unit/sistem
informasi. Perpustakaan sekolah sebagai unit informasi akan memiliki kinerja
yang baik bilamana dikelola dengan manajemen
yang memadai. Sebagai system informasi, perpustakaan memiliki aktivitas
pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian, dan penyebaran informasi.
Pengertian
manajemen telah banyak dibahas oleh para ahli. Menurut Zulkifli Amsyah (2001:1)
manajemen adalah proses kegiatan mengelola sumber daya manusia, materi dan
metode berdasarkan fungsi-fungsi manajemen agar tujuan dapat dicapai secara
efisien dan efektif.
Sedangkan
konsep perpustakaan memang selalu identik dengan buku dan aspeknya. Sulistya-Basuki
(1999:1) menyatakan bahwa: perpustakaan
adalah sebuah ruangan, bagian, atau subbagian dari sebuah gedung ataupun gedung
itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku, biasanya disimpan menurut tata
susunan tertentu serta digunakan untuk anggota perpustakaan. Dalam
pengertian ini, perpustakaan identik dengan ruangan, koleksi, penyimpanan, dan pemanfaatannya.
Setelah
mengetahui pengertian manajemen dan perpustakaan, maka untuk dapat merumuskan
pengertian manajemen perpustakaan dapat menggabungkan kedua pengertian
tersebut. Menurut Jo Bryson, (1990:4) manajemen perpustakaan sekolah merupakan
upaya pencapaian tujuan dengan pemanfaatan sumber daya manusia, informasi,
system, dan sumber dana dengan tetap memperhatikan fungsi manajeman, peran dan
keahlian pengelolanya.
B. Pengorganisasian
Pengertian
umum organisasi adalah segenap proses kegiatan menata dan membagi pekerjaan
yang akan dilakukan, mengelompokkan orang-orang yang akan mengerjakan pekerjaan
tersebut, menetapkan wewenang dan tanggungjawab serta hubungan antar unit-unit
dan individu sebagai pelaksana dari pekerjaan itu untuk mencapai tujuan
tertentu dari organisasi tersebut.
Menurut Buku
Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah, Pekerjaan mengorganisasi di
Perpustakaan Sekolah adalah:
“Rangkaian kegiatan mengelompokkan pekerjaan serta
orang yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut, menetapkan tugas, wewenang dan
tanggung jawab dari masing-masing individu dan menetapkan hubungan antara
unit-unit kerja yang ada untuk mencapai tujuan dari Perpustakaan Sekolah”.
Pengorganisasian
merupakan penyatuan langkah-langkah dari seluruh kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh elemen-elemen dalam suatu lembaga, hal ini penting dilakukan
agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas. Proses pengorganisasian
sekolah akan berjalan baik apabila memperhatikan prinsip-prinsip organisasi
sebagai landasan gerak.
Prinsip-prinsip organisasi tersebut adalah:
1.
Organisasi perpustakaan harus mempunyai tujuan.
Tujuan
perpustakaan sekolah harus jelas dan diketahui oleh elemen yang terkait.
Prinsip ini membawa konsekuensi, bahwa harus ada kesatuan pimpinan, dan
kesatuan arah dan gerak.
2.
Harus ada pembagian kerja dan penugasan yang homogen.
Tanpa adanya
pembagian tugas yang jelas akan terjadi tumpang tindih pekerjaan dan tidak
mencapai efektifitas dan efisiensi pekerjaan. Pembagian kerja di perpustakaan
misalnya, tugas pengadaan koleksi bahan pustaka; pengolahan bahan pustaka;
layanan pengunjung; sosialisasi, promosi dan publikasi; menjalin mitra dan
kerja sama; pembinaan dan pengembangan; deposit dan administrasi/tata usaha;
pembinaan dan pengembangan.
3.
Prinsip setiap pelimpahan kekuasaan (tanggung jawab) dan
tugas harus dilakukan dengan tepat dah jelas (pembagian wewenang).
Dengan adanya
batas kewenangan ini masing-masing orang/kelompok akan memahami tugas,
kewajiban, dan wewenangnya, merekan akan lebih berhati-hati dalam bertindak.
4.
Kesatuan komando.
Dalam sistem
organisasi yang baik, harus ada kesatuan komando/perintah agar tidak terjadi
kebingungan di tingkat pelaksana. Artinya, bahwa penyusunan setiap organisasi
itu harus mengikuti garis-garis tata hubungan antara bawahan dan atasan sampai
dengan titik puncak pimpinan organisasi perpustakaan.
5.
Koordinasi.
Koordinasi
merupakan proses pengintregasian tujuan pada satuan-satuan yang terpisah dalam
perpustakaan sekolah untuk memcapai tujuan secara efisien. Koordinasi ini
penting bagi perpustakaan sekolah untuk menyatukan langkah, mengurangi benturan
tugas, dan mengurangi timbulnya konflik internal.
6.
Prinsip komunikasi.
Kekompakan
organisasi tergantung kepada komunikasi, yakni pertukaran informasi antar
instansi di dalamnya. Kelancaran komunikasi akan mengurangi atau menghilangkan
salah persepsi, kecurigaan ataupun penilaian yang keliru.
7.
Prinsip kewajiban pimpinan untuk mengadakan pengecekan
terhadap pelaksanaan
perintah-perintahnya.
Pemantauan dan
pengawasan ini bersifat organisasional yang merupakan bagian integral di dalam
bagian kehidupan organisasi. Yang penting untuk diperhatikan, bahwa pemantauan
dan pengawasan dari pimpinan jangan mengurangi rasa tanggung jawab bawahan.
8.
Prinsip kontinuitas.
Artinya
pekerjaan atau usaha atau kegiatan perpustakaan harus berjalan terus, tidak
boleh terhenti/berhenti, karena seseorang berhalangan sakit, keluar kota, cuti
dan lain sebagainya.
9.
Prinsip saling asuh, asah, dan asih antara unit lini dan
staf.
Hal ini
penting sekali terutama di dalam organisasi yang sudah kompleks dengan bernagai
kegiatan. Segala sesuatunya diselesaikan secara proporsional dan professional.
Masing-masing pihak harus bisa mencegah jangan sampai, karena berbagai sebab
atau hal, suatu unit kerja merasa lebih penting atau dipentingkan di atas unit
kerja lain.
10. Prinsip kehayatan (hidup).
Setiap
organisasi diciptakan sedemikian rupa sehingga seolah-olah hidup (hayat) dan
dinamis dalam menyelenggarakan semua aktivitasnya. Misalnya pengertian hayat
dalam sebuah perpustakaan senantiasa mengembangkan berbagai kegiatan yang
melibatkan partisipasi pengunjung perpustakaan.
11. Prinsip (asas) tahu diri
pada setiap diri dan setiap warga organisasi.
Hal ini
berhubungan erat dengan disiplin dan asas pembagian tugas-tugas, tanggung jawab
dan kekuasaan. Setiap orang di perpustakaan harus sadar dan tahu tentang
posisinya di dalam jenjang organisasi dan berusaha untuk memegang teguh hal itu.
Faktor-faktor adanya suatu organisasi terdiri dari:
a.
Adanya sekelompok orang
b.
Adanya tujuan yang akan dicapai
c.
Adanya penataan kerjasama
d.
Adanya fasilitas sekalipun fasilitas yang paling sederhana
Perpustakaan
Sekolah ditinjau dari struktur organisasinya yang dapat dibagi atas dua
kelompok:
a.
Secara makro
b.
Secara mikro
Organisasi
Perpustakaan Sekolah secara makro menggambarkan kedudukan Perpustakaan Sekolah
dalam organisasi sekolah secara keseluruhan. Sedangkan secara mikro organisasi
Perpustakaan Sekolah menggambarkan kedudukan unit-unit kerja dalam
keseluruhanorganisasi Perpustakaan Sekolah. Mengingat pentingnya fungsi
Perpustakaan Sekolah sebagai instansi pendidikan edukatif, bersama-sama dengan
unsur pendidikan lainnya ikut menentukan berhasilnya proses pendidikan, maka
kedudukan Perpustakaan Sekolah harus secara jelas tergambar di dalam struktur
organisasi sekolah.
Kepala Perpustakaan
|
Unit Pelayanan Teknis
|
Unit Pelayanan
Pembaca
|
Unit Tata Usaha
|
Gambar 1: Struktur Organisasi Perpustakaan Sekolah
Untuk dapat
memperoleh hasil kerja yang baik, diperlukan kemauan dan kemampuan tenaga untuk
bekerjasama sehingga dalam suatu organisasi perpustakaan perlu ada pembagian
tugas untuk pelaksanaan yang meliputi:
* beban kerja yang harus
dipikul
* jenis pekerjaan yang
beragam
* kebutuhan berbagai macam
spesialisasi
Pembagian
tugas hendaknya dilaksanakan sesuai kemampuan, keahlian dan bakat dari petugas
dalam organisasi tersebut.
C. Penganggaran
Anggaran
adalah unsur utama untuk menyelenggarakan perpustkaan. Sebagian besar
perpustakaan sekolah belum memiliki anggaran yang pasti. Hal ini kurang adanya
perhatian perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar. Padahal tanpa adanya
anggaran yang memadai, pelaksanaan perpustakaan akan tersendat-sendat. Anggaran
erat hubungannya dengan perencanaan, karena sumber daya dan kegiatan akan
memerlukan anggaran untuk mencapai tujuan perpustakaan.
Perpustakaan
sekolah harus memperoleh dana yang mencukupi dan berlanjut untuk tenaga yang
terlatih, materi perpustakaan, teknologi dan fasilitas serta aksesnya harus
bebas biaya.
Maka semua pustakawan harus mau dan mampu ikut ambil bagian dalam perencanaan
biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan perpustakaan, paling tidak untuk
kebutuhan satu tahun. Setiap perpustakaan harus membuat rencana anggaran dan
mengajukannya kepada lembaga induknya atau lembaga yang berkewajiban memberi
anggaran pada perpustakaan.
Untuk
menjamin agar perpustakaan memperoleh bagian yang adil dari anggaran sekolah, dibawah
ini beberapa faktor penting yang perlu dimengerti:
• memahami proses penganggaran sekolah
• menyadari jadwal siklus anggaran
• mengenal siapa yang menjadi tenaga penting
• memastikan bahwa segala kebutuhan perpustakaan
teridentifikasi.
Rincian penggunaan anggaran
perpustakaan pada umumnya dikelompokkan dalam beberapa bagian seperti:
1.
Operasional perpustakaan (pembayaran telepon, listrik, air)
2.
Pengadaan alat kantor (ATK) dan keperluan administrasi
3.
Pengadaan dan pengolahan bahan pustaka (misalnya, buku,
terbitan berkala/majalah dan bahan terekam/tidak tercetak); biaya keperluan
promosi (misalnya, poster)
4.
Pemeliharaan bahan pustaka
5.
Penyebaran informasi
6.
Pemasaran dan promosi jasa perpustakaan
7.
Perjalanan dinas
8.
Perbaikan dan perawatan gedung
9.
Perbaikan dan perawatan alat
Sebagai
ketentuan umum, anggaran material perpustakaan sekolah paling sedikit adalah 5%
untuk biaya per murid dalam sistim persekolahan, tidak termasuk untuk belanja
gaji dan upah, pengeluaran pendidikan khusus, anggaran transportasi serta
perbaikan gedung dan sarana lain.
Biaya
untuk tenaga perpustakaan mungkin dapat dimasukkan di dalam anggaran
perpustakaan, meskipun di sebagian sekolah hal itu lebih tepat dimasukkan di
dalam anggaran staf umum. Hendaknya diperhatikan bahwa pada saat menghitung
biaya tenaga untuk perpustakaan, maka pustakawan sekolah perlu dilibatkan.
Jumlah uang yang tersedia untuk ketenagaan berkaitan erat dengan isu penting,
seperti berapa lama jam buka perpustakaan dapat diselenggarakan dan standar
serta bentuk layanan yang dapat diberikan. Proyek khusus dan perkembangan
lainnya seperti kebutuhan rak baru memerlukan permintaan anggaran tersendiri.
Penggunaan
anggaran harus direncanakan secara cermat untuk keperluan setahun serta
berkaitan dengan kerangka kerja kebijakan. Laporan tahunan hebdaknya dapat
memberikan gambaran bagaimana anggaran telah digunakan serta kejelasan apakah
jumlah uang yang digunakan untuk perpustakaan telah mencukupi untuk tugas
perpustakaan serta mencapai sasaran kebijakan. Pustakawan sekolah harus
mengetahui secara jelas pentingnya anggaran yang cukup untuk perpustakaan, dan
perlu menyampaikan ke manajemen senior karena perpustakaan melayani seluruh
komunitas sekolah.
BAB 3
RUANG DAN PERLENGKAPAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Setiap perpustakaan
memiliki kebutuhan ruangan sendiri-sendiri berdasarkan jumlah pemakai, macam
kegiatan, dan pemanfaatannya yang berbeda. Oleh karena itu, kebutuhan ruang
untuk perpustakaan sekolah berbeda dengan kebutuhan ruang untuk perpustakaan
perguruan tinggi. Hal ini disebutkan oleh para siswa yang banyak melakukan
kegiatan belajar di dalam ruang kelas. Mereka berkunjung dan memanfaatkan ruang
perpustakaan hanya pada jam-jam tertentu. Semakin lengkap perlengkapannya
semakin menunjang penyelenggaraan perpustakaan sekolah. Ruang dan perlengkapan
yang tersedia harus ditata dan dirawat dengan baik sehingga benar-benar
menunjang penyelenggaraan perpustakaan sekolah secara efektif dan efisien.
A. Ruang/gedung Perpustakaan
Ruang
perpustakaan sekolah bisa berupa ruang seperti ruang kelas karena memang yang
ada hanya ruang kelas biasa yang kebetulan tidak terpakai, dan bisa berupa
gedung khusus yang dalam pembangunannya memang direncanakan untuk perpustakaan
sekolah. Apapun bentuknya baik berupa ruang kelas ataupun gedung khusus harus
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu untuk penyelenggaraan perpustakaan
sekolah.
Luas gedung
atau ruang perpustakaan sekolah tergantung jumlah murid yang dilayani. Dalam
“Buku Pedoman Pembakuan Pembangunan Sekolah”, dijelaskan ukuran gedung atau
ruang perpustakaan sekolah untuk masing-masing tipe sekolah. Kiranya dapat
dijadikan pedoman dalam pendirian gedung atau ruang perpustakaan sekolah.
Untuk SD
rata-rata luas ruangannya 56 m2
SMP rata-rata
luas ruangannya antara 100-400 m2, dan
SMA rata-rata
luas ruangannya antara 100-300 m2.
B. Peralatan dan Perlengkapan
Selain
memerlukan gedung atau ruang, penyelenggaraan perpustakaan sekolah memerlukan
sejumlah peralatan dan perlengkapan, baik untuk pelayanan kepada pengunjung
maupun untuk “processing” bahan-bahan pustaka dan ketatausahaan.
Untuk
peralatan perpustakaan sekolah ada yang bersifat bahan habis pakai dan ada pula
yang bersifat tahan lama. Untuk peralatan yang habis pakai misalnya buku
inventaris, buku induk, kartu anggota, lem,tinta stempel, dsb. Untuk peralatan
yang tahan lama adalah peralatan yang dapat digunakan terus menerus dalam
jangka waktu yang relatif lama, misalnya mesin ketik, penggaris, gunting,
pelubang kertas, bantal stempel, berkas jepitan, dsb.
Perlengkapan
atau meubelair yang sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan perpustakaan
sekolah adalah rak buku, rak surat kabar, rak majalah, meja sirkulasi, lemari
atau kabinet katalog, kereta buku, dan papan display.
C. Tata Ruang
Penataan ruang
perpustakaan perlu dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangkan berbagai
aspek. Tata ruang perpustakaan sekolah adalah penataan atau penyusunan segala
fasilitas perpustakaan sekolah di ruang atau gedung yang tersedia. Penataan
ruang perpustakaan sekolah sangat penting, sebab dengan penataan ruang tersebut
memungkinkan pemakaian ruang perpustakaan sekolah lebih efisien, memperlancar
para para petugas dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya, mencegah adanya
rasa terganggu antara yang satu pihak dengan pihak yang lain.
Untuk
memperlancar kegiatan pelayanan dan penyelesaian pekerjaan, dalam penataan
ruangan perlu diperhatikan prinsip-prinsip tata ruang sebagai berikut:
1.
Pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya
ditempatkan di ruang terpisah atau di tempat yang aman dari gangguan.
2.
Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di
lokasi yang strategis agar mudah dicapai.
3.
Penempatan perabot, seperti meja, kursi, dan rak hendaknya
disusun dalam bentuk garis lurus.
4.
Jarak satu meubelair dengan lainnya dibuat agak lebar agar
orang yang lewat lebih leluasa.
5.
Bagian-bagian yang mempunyai tugas sama, hampir sama, atau
merupakan kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan.
6.
Bagian yang menangani pekerjaan yang bersifat berantakan
seperti pengolahan, penjilidan dan pengetikan, hendaknya ditempatkan yang tidak
tampak oleh khalayak umum (pengguna perpustakaan).
7.
Apabila memungkinkan, semua petugas dalam satu unit/ ruangan
duduk menghadap ke arah yang sama dan pimpinan duduk di belakang.
8.
Alur pekerjaan hendaknya bergerak maju dari satu meja ke meja
lain dalam satu garis lurus.
9.
Ukuran tinggi, rendah, panjang, lebar, luas, dan bentuk
perabot hendaknya dapat diatur lebih leluasa.
10. Perlu ada lorong yang
cukup lebar untuk jalan apabila sewaktu-waktu terjadi musibah/ kebakaran.
Penempatan
ruang perpustakaan sekolah hendaknya di lokasi yang strategis. Sebab
perpustakaan merupakan komponen utama pendukung kegiatan belajar-mengajar.
Agar
menghasilkan penataan ruang perpustakaan yang optimal serta dapat menunjang
kelancaran tugas perpustakaan sebagai lembaga pemberi jasa, sebaiknya
pustakawan perlu memperhatikan aspek/hal-hal berikut ini:
1.
Aspek fungsional; bahwasannya penataan
ruang harus mendukung kinerja perpustakaan secara keseluruhan baik bagi petugas
perpustakaan maupun bagi pemakai perpustakaan. Penataan yang fungsional dapat
tercipta jika antar ruangan mempunyai hubungan
yang fungsional dan bahan pustaka, peralatan dan pergerakan pemakai
perpustakaan dapat mengalir dengan lancar. Antar ruang saling mendukung
sehinggal betul-betul tercipta fungsi penataan ruangan secara optimal.
2.
Aspek psikologis pengguna; dilihat dari aspek ini tujuan penataan ruangan
adalah agar pengguna perpustakaan merasa nyaman, leluasa bergerak di
perpustakaan dan merasa tenang. Kondisi ini dapat diciptakan melalui penataan
ruangan yang harmonis dan serasi, termasuk dalam hal penataan hal perabot
perpustakaan.
3.
Aspek estetika; pada aspek ini perlu
diperhatikan. Keindahan penataan ruang perpustakaan salah satunya bisa melalui
penataan perabot yang digunakan. Jika perpustakaan bersih dan penataannya
serasi maka pemakai akan merasa ingin berlama-lama berada di perpustakaan.
4.
Aspek keamanan bahan pustaka; berkaitan
dengan tata ruang,
keamanan bahan pustaka bisa dikelompokkan dalam 2 bagian. Pertama faktor
keamanan bahan pustaka dari akibat kerusakan secara alamiah, dan kedua adalah
faktor kerusakan/kehilangan bahan pustaka karena faktor manusia. Penataan ruang
harus memperhatikan kedua faktor tersebut. Hindari masuknya sinar matahari
secara langsung dengan intensitas cahaya yang tinggi, apalagi sampai mengenai
koleksi bahan pustaka. Penataan ruang yang fungsional mampu menciptakan
pengawasan terhadap keamanan koleksi perpustakaan secara tidak langsung dari
kerusakan faktor manusia.
BAB 4
BAHAN PUSTAKA
A. Pengertian
Perpustakaan
sekolah akan dapat berfungsi sebagai tempat belajar, sumber informasi dan
pendukung kurikulum apabila di dalam perpustakaan sekolah tersebut tersedia
bermacam-macam bahan pustaka. Dengan adanya bahan pustaka, murid-murid dapat
belajar dan mencari informasi yang diinginkan. Koleksi bahan pustaka ini jumlah
dan jenis serta kualifikasi minimalnya sudah ditentukan, dan sudah diolah/diproses
sehingga siap dipinjam atau dimanfaatkan oleh pemakai. Setelah memenuhi
persyaratan minimal diupayakan pengembangannya. Setiap perpustakaan biasanya
telah menetapkan standar koleksinya, baik dalam hal jumlah, jenis, variasi,
mutu, subjek, dan fokus maupun masa periode penerbitannya. Koleksi perpustakaan
merupakan faktor terpenting bagi perpustakaan. Hal itu sesuai dengan konsep
sebuah perpustakaan sebagai pusat informasi, pendidikan, pembelajaran,
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Jika
perpustakaan sekolah kurang memiliki
bahan-bahan pustaka, atau jarang bahkan tidak pernah ditambah dengan
bahan-bahan pustaka yang baru akan ketinggalan zaman dan lambat laun
murid-murid kurang senang mengunjungi perpustakaan sekolah. Bahan pustaka yang
diterima perpustakaan sekolah terdiri dari bahan pustaka buku dan bahan pustaka
non buku. Bahan pustaka buku terdiri dari buku teks, buku ajar, buku referensi,
buku paket, majalah, Koran, dan lainnya. Sedangkan bahan pustaka non buku dapat
terdiri dari globe, mikrofis, kaset, piringan hitam, CD, dan lainnya. Oleh
Karena itu perlu pengadaan bahan-bahan pustaka secara terus menerus dan
melakukan pemilihan yang tepat, yang sesuai dengan kurikulum di sekolah.
Jenis-jenis bahan pustaka ditinjau dari bentuk fisiknya,
yaitu:
1.
Bahan-bahan pustaka berupa buku-buku, seperti buku tentang
psikologi, buku Bahasa Indonesia, buku-buku tentang ilmu pengetahuan sosial,
buku-buku tentang agama, buku-buku tentang ilmu pengetahuan alam.
2.
Bahan-bahan pustaka bukan berupa buku, seperti surat kabar,
majalah, peta, globe, piringan hitam.
Bahan-bahan
pustaka yang bukan berupa buku ini dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
a.
Bahan-bahan tertulis, seperti surat kabar, majalah, brosur,
laporan, karangan-karangan, kliping.
b.
Bahan-bahan berupa alat pengajaran, seperti piringan hitam,
radio, tape recorder, filmslide, projektor, filmstrip projektor, E-book, E-journal.
Jenis-jenis bahan pustaka ditinjau dari isinya, yaitu:
- Bahan-bahan pustaka yang isinya fiksi atau disebut
buku-buku fiksi, seperti buku cerita anak-anak, cerpen, novel, novelet,
roman, drama, puisi, pantun, syair.
- Bahan-bahan pustaka yang isinya non fiksi atau disebut buku-buku
non fiksi, seperti buku referensi, kamus, biografi, ensiklopedi, majalah,
dan surat kabar.
B. Pengadaan
Pengadaan
bahan-bahan pustaka adalah mengusahakan bahan-bahan pustaka yang belum dimiliki
perpustakaan sekolah, dan menambah bahan-bahan pustaka yang sudah dimiliki
perpustakaan sekolah tetapi jumlahnya masih terbilang sedikit atau kurang. Pengadaan
bahan pustaka merupakan rangkaian dari kebijakan pengembangan koleksi
perpustakaan.
Dalam
pengadaan bahan-bahan pustaka, guru pustakawan hendaknya meminta saran-saran,
baik kepada Kepala Sekolah, guru-guru, maupun kepada murid-murid. Permintaan
saran tersebut semua keputusan pengadaan terletak pada keputusan guru
pustakawan yang semestinya mempertimbangkan apa yang sangad dibutuhkan dalam
pengadaan bahan pustaka, keadaan keuangan, sarana dan prasarana perpustakaan
sekolah. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menghindari bahan pustaka
yang sebenarnya kurang bermanfaat bagi pengguna perpustakaan masuk ke dalam
jajaran koleksi.
Secara umum
pengadaan bahan pustaka di lingkungan perpustakaan mencakup 3 kegiatan utama,
yaitu:
1.
pemilihan atau seleksi bahan pustaka
2.
pengadaan bahan pustaka melalui pembelian, tukar menukar,
penerimaan hadiah, dan penerbitan sendiri oleh perpustakaan
3.
inventarisasi bahan yang telah diadakan serta statistik
pengadaan bahan pustaka.
Untuk
perpustakaan sekolah pada umumnya menerima dropping buku dari Pemerintah, baik
buku pelajaran, buku-buku penunjang, maupun buku bacaan.
Dalam
perencanaan pengadaan barang-barang pustaka, ada beberapa langkah yang harus
ditempuh oleh guru pustakawan, langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Inventarisasi bahan-bahan pustaka yang harus dimiliki.
Untuk
menginventarisasi bahan-bahan pustaka in guru pustakawan bisa berpedoman kepada
buku-buku yang memuat daftar bahan pustaka. Buku tersebut dapat diperoleh salah
satunya dari penerbit-penerbit buku, dalam katalog buku (daftar buku) terdapat
bermacam-macam judul buku. Ciri-ciri setiap judul dijelaskan secara terinci,
seperti pengarangnya, penerbitnya, kota terbitnya, tahun terbitnya, jumlah
halaman, ukuran buku, harganya, bahakan uraian singkat isi bukunya. Hala ini
mempermudah guru pustakawan apabila sewaktu-waktu akan memesan buku-buku
tertentu kepenerbit. Cara lain yang dapat ditempuh oleh guru pustakawan untuk
memperoleh daftar buku atau katalog buku adalah menghubungi lembaga-lembaga
tertentu yang memang sering keli mengeluarkan atau menerbitkan buku-buku. Di
Indonesia ada banyak lembaga yang menerbitkan buku-buku, antara lain Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Biro Pusat Statistik, LP3ES, UNESCO.
2. Inventarisasi bahan-bahan pustaka yang dimiliki.
Untuk
menginventarisasi bahan-bahan pustaka ini guru pustakawan bisa berpedoman
kepada buku induk perpustakaan sekolah. Apabila perpustakaan sekolah tersebut
belum memiliki buku induk maka guru pustakawan harus menginventarisasi semua
bahan-bahan pustaka, dan tentu akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh
sebab itu sedini mungkin semua bahan-bahan pustaka harus dimasukkan ke dalam
buku induk. Selain itu kiranya akan lebih baik apabila penginventarisasiannya digolong-golongkan
menurut subyek atau jenisnya sehingga dapat diketahui bahan-bahan pustaka
subyek atau jenis mana yang terasa sangat dibutuhkan oleh perpustakaan sekolah.
3. Analisis kebutuhan bahan-bahan pustaka.
Berdasarkan
inventarisasi di atas guru pustakawan sudah bisa menginventarisasi bahan-bahan
pustaka yang dibutuhkan. Bahan-bahan pustaka yang dibutuhkan itu yang dimaksud
adalah bahan-bahan yang seharusnya dimiliki atau tersedia di perpustakaan,
tetapi bahan-bahan pustaka tersebut belum dimiliki oleh di perpustakaan
sekolah. Cara yang dapat ditempuh untuk menganalisis bahan-bahan pustaka yang
dibutuhkan adalah membandingkan antara inventarisasi bahan pustaka yang harus
dimiliki dengan hasil inventarisasi bahan-bahan pustaka yang sudah dimiliki.
4. Menetapkan prioritas.
Apabila hasil
analisis kebutuhan bahan-bahan pustaka menunjukkan bahwa bahan-bahan pustaka
yang dibutuhkan sangat banyak, sementara dana yang ada tidak cukup, maka perlu
dibuatkan prioritas dari seluruh bahan pustaka yang dibutuhkan, sehingga dapat
ditetapkan bahan-bahan pustaka yang mana yang harus segera diusahakan.
Ada beberapa
hal yang perlu dijadikan dasar pertimbangan dalam menetapkan prioritas, antara
lain:
a.
Kurikulum sekolah
b.
Bakat dan minat murid-murid
c.
Pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan murid-murid
d.
Tingkat usia murid-murid
e.
Sumber-sumber pengadaan bahan pustaka
f.
Keadaan ruang dan peralatan perpustakaan sekolah yang
tersedia
g.
Anggaran yang tersedia untuk pengadaan bahan-bahan pustaka.
5. Menentukan cara pengadaan bahan-bahan pustaka
Langkah
terakhir dalam perencanaan pengadaan bahan-bahan pustaka adalah menentukan cara
pengadaannya. Jadi setelah menentukan buku-buku mana yang harus segera
diusahakan, maka ditentukan cara pengadaannya, mungkin dengan cara membeli ,
hadiah, menyewa dan sebagainya.
Pada umumnya
bahan-bahan pustaka yang berupa buku merupakan bantuan atau ‘dropping’ dari
Pemerintah, tetapi bantuan tersebut terbatas dan tidak selalu ada, sehingga
guru pustakawan dituntut untuk mengusahakan bahan-bahan pustaka dengan cara
lain.
Ada beberapa
cara yang ditempuh oleh guru pustakawan untuk memperoleh bahan-bahan pustaka,
antara lain dengan cara membeli, hadiah atau sumbangan, tukar menukar, meminjam
dan membuat sendiri.
C. Pengolahan
Sebelum bahan
pustaka disusun ke dalam rak/almari maka perlu diadakan pengolahan. Yang
dimaksud dengan pengolahan buku adalah rangkaian pekerjaan dalam mempersiapkan
buku agar mudah diperoleh dan diketahui informasi yang ada di dalamnya.
1. Inventarisasi
Bahan-bahan
pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah harus dicatat di dalam buku induk.
Pencatatan bahan-bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan sekolah disebut
inventarisasi bahan pustaka. Penginventarisasian bahan-bahan pustaka ini pada
waktu bahan pustaka datang, yaitu setelah guru pustakawan mengecek keadaan
bahan-bahan pustaka tersebut. Penginventarisasian ini dilakukan gunanya untuk
memudahkan guru pustakawan dalam merencanakan pengadaan bahan-bahan pustaka,
memudahkan guru pustakawan dalam melakukan pengawasan terhadap bahan-bahan
pustaka yang ada, dan memudahkan guru pustakawan dalam membuat laporan
tahunan.
Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam rangkaian kegiatan inventarisasi bahan-bahan pustaka
meliputi sebagai berikut:
a)
Memberi stempel pada bahan pustaka
b)
Mendaftar bahan pustaka
2. Klasifikasi
Setelah semua
bahan pustaka diinventaris ke dalam buku induk, maka langkah selanjutnya adalah
mengklasifikasi bahan-bahan pustaka tersebut sehingga mudah dipergunakan oleh
pengunjung. Klasifikasi berasal dari kata ‘classification’ (bahasa Inggris),
yang berasal dari kata ‘to classify’ , yang berarti menggolongkan dan
menempatkan benda-benda yang sama di suatu tempat. Mengklasifikasi buku-buku
perpustakaan sekolah sangat penting karena untuk menolong murid-murid dan
pengunjung lainnyadi dalam mencari buku-buku yang diperlukan.
Tujuan klasifikasi
buku-buku perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:
a)
Untuk mempermudah murid-murid di dalam mencari buku-buku yang
sedang diperlukan.
b)
Untuk mempermudah guru pustakawan di dalam mencari buku-buku
yang dipesan oleh murid-murid atau pengunjung lain.
c)
Untuk mempermudah guru pustakawan di dalam mengembalikan
buku-buku pada tempatnya.
d)
Mempermudah guru pustakawan mengetahui perimbangan bahan
pustaka.
e)
Untuk mempermudah guru pustakawan di dalam menyusun suatu
daftar bahan-bahan pustaka yang berdasarkan sistem klasifikasi.
Prinsip-prinsip
Pengklasifikasian
Mengklasifikasi
buku-buku perpustakaan sekolah bukan merupakan pekerjaan mudah, apabila
mengklasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah berdasarkan bentuk fisiknya atau
berdasarkan abjad judul bukunya itu tidak terlalu sulit, tetapi apabila sistem
klasifikasi yang dipergunakan berdasarkan subyeknya maka pelaksanaannya akan
lebih sulit.
Sekedar
sebagai pedoman, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan di dalam
mengklasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah yang menggunakan sistem klasifikasi
berdasarkan subyeknya, agar proses klasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah
dapat berjalan lancar, yaitu sebagai berikut:
1.
Klasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah, pertama-tama
berdasarkan subyeknya. Kemudian berdasarkan bentuk penyajiannya atau bentuk
karyanya.
2.
Khususnya buku-buku yang termasuk karya umum dan kesusastraan
hendaknya lebih diutamakan pada bentuknya.
3.
Di dalam mengklasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah
hendaknya memperhatikan tujuan pengarangnya.
4.
Klasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah itu pada subyek
yang sangat spesifik.
5.
Apabila sebuah buku yang membahas dua atau tiga subyek,
klasifikasilah buku tersebut pada subyek yang dominan.
6.
Apabila ada sebuah buku yang membahas dua subyek dengan
perimbangan subyek yang sama, maka klasifikasilah buku tersebut itu pada subyek
yang paling banyak bermanfaat bagi
pemakai perpustakaan sekolah.
7.
Di dalam mengklasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah
hendaknya guru pustakawan mempertimbangkan keahlian pengarangnya.
8.
Apabila ada sebuah buku perpustakaan yang membahas dua subyek
yang sama perimbangannya dan merupakan bagian dari suatu subyek yang lebih
luas, maka klasifikasikanlah buku tersebut pada subyek yang lebih luas.
9.
Apabila ada sebuah buku perpustakaan sekolah yang membahas
tiga subyek atau lebih, tetapi tidak jelas subyek mana yang lebih diutamakan
oleh pengarangnya, dan merupakan bagian dari suatu subyek yang lebih luas, maka
klasifikasinya buku tersebut pada subyek yang lebih luas.
Sistem Klasifikasi
Dalam sistem klasifikasi bisa berdasarkan ciri-ciri buku,
sehingga buku-buku yang bercirikan sama bisa dikelompokan menjadi satu. Ada
beberapa sistem klasifikasi buku-buku perpustakaan sekolah, antara lain:
- Sistem abjad nama pengarang
Pada sistem
ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompokkan atas dasar abjad nama
pengarangnya. Buku-buku yang huruf pertama dari pengarangnya sama dikelompokkan
menjadi satu. Misalnya ada sepuluh buku yang harus diklasifikasi, dan nama-nama
pengarangnya adalah Badrullah, Drs. Achmad Yamin, K.H. Asrori, Drs. Syamsul
Arifin, Dr. Alwi Mustofa, Alimoedikin, Prof. Dr. Sukiman, MA, Badruz Zamin, H.
Buchari, Dr. Abd. Kadir. Maka buku-buku yang nama pengarangnya dimulai dengan
huruf A dikelompokkan menjadi satu. Begitu pula buku-buku yang nama
pengarangnya dimulai dengan huruf B dan S.
- Sistem abjad judul buku
Pada sistem
ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompokkan atas dasar abjad judul
bukunya. Buku yang huruf pertama dari judul sama dikelompokkan menjadi satu.
Misalnya ada lima buku yang harus diklasifikasi, seperti berikut ini.
a.
Analisis Bahasa, oleh W.F. Mackey
b.
Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, oleh Drs. Ibrahim Bafadal,
M.Pd
c.
Pemimpin dan Kepemimpinan, oleh Dra. Kartini Kartono
d.
Evaluasi Pendidikan, oleh Drs. Wayan Nurkancana dan Drs.
P.P.N. Sumartana
e.
Administrasi Perkantoran Modern, oleh The Liang Gie
Maka buku-buku
yang judul bukunya dimulai dengan huruf A dikelompokkan menjadi satu, begitu
pula buku-buku yang judulnya dimulai dengan huruf E dan P dikelompokkan menjadi
satu.
- Sistem kegunaan buku
Pada sistem
ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompok-kelompokkan atas dasar
kegunaannya. Buku-buku referensi dikelompokkan menjadi satu, buku-buku cerita
dikelompokkan menjadi satu, buku-buku ilmu pengetahuan dikelompokkan menjadi
satu tempat, dan begitu juga buku-buku yang terdiri dari jenis yang sama
dikelompokkan menjadi satu tempat.
- Sistem penerbit
Pada sistem
ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompokkan atas dasar penerbit buku. Di
Indonesia terdapat banyak penerbit, seperti Gunung Agung, Balai Pustaka, Bumi
Aksara, Sinar Grafika, Erlangga, Penerbit Yayasan Kanisius, Bintang Pelajar,
Andi, Aneka Ilmu, dan sebagainya. Buku-buku yang penerbitnya sama dikelompokkan
menjadi satu dan ditempatkan pada suatu tempat tertentu.
- Sistem bentuk fisik
Pada sistem
ini, bahan-bahan pustaka dikelompokkan atas dasar bentuk fisiknya. Ada bahan
pustaka yang berupa buku dan ada yang berupa bukan buku seperti majalah,
brosur, surat kabar, dan sebagainya. Maka bahan-bahan pustaka yang berbentuk
buku dikelompokkan menjadi satu, semua surat kabar ditempatkan pada satu tempat
yang sama, begitu juga dengan brosur dan majalah dikelompokkan menjadi satu
pada bentuk yang masing-masing sama. Buku-buku perpustakaan sekolah dapat pula
dikelompokkan secara spesifik lagi berdasarkan ukurannya seperti tebal tipisnya
dan berat ringannya.
- Sistem bahasa
Pada sistem
ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompokkan atas bahasa yang digunakan.
Buku-buku perpustakaan sekolah yang berbahasa Indonesia dikelompokkan menjadi
satu, yang berbahasa asing dikelompokkan menjadi satu, dan begitu juga
buku-buku yang berbahasa daerah dikelompokkan menjadi satu tempat tersendiri.
- Sistem subyek
Pada sistem
ini, buku-buku perpustakaan sekolah dikelompok-kelompokkan atas dasar subyek
atau isi yang terkandung di dalam buku tersebut. Misalnya buku yang membahas
tentang pendidikan dikelompokkan menjadi satu, buku-buku yang membahas tentang
politik dikelompokkan menjadi satu tempat, dan buku-buku tentang pertanian
dikelompokkan menjadi satu, dan seterusnya.
Subyek Berkelas
Yang dimaksud dengan subyek berkelas adalah penentuan
subyek sebuah buku dengan menggunakan notasi yang diambil dari bagan
klasifikasi. Subyek atau cakupan bidang ilmu dinyatakan dengan notasi baik
angka ataupun abjad atau gabungan keduanya. Klasifikasi digunakan untuk
menyatakan subyek berkelas adalah bagan klasifikasi seperti
- Dewey Decimal
Classification (DDC) yang dalam istilah Indonesia dikenal dengan
Klasifikasi Persepuluh Dewey
Sistem
klasifikasi DDC ini ditemukan oleh Melville Louis Kossuth Dewey. Ia
mengelompokkan koleksi berdasarkan subyek/pokok masalah dengan notasi angka
persepuluh. Masing-masing kelompok nanti dibagi lagi menjadi subyek yang lebih
kecil yang disebut divisi. Dari divisi akan dibagi lagi menjadi lebih kecil
disebut subdivisi. Dari subdivisi ini dibagi lagi menjadi pembagian yang lebih
rinci lagi (bagan lengkap).
Contoh: Kelas utama (Ringkasan I)
000 – Karya
Umum
100 – Filsafat
200 – Agama
300 – Ilmu
Sosial
400 – Bahasa
500 – Ilmu
Pengetahuan Murni
600 – Ilmu
Pengetahuan Terapan/Teknologi
700 – Seni,
Olahraga
800 –
Kesusasteraan
900 – Sejarah,
Geografi
- Universal Decimal
Classification (UDC)
- Library of Conggres
Classification (LCC)
Langkah-langkah
yang harus ditempuh guru pustakawan di dalam mengklasifikasi buku-buku
perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:
a.
menentukan system klasifikasi
b.
menyiapkan bagan klasifikasi
c.
menyiapkan buku-buku
d.
menentukan subyek buku
e.
menentukan nomor klasifikasi
3. Katalogisasi
Pengkatalogisasian
adalah proses pembuatan daftar pustaka (buku, majalah, CD, film, mikro, peta,
dan lainnya) berurut milik suatu perpustakaan yang berisi
informasi/keterangan-keterangan lengkap dari bahan pustaka tersebut. Jadi yang
perlu dikatalog tidak hanya koleksi berupa buku-buku saja, tetapi seluruh bahan
pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah, baik bahan pustaka berupa buku
dan berupa bukan buku. Sedangkan informasi atau keterangan yang lengkap
misalnya judul buku, nama pengarang, edisi atau jilid (jika ada), kota terbit,
penerbit, tahun terbit, tebal dan sebagainya. Kartu-kartu yang dibuat adalah :
kartu katalog utama (shelf-list), kartu katalog pengarang, kartu katalog judul,
dan kartu katalog subyek.
Tujuan dan
fungsi katalog adalah untuk memudahkan menemukan kembali bahan pustaka yang
telah disimpan. Kebiasaan pemakai dalam mencari bahan pustaka sering kali hanya
menyebutkan nama pengarang, judul, nomor klass, bahkan hanya subyeknya saja.
Dengan demikian kehadiran katalog pada perpustakaan berfungsi sebagai saran
untuk menemukan bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan. Oleh karena itu
pembuatan dan penyelenggaraan catalog harus berpedoman pada ketentuan-ketentuan
yang dapat memberi kemudahan pada pemakai.
Tujuan
pengkatalogan menurut C.A. Cutter adalah:
a.
memudahkan seseorang (pemakai) menemukan sebuah karya yang
telah diketahui pengarang, judul, atau subyeknya;
b.
memperlihatkan apa yang dimiliki perpustakaan melalui nama
pengarang, subyek dan jenis literaturnya;
c.
membantu pemilihan sebuah karya seperti dalam hal edisi
secara bibliografis dan karakternya (topik).
Fungsi
katalog pada perpustakaan:
- catatan lengkap atau sebagian koleksi perpustakaan;
- kunci untuk menemukan karya yang diperlukan;
- sumber yang memberikan alternative pilihan karya;
- sumber penyusunan bibliografis;
- alat Bantu pengingat koleksi.
Informasi
yang dibutuhkan dalam pembuatan kartu katalog adalah:
- Tajuk , terdiri dari nama pengarang atau badan korporasi
yang dipilih sebagai entri utama, dan atau judul bahan pustaka
- Batang tubuh entri, terdiri dari judul dan pernyataan
kepengarangan; judul, termasuk judul alternative jika ada; judul pararel
atau informasi lain tentang judul jika ada; pernyataan kepengarangan
- Edisi, terdiri dari pernyataan edisi (nomor atau edisi,
atau gabungan keduanya); pernyataan kepengarangan yang berhubungan dengan
edisi tertentu
- Spesifikasi materi atau jenis bahan pustaka, terdiri
dari pernyataan skala dan proyeksi untuk bahan kartografik; penandaan
abjad dan atau kronologis untuk terbitan berseri
- Penerbitan, distribusi terdiri dari tempat terbit,
distribusi (jika ada); nama penerbit, distributor (bila ada); tahun
terbit, distribusi (bila ada) termasuk hak cipta jika perlu; nama
pencetak, tempat percetakan, tahun percetakan jika nama penerbit tidak
diketahui
- Deskripsi fisik, terdiri dari keterangan kuantitas
(misalnya jumlah halaman, jilid bila ada); rincian fisik lainnya (misalnya
illustrasi, dsb); dimensi (misalnya tinggi buku dinyatakan dengan cm.);
materi pelengkap (misalnya peta, buku pedoman) dicetak terpisah dari bahan
pustaka yang dikatalog
- Seri jika ada, terdiri dari judul seri; judul pararel
seri; keterangan judul lain; pernyataan kepengarangan sehubungan dengan
seri; penomoran; subseri
- Catatan (ditulis sebagai paragraph terpisah), informasi
yang dianggap perlu untuk dicantumkan pada bagian dari katalog misalnya
Bibliografi, Indeks, dan sebagainya.
- Nomor standard an keterangan ketersediaan, terdiri dari
nomor standar (ISBN dan ISSN); keterangan ketersediaan (misalnya harga
atau untuk siapa terbitan tersebut disediakan)
- Jejakan, terdiri dari entri tambahan untuk pengarang,
editor, penerjemah; entri tambahan untuk judul; entri tambahan untuk seri.
Macam-macam
katalog ditinjau dari segi bentuknya:
- Katalog berkas (sheaf catalogue)
Katalog berkas
merupakan salah satu bentuk catalog yang bisa dibuat dari kertas manila atau
kertas tulis biasa. Katalog berkas ini terdiri dari beberapa lembar yang diikat
menjadi satu secara longgar saja. Ukuran setiap lembarnya biasanya 20x10 cm.
Setiap satu ikatnya bisa berisi 500 sampai dengan 650 lembar yang setiap
lembarnya hanya berisi uraian satu buku. Adapun cara mengikatnya bisa dengan
cara dijilid atau diikat dengan tali atau kawat seperti album.
- Katalog buku (book catalogue)
Katalog buku
merupakan salah satu bentuk catalog tercetak yang berbentuk buku. Setiap
lembarnya bisa berisi uraian beberapa judul buku. Pada catalog ini, setiap
lembarnya telah tersedia kolom-kolom untuk cirri-ciri buku, seperti kolom
judul, kolom pengarang, kolom kota terbit, kolom penerbit, kolom tahun terbit,
dan sebagainya. Karena kolom-kolom setiap lembarnya telah tercetak maka catalog
ini sering disebut dengan catalog tercetak. Pembuatan catalog buku ini hamper
sama dengan buku daftar buku atau buku induk perpustakaan sekolah.
- Katalog kartu (card catalogue)
Katalog kartu
merupakan salah satu bentuk catalog yang biasanya dibuat dari kertas manila
putih yang berukuran 12½ x 7½ cm. Pada setiap lembar kartu catalog hanya berisi
uraian satu judul buku. Di tengah-tengah bagian bawahnya diberi lubang untuk
memasukkan tusuk pengaman. Kartu catalog ini disusun dan disimpan di dalam
kotak laci catalog, yang setiap kotaknya bisa berisi kurang lebih seribu kartu.
4. Peralatan dan Perlengkapan pustaka
Selain
memerlukan gedung atau ruang, penyelenggaraan perpustakaan sekolah memerlukan
sejumlah peralatan dan perlengkapan, baik untuk pelayanan kepada pengunjung
maupun untuk proses pengolahan bahan pustaka dan ketatausahaan.
a.
peralatan perpustakaan sekolah
peralatan
perpustakaan sekolah ada yang bersifat habis pakai dan ada yang bersifat tahan
lama. Peralatan habis pakai adalah peralatan yang relative cepat habis.
Sedangkan peralatan yang tahan lama adalah peralatan yang dapat digunakan terus
menerus dalam jangka waktu yang relative lama.
1)
peralatan habis pakai : pensil, pensil warna, pena
(ballpoint), kertas untuk mengetik, kertas untuk membuat label, kertas untuk
kantong buku dan slip tanggal, kertas manila untuk membuat katalog dan kartu
buku serta kartu peminjaman, formulir pendaftaran, kertas bergaris untuk mencatat
sesuatu, blangko surat, buku catatan, amplop bermacam-macam ukuran, buku
inventaris bahan-bahan pustaka, buku inventaris peralatan perpustakaan, karbon,
kertas marmer, kertas stensil, buku induk peminjaman, kartu anggota, tinta,
tinta gambar, tinta stensil, tinta stempel, penghapus pensil, penghapus tinta,
penghapus mesin ketik, tali, karet, pita, kawat, paku bermacam-macam ukuran,
lem perekat, kertas perekat, kuitansi, jepitan kertas, kapur tulis, kapur
barus, benang, jarum, spidol, obat pencegah hama atau jamur buku.
2)
Peralatan tahan lama : mesin ketik, mesin stensil, mesin
hitung, keranjang sampah, kotak surat, jam dinding, pisau, gunting, pelubang
kertas, penggaris, bantalan stempel, berkas jepitan, stempel huruf, stempel
tanggal, stempel angka, stempel inventaris perpustakaan sekolah, daftar
klasifikasi, daftar buku atau katalog buku, papan tulis, papan pengumuman,
mesin pengikat kertas, penjepret kawat (stepler), palu, sapu, kemoceng, alat
pemadam kebakaran, alat semprot memberantas hama buku, ember, lampu.
b.
Perlengkapan perpustakaan sekolah
Perlengkapan
atau meubelair yang sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan perpustakaan
sekolah adalah rak buku, rak surat kabar, rak majalah, kabinet gambar, meja
sirkulasi, lemari atau kabinet catalog, kereta buku dan papan display.
Pengadaan setiap perlengkapan harus mempertimbangkan hal-hal seperti nilai
efisiensi pengeluaran uang, efisiensi dalam pengaturannya, mutu baik, enak
dipakai, dan menarik bagi penglihatan. Usahakan masing-masing jenis
perlengkapan itu seragam baik bentuknya maupun warnanya. Misalnya bentuk meja
dan kursi belajar semuanya sama, bentuk rak semuanya sama, begitu pula
perlengkapan lainnya sehingga tampak rapid an indah bila dipandang.
BAB 5
LAYANAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
A. Layanan Referensi
Pelayanan
referensi adalah pelayanan dalam menggunakan buku-buku referensi. Buku-buku
referensi adalah buku yang dapat memberikan keterangan tentang topik perkataan,
tempat, peristiwa, data statistik, pedoman, alamat, nama orang, riwayat
orang-orang terkenal. Di perpustakaan biasanya buku-buku referensi dikumpulkan
tersendiri dan disebut “koleksi referensi” sedangkan ruang tempat
penyimpanannya disebut ruang referensi.
Buku-buku
referensi yang karena sifatnya sebagai buku petunjuk, harus selalu tersedia di
perpustakaan sehingga dapat dipakai oleh setiap orang pada setiap saat.
Buku-buku referensi tidak boleh dipinjam atau dibawa pulang. Yang memerlukan
harus dating dan membaca di perpustakaan. Buku referensi disebut juga buku
rujukan atau acuan.
Jenis buku
referensi
Jumlah serta
jangkauan buku referensi sangatlah luas. Buku referensi dapat dibagi
berdasarkan jenis, format, maupun kriteria lainnya. Contoh buku referensi
adalah kamus, ensiklopedia, sumber biografi, buku tahunan, almanak, sumber
geografis, direktori, sumber rujukan mutakhir, sumber statistik, buku panduan
dan pedoman (manual), dan bibliografi.
B. Layanan Sirkulasi
Layanan
sirkulasi adalah kegiatan melayani peminjaman dan pengembalian buku-buku
perpustakaan sekolah. Tugas pokok bagian sirkulasi antara lain melayani
murid-murid yang akan mengembalikan buku-buku yang telah dipinjam dan membuat
statistik pengunjung.
1.
Peminjaman Buku
Dalam proses
peminjaman buku di perpustakaan sekolah ada 2 sistem yang berbeda, yaitu sistem
terbuka dan sistem tertutup.
a)
Sistem terbuka (open
acces system)
Pada
perpustakaan sekolah yang proses peminjamannya menggunakan sistem terbuka
murid-murid diperbolehkan mencari dan mengambil sendiri buku-buku yang
dibutuhkan. Jadi pada sistem ini murid-murid boleh masuk ke ruang buku, apabila
akan pinjam maka buku yang telah ditemukan dibawa ke bagian sirkulasi untuk
dicatat seperlunya.
b)
Sistem tertutup (closed
acces system)
Pada
perpustakaan sekolah yang proses peminjamannya menggunakan sistem tertutup,
murid-murid tidak diperbolehkan mencari, mengambil sendiri buku-buku yang
dibutuhkan, dan masuk ke ruang buku.
2.
Pengembalian Buku
Tugas yang
kedua bagian sirkulasi adalah melayani murid-murid yang akan mengembalikan
buku-buku yang telah dipinjam. Pada setiap perpustakaan tentu ada peraturan
tentang lamanya peminjaman, misalnya satu atau dua minggu. Adakalanya
murid-murid mengembalikan buku-buku yang telah dipinjamnya sebelum waktunya,
ada pula yang tepat waktunya, bahkan terlambat.
agar tidak terjadi kesalahpahaman, peminjam yang mengembalikan
pinjamannya perlu mendapat tanda bukti tertulis. Bukti itu bisa berupa tanda
tangan pada kartu anggota atau dalam bentuk tanda terima lain. Bagi
perpustakaan sekolah yang sudah otomasi, maka perlu dibuat system yang
betul-betul teliti, akurat, dan luwes.
BAB 6
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN MINAT BACA
A. Pengertian
Pada bab-bab
sebelumnya telah dijelaskan bahwa perpustakaan sekolah didirikan bukan hanya
sebagai menyimpan dan mengumpulkan bahan pustaka, tetapi dengan adanya
perpustakaan sekolah diharapkan murid-murid secara lambat laun memiliki
kesenangan membaca yang merupakan alat untuk belajar, baik itu di sekolah
ataupun di luar sekolah. Apabila murid-murid gemar membaca maka dapat menambah
pengetahuan, memperluas pandangan, mempunyai ide-ide baru bahkan dapat menambah
kecerdasan yang beguna bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Belajar
membaca sebenarnya telah diajarkan sejak pertama kali anak masuk sekolah, yang
didalamnya terdapat beberapa model pelajaran membaca. Yaitu pelajaran membaca permulaan
dan membaca lanjutan, di mana pelajaran membaca permulaan diberikan pada kelas
satu dan dua, pelajaran membaca lanjutan diberikan pada mulai kelas tiga.
Pelajaran lanjutan ada beberapa jenis berdasarkan tujuannya, misalnya yaitu:
1.
Pelajaran membaca tekhnis, yang tujuannya agar
murid-murid memiliki kemampuan membaca yang diucapkan dan dilagukan secara
tepat sesuai dengan isi dan makna bacaan.
2.
Membaca tanpa suara, yang tujuannya agar
murid-murid mampu memahami isi bacaan.
3.
Membaca indah, yang tujuannya agar
murid-murid mampu membaca yang menggambarkan penghayatan keindahan dari isi
bacaan.
4.
Membaca bahasa, yang tujuannya agar
murid-murid dapat meningkatkan kemampuannya di bidang berbahasa.
5.
Membaca pemahaman, yaitu tujuannya agar
murid-murid mampu memahami isi bacaan yang sedang dibaca akhirnya menjadi
tambahan pengetahuan bagi dirinya.
6.
Membaca cepat, yang tujuannya agar
murid-murid mampu membaca sebanyak-banyaknya dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
7.
Membaca sebagai minat, yang tujuannya adalah
menambahkan kebiasaan dan rasa senang membaca pada diri murid-murid.
Pembagian
pelajaran membaca tersebut di atas disimpulkan bahwa pada dasarnya bertujuan
agar murid-murid mampu dan senang membaca. Dalam pelajaran membaca, pembinaan
dan pengembangan minat baca ini tidak hanya bergantung pada guru pelajaran
bidang studi Bahasa Indonesia, tetapi juga guru-guru bidang studi lainnya.
Selain guru-guru bidang studi, orang tua juga berperan penting dalam pembinaan
dan pengembangan minat baca, selain itu guru putakawan yang dalam hal ini guru
yang bertanggung jawab sebagai pengelola perpustakaan juga berperan penting,
harus berusaha semaksimal mungkin membina dan mengembangkan minat baca
murid-murid sehingga perpustakaan sekolah benar-benar dapat mensukseskan
tujuannya sebagai pusat atau sumber belajar.
Sebelum
membahas lebih jauh tentang pembinaan dan pengembangan minat baca, ada baiknya
mengetahui satu persatu arti dari kata-kata tersebut. Pembinaan dan
pengembangan merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan,
penyempurnaan, dan peningkatan. Pembinaan dan pengembangan minat baca dapat
berarti usaha memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan minat baca. Apabila
minat baca sulit untuk ditingkatkan maka setidaknya minimal bias dipertahankan.
Minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat
sesuatu terhadap membaca. Minat baca ditunjukkan dengan keinginan yang kuat
untuk melakukan kegiatan membaca. Minat membaca sangat berpengaruh terhadap
keterampilan memabaca, membaca merupakan suatu proses menangkap atau memperoleh
konsep-konsep yang dimaksud oleh pengarangnya, menginterpretasi, mengevaluasi
konsep-konsep pengarang, dan merefleksikan sebagamana yang dimaksud dari
konsep-konsep tersebut.
Membina dan
mengembangkan minat baca murid-murid tidak bisa terlepas dari pembinaan
kemampuan membaca, sebab senang membaca tentunya harus mampu membaca. Tanpa
memiliki kemampuan membaca tidak mungkin merasa senang membaca. Pembinaan
kemampuan membaca dalam rangka pembinaan dan pengembangan minat baca ini akan
berbeda-beda sesuai dengan tingkatan sekolah, semakin tinggi tingkatan sekolah
maka semakin ringan pula pembinaannya, sebab semakin tinggi tingkatan sekolah
seseorang akan lebih mampu membaca.
B. Prinsip-prinsip
Perpaduan dari
hasil penelitian, ada beberapa prinsip membaca yang perlu diperhatikan dalam
pembinaan dan pengembangan minat baca murid-murid, antara lain:
1.
Membaca merupakan proses berpikir yang kompleks
2.
Kemampuan membaca setiap orang berbeda-beda
3.
Pembinaan kemampuan membaca atas dasar evaluasi
4.
Membaca harus menjadi pengalaman yang memuaskan
5.
kemahiran membaca perlu adanya latihan yang kontinu
6.
evaluasi yang kontinu dan komprehensif merupakan batu
loncatan dalam pembinaan minat baca
7.
Membaca yang baik merupakan syarat mutlak keberhasilan belajar
C. Kesiapan Membaca
Salah satu faktor yang amat penting
untuk mencapai kesuksesan membaca dan belajar adalah faktor kesiapan untuk
membaca. Ada sejumlah faktor yang ikut menentukan terhadap kesiapan murid-murid
untuk membaca dan belajar. Kesemuanya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.
kesiapan mental
2.
kesiapan fisik
3.
kesiapan emosi
4.
kesiapan pengalaman
D. Menumbuhkan Rasa Senang Membaca
Di sekolah mungkin terdapat
murid-murid yang gemar membaca dan ada pula murid-murid yang kurang gemar
membaca. Rasa senang membaca dapat ditentukan beberapa faktor, antara lain
karena mereka tahu manfaat membaca, mereka menyadari bahwa buku-buku dan bahan
pustaka lainnya yang baik dapat memperluas pengetahuannya.
Salah satu tugas guru pustakawan
dalam rangka memfungsikan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar adalah
menumbuhkan rasa senang membaca pada murid-murid, sebab apabila pada diri
murid-murid merasa senang membaca maka akan sendirinya murid-murid senang
membaca dan memanfaatkan perpustakaan sekolah semaksimal mungkin.
Beberapa usaha yang dilakukan guru
pustakawan untuk menumbuhkan rasa senang membaca pada murid-murid:
1.
memperkenalkan buku-buku
2.
memperkenalkan riwayat hidup tokoh-tokoh
3.
memperkenalkan hasil-hasil karya sastrawan
Usaha lain sebagai pendekatan memperkenalkan buku-buku
perpustakaan sekolah adalah menyelenggarakan “display” dan pameran buku, disini
mengatur buku-buku secara khusu yang lebih mencolok dan menarik. Biasanya buku
yang di “display” ini adalah buku-buku baru, dengan tujuan selain memperkenalkan
buku-buku baru juga sebagai usaha memberikan stimulus tertentu kepada
murid-murid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar