Orang
Bilang Apalah Arti Sebuah Nama
Sekolah tempat kerja yang baru,
bertemu murid yang baru. Tahun ajaran baru, bertemu murid yang baru juga. Banyak
murid datang dan pergi silih berganti. Hal ini menyebabkan beberapa guru menjadi
kurang hafal dengan murid-muridnya.
Banyak orang bilang ‘apalah arti
sebuah nama’. Namun menurut beberapa
guru, menghafal nama setiap murid adalah salah satu nilai lebih baginya. Saya
termasuk sependapat dengan hal tersebut.
Ingin mendapatkan nilai lebih
tersebut, saya berusaha keras untuk menghafal dan mengenali setiap anak didik
saya. Ternyata melakukan pekarjaan ini bukanlah hal yang mudah. Butuh waktu
lama untuk menghafal nama-nama mereka yang susah dieja dan asing di telinga.
Ditambah lagi nama sapaan yang jauh berbeda dengan nama asli mereka.
Setengah mati saya mengucapkan nama
mereka ketika mengecek kehadiran siswa. Lidah saya sering terpeleset untuk
mengucapkan nama-nama yang asing bagi saya. Lihat saja beberapa nama dalam
gambar ini.
Tak hanya itu, ada yang membuat
saya lebih bingung lagi. Banyak dari mereka mempunyai nama panggilan yang jauh
berbeda dengan nama panjang mereka. Sebagai contoh nih:
Maria Oktaviani Dawung, panggilan
Olva. Wasenslaus Janu panggilan Rensis. Susana Dawut panggilan Santi. Dionisius
Afri Amboi panggilan Adven.
Nah lho… Bingung kan? Padahal
menurut saya panggilan Okta, Janu, Susan dan Afri lebih nyambung sebagai nama
panggilan mereka. Entahlah, mungkin di balik nama panggilan yang mereka pilih
itu mempunyai makna lain.
Untuk mengatasi kesulitan saya ini,
saya mempunyai catatan tersendiri untuk menulis nama lengkap mereka beserta
nama panggilannya. Bahkan karena takut salah, seringkali saya mengabsen mereka hanya
dengan menyebut nama panggilan. Cara ini sebenarnya saya gunakan untuk
mengelabuhi bahwa lidah saya yang sering terpeleset apalagi mengucapkan
nama-nama yang bagi saya mirip nama orang luar negeri. Hhe…
Awalnya merasa kewalahan, namun
lama-lama wajah, nama, beserta sapaan mereka bisa melekat juga di hati dan
pikiran saya. Lama kelamaan juga saya tidak canggung untuk menyebutkan nama
lengkap mereka.
Ehmmm......walau belum tapi akan dipastikan bahwa kau akan pergi lagi setelah engkau mengalami begitu banyak hal di sini,di tanahku,Tanah Manggarai. Sepoian angin manggarai telah kau rasakan. Kesegaran,ketenangan,kenyamanan atau mungkin juga kegerahan, semua telah kau alami. Wajah-wajah dan pribadi-pribadi ''ata manggarai'' mungkin juga telah menjadi bagian tersendiri dalam cerita panjang kehidupan seorang IBU CITRA (maaf bu,aku gak tau nama lengkapnya,hehe) apalagi kalau sampai ada pemuda Mangarai yang sudah 'merampok' hati ibu,hahaha... Saya berharap itu memang ada dan akan semakin serius, huhuhu, agar antara Manggarai dan jawa tidak lagi sejauh mata memandang tetapi sedekat hati Bu Citra dengan dia Si Manggarai itu. Itu harapan saya,kalaupun tidak seperti itu adanya, bagiku,waktu satu tahun itu tidaklah cukup untuk bisa mengenal Manggarai ini dengan baik. Tidak heran, soal nama-nama orang manggarai pun Ibu Citra masih belum fasih mengejanya. Kalau mengeja saja belum apalagi untuk mengenalnya. Nah,untuk bisa lebih dari itu,tentu setahun tidak cukup,dua tahun,tiga tahun,sepuluh tahun,juga tidak cukup. Selama sisa umurmu mungkin baru cukup. Apa itu bisa???? Entahlah. Kepastian hanyalah kepergianmu. Akhirnya,Terima kasih adalah dua kata yang paling pantas diucapkan untuk Ibu Citra dan semua peserta SM3T yang lain atas kehadiran dan semua yang telah kalian berikan untuk kami di Manggarai. Kepergian kalian kami ikhlaskan,kehadiran kalian kembali di sini kami nantikan meski mungkin mustahil,tapi apalah arti sebuah nama kalau mengejanya saja masih belum fasih. Nama itu pasti akan sirna dari benakmu,sirna secepat debu yang terhempas angin. So, GO AND BACK!!!! Those names need u.
BalasHapusSaya bingung harus berkata apa. Yang jelas, terima kasih untuk seluruh kehangatan yang saya dapatkan di tanah Manggarai. Aku toe nganceng hemong tana Manggarai. Ata Manggarai manga one nai daku. Ah, pande retang sa... Neka hemong aku ew... :'(
Hapus