Senin, 09 September 2013

Ini Mengagetkan Saya

Ini Mengagetkan Saya


Pertama kali masuk salah satu kelas di SMPK Sinar Ponggeok, saya ditugasi untuk mengawas Ujian Tengah Semester yang waktu itu baru berlangsung hari pertama.
Brak brak,” suara entah apa yang cukup keras itu disusul ucapan salam dari seluruh kelas, “Selamat pagi Bu!”
Semua mata tertuju pada saya, mereka tak henti-hentinya memandangi saya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Huh… Hampir-hampir saya merasa salah tingkah. Mereka bersikap begitu mungkin karena saya ini merupakan ‘barang’ baru bagi mereka. Hha… Ya iya lah, secara gitu baru pertama datang ke sekolah, tau-tau sudah masuk kelas dan berperan sebagai pengawas ujian tengah semester.
Setelah perkenalan singkat, saya langsung membagikan lembar soal dan lembar jawaban kepada mereka dan kemudian duduk di kursi pengawas. Kebanyakan dari mereka tidak langsung mengerjakan soal di hadapannya, tapi malah asyik memperhatikan saya. Ah, saya cuek saja dan pura-pura sibuk sendiri.
Sambil duduk, saya memperhatikan mereka satu persatu. Wajah mereka, rambut mereka, pakaian mereka, pokoknya semuanya dari mereka tak luput dari perhatian saya.
Sekitar 20 menit berlalu, suara itu terdengar lagi. Brak brak! Idih suara apa sih, saya cuek saja. Saya pikir itu suara gaduh yang dibuat oleh anak yang jahil. Tidak beberapa lama, suara itu terdengar lagi, brak brak! Kali ini lebih keras dan bertubi-tubi Brak brak! Brak brak! Saya mulai terganggu, sambil menyerngitkan kening saya memandang penjuru kelas. Merasa saya keheranan, salah satu anak berkata bahwa ada temannya yang ingin bertanya. Brak brak! Hah suara itu lagi. Setelah mencari sumber suara, akhirnya saya menemukan pelaku pemukulan meja itu. Hha… Merasa mata saya sudah tertuju padanya, tersangka pelaku pemukulan meja itu langsung mengajukan pertanyaan berkaitan dengan soal yang tidak dia pahami. Brak brak! Apaaa? Suara itu lagi!!! Tapi kali ini saya langsung bisa membidik pelakunya. Ternyata dia menambahi pertanyaan yang sudah temannya ajukan.
Oh ternyata.
Hingga sampai pada waktu ujian berakhir dan saya akan meninggalkan kelas, saya sempat tertahan oleh suara itu lagi. “Brak brak,” lalu salam dari seluruh kelas, “Selamat pagi Bu!”
* * *

Saya sempat heran. Padahal menurut saya, mereka cukup mengangkat tangan, atau cukup menyapa saja. Tapi kebiasaan memukul meja seperti itu berguna juga. Terutama ketika kelas sedang ramai, ketika ada yang memukul meja, anak-anak yang ramai langsung beralih perhatiannya ke pelaku pemukulan meja. Hha…
Sekarang sayapun sudah terbiasa dengan kebiasaan itu. Masuk kelas, sudah tidak kaget lagi. Keluar kelas juga tidak kaget lagi. Mau ada yang mengajukan pertanyaan, silakan. Mau ada yang menjawab pertanyaan, boleh. Paling seru kalau sedang diskusi terus berdebat. “Brak brak,” dari meja sana. “Brak brak,” dari meja sini. “Brak brak,” dari meja sana lagi. “Brak brak,” dari meja sini lagi. Hihihi….

2 komentar:

  1. yang penting,brak-braknya tdk di pipi...kalo di meja gak apa2.haha

    BalasHapus
  2. tapi suatu saat bolehlah saya brak brak di pipimu ya... hhe... ^^v

    BalasHapus