Ini
Mengagetkan Saya
Pertama kali masuk salah
satu kelas di SMPK Sinar Ponggeok, saya ditugasi untuk mengawas Ujian Tengah
Semester yang waktu itu baru berlangsung hari pertama.
“Brak brak,” suara entah apa yang cukup keras itu disusul ucapan
salam dari seluruh kelas, “Selamat pagi Bu!”
Semua mata tertuju pada
saya, mereka tak henti-hentinya memandangi saya dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Huh… Hampir-hampir saya merasa salah tingkah. Mereka bersikap begitu
mungkin karena saya ini merupakan ‘barang’ baru bagi mereka. Hha… Ya iya lah,
secara gitu baru pertama datang ke sekolah, tau-tau sudah masuk kelas dan
berperan sebagai pengawas ujian tengah semester.
Setelah perkenalan
singkat, saya langsung membagikan lembar soal dan lembar jawaban kepada mereka
dan kemudian duduk di kursi pengawas. Kebanyakan dari mereka tidak langsung
mengerjakan soal di hadapannya, tapi malah asyik memperhatikan saya. Ah, saya
cuek saja dan pura-pura sibuk sendiri.
Sambil duduk, saya
memperhatikan mereka satu persatu. Wajah mereka, rambut mereka, pakaian mereka,
pokoknya semuanya dari mereka tak luput dari perhatian saya.
Sekitar 20 menit
berlalu, suara itu terdengar lagi. Brak
brak! Idih suara apa sih, saya cuek saja. Saya pikir itu suara gaduh yang
dibuat oleh anak yang jahil. Tidak beberapa lama, suara itu terdengar lagi, brak brak! Kali ini lebih keras dan
bertubi-tubi Brak brak! Brak brak!
Saya mulai terganggu, sambil menyerngitkan kening saya memandang penjuru kelas.
Merasa saya keheranan, salah satu anak berkata bahwa ada temannya yang ingin
bertanya. Brak brak! Hah suara itu
lagi. Setelah mencari sumber suara, akhirnya saya menemukan pelaku pemukulan
meja itu. Hha… Merasa mata saya sudah tertuju padanya, tersangka pelaku
pemukulan meja itu langsung mengajukan pertanyaan berkaitan dengan soal yang
tidak dia pahami. Brak brak! Apaaa?
Suara itu lagi!!! Tapi kali ini saya langsung bisa membidik pelakunya. Ternyata
dia menambahi pertanyaan yang sudah temannya ajukan.
Oh ternyata.
Hingga sampai pada
waktu ujian berakhir dan saya akan meninggalkan kelas, saya sempat tertahan
oleh suara itu lagi. “Brak brak,” lalu
salam dari seluruh kelas, “Selamat pagi Bu!”
* * *
Saya sempat heran.
Padahal menurut saya, mereka cukup mengangkat tangan, atau cukup menyapa saja.
Tapi kebiasaan memukul meja seperti itu berguna juga. Terutama ketika kelas
sedang ramai, ketika ada yang memukul meja, anak-anak yang ramai langsung
beralih perhatiannya ke pelaku pemukulan meja. Hha…
Sekarang sayapun sudah
terbiasa dengan kebiasaan itu. Masuk kelas, sudah tidak kaget lagi. Keluar
kelas juga tidak kaget lagi. Mau ada yang mengajukan pertanyaan, silakan. Mau
ada yang menjawab pertanyaan, boleh. Paling seru kalau sedang diskusi terus
berdebat. “Brak brak,” dari meja
sana. “Brak brak,” dari meja sini. “Brak brak,” dari meja sana lagi. “Brak brak,” dari meja sini lagi.
Hihihi….
yang penting,brak-braknya tdk di pipi...kalo di meja gak apa2.haha
BalasHapustapi suatu saat bolehlah saya brak brak di pipimu ya... hhe... ^^v
BalasHapus