Flores itu cantik, Flores itu
menarik. Alam, budaya, dan masyarakatnya sungguh tak hentinya membuat takjub. Hal lain yang juga ikut mencuri hati wisatawan adalah kain songket, tenun
khas Flores. Setiap daerah di Flores memiliki ciri khas pada corak gambar dan
warna kain songket.
Orang Manggarai biasa menyebut
kain songket dengan songke. Corak, warna dan gambar pada kain songke ini,
tidak dibuat asal-asalan. Ada makna tertentu yang tersirat dalam 'wajah' kain
songke tersebut.
Warna dasar hitam pada songke
melambangkan sebuah arti kebesaran dan keagungan orang Manggarai serta
kepasrahan bahwa semua manusia akhirnya akan kembali pada Yang Maha Kuasa.
Sedangkan aneka motif bunga pada kain songke mengandung banyak makna sesuai
motif itu sendiri seperti motif wela
kawong bermakna interdependensi antara manusia dengan alam sekitarnya. Motif
ranggong (laba-laba) bersimbol
kejujuran dan kerja keras. Motif ju’i
(garis-garis batas) pertanda keberakhiran segala sesuatu, yaitu segala sesuatu
ada akhirnya, ada batasnya. Motif ntala
(bintang) terkait dengan harapan yang sering dikumandangkan dalam tudak, doa
porong langkas haeng ntala, supaya senantiasa tinggi sampai bintang. Maksudnya,
agar senantiasa sehat, umur panjang, dan memiliki ketinggian pengaruh lebih
dari orang lain dalam hal membawa perubahan dalam hidup. Motif wela runu (bunga runu), yang
melambangkan sikap atau ethos bahwa orang Manggarai bagaikan bunga kecil tapi
memberikan keindahan dan hidup di tengah-tengah kefanaan ini.
Selain dalam bentuk kain dan sarung, songke juga ada variasi lain lho... Yaitu berupa syal dan peci.
|
Ini lho syalnya |
|
Peci dari kain songke |
Membuat sehelai kain
songke bisa berlangsung selama berminggu-minggu. Bahkan terkadang ada yang
mengerjakannya sampai berbulan-bulan. Pantas saja, kalau harga kain songke ini
sangatlah mahal. Meski begitu, harga berbanding lurus dengan bagusnya songke
yang dihasilkan. Tingkat kesulitan dan lama waktu pengerjaan menjadi
pertimbangan harga. Setiap kain memiliki harga paling murah sekitar Rp 400.000.
Ketika berkunjung ke desa
tradisional Waerebo, saya berkesempatan memegang alat tenun. Hha… Hanya kursus
singkat yang tak mungkin menghasilkan selembar kain, tapi yang jelas
menghasilkan berjuta makna. Ternyata menenun itu tak semudah yyang dibayangkan.
Tek tek tek. Bunyi yang dihasilkan alat tenun ketika kita merangkai helaian benang
itu. Susah minta ampun, hasil yang kudapat tak kunjung rapi. Benang yang kuanyam
tak kunjung rapat. Mau jadi kain bagaimana ini. Belum lagi membentuk motifnya. Wuaaaa....
Swear patutlah kita acungi banyak jempol untuk hasta karya ini.
|
Ibunya ramah n baik hati banget |
|
Menenun di kolong rumah |
Ini citra sparina kah?
BalasHapusNice blog, keep blogging yah...
dengan Citra Sparina di sini.... terima kasih mz Idul Adha sudah berkunjung... :D
Hapuscitra, kain songke di foto terakhir sebelum syal itu namanya motif apa yah?
BalasHapuswah, ga sengaja nemu blognya citra nih pas googling manggarai.. hehe nice blog ^^
hha mbak put... :)
Hapus