GEJALA PENGARUH DALAM SASTRA BANDINGAN
1.
GEJALA
PENGARUH
Karya sastra kreatif tercipta tidak
dalam kekosongan. Pasti ada yang merangsang sehingga sesuatu (karya) dihasilkan.
Sesuatu yang kuasa merangsang seseorang berkarya disebut “Pengaruh”. Masalah
pengaruh ini merupakan kajian dalam Sastra Bandingan.
Tokoh-tokoh yang sering membicarakan
dan mengkaji soal pengaruh itu antara lain “Baldenspager”, “Van Tieghem”, dan “Jean
Marie Carre” ketiga tokoh itu dari mazhab Perancis dan bertolak dari premis Sastra Nasional
membandingkan dan mencari soal pengaruh antara karya-karya sastra Perancis
dengan karya-karya sastra Jerman atau karya-karya Inggris.
Puncak kajian awal ialah kajian
sastra dua buah Negara: persoalannya: siapa mempengaruhi siapa yang sering
menjadi permasalahan ialah hubungan tema, sikap dan teknik antara pengarang
yang satu dengan pengarang lain, atau antara dua kumpulan karya yang berlainan
etnik. Hal yang selalu mengelirukan ialah masalah selalu mengaitkan biografi
pengarang dengan karyanya. Hal ini terjadi karena biasanya pada awal
kepengarangannya, seorang pengarang mewujudkan karyanya bercorak biografi.
Pendekatan biografik dan mengaitkan
dengan karyanya, ini dilakukan oleh Jeane-Marie Carre. Kemudian dikaji pula
soal-soal yang nyata (“Rapport de fait”) yang terdapat dalam karya ini yang dianggap
termasuk dalam pembicaraan mengenai pengaruh. Hal ini dilakukan dengan
pandangan inter-literature saja, bukan intra literature yang mencari-cari persamaan
dan perbedaan pada satu lingkungan sastra nasional, misalnya membandingkan
novel “Perang” karya Putu Wijaya dengan seluruh novel sastra Indonesia.
Kritikus Amerika menolak pendekatan
ini. Mereka tidak setuju bila yang dikaji hanyalah soal emperik atau rapport de fait saja; karya sastra
adalah seni maka masalah estetik atau keindahan karya juga perlu mendapat
perhatian yang seimbang. Seni sastra bukanlah bersifat dokumentasi juga tidak
hanya berwujud lahir saja. Sejarah sastra haruslah diutamakan untuk melihat
kajian pengaruh yang dikaji:
Emperik + Estetik + Sejarah Sastra Pengaruh
dalam Karya Kreatif.
Untuk menikmati estetika atau
keindahan karya, kritikus harus membaca teks asal, dan berbahasa dalam karya
perlu mendapat kajian utama karena bahasa merupakan bidang terpenting dalam
karya sastra. Sejarah sastra dan kritik sastra haruslah dilakukan bersama dalam
menilai karya sastra. Bila keduanya dipisahkan, tentulah penialaian karya
sastra itu tidak tepat. Konsep “rapport de fait” dari Carre ini juga ditentang
oleh Wellek dan Harry Lavin.
Dari Mazhab baru yang menentang
konsep Carre yang lain adalah Claudio Guillen. Menurut Guillen, pengaruh adalah
satu proses “By Which Work are created, hence located in the mind of the writer
rather than in is work”.
Guillen
juga menolak soal emperik semata-mata, dan menegaskan pentingnya unsur pada
pengarang itu sendiri.
Mengenai pengaruh, Guillen mempunyai
pengetahuan dan pandangan yang lebih luas. Pandangannya juga lebih membina
dengan meletakkan pengaruh pada tahap hubungan antar beberapa buah karya sastra
yang pernah tersiar. Hubungan antarkarya sastra itu dapat dilihat oleh pembaca,
bukan pengarang, lazimnya tidak tahu atau tidak sadar bahwa karya sastra
mempunyai persamaan dengan karya sastra pengarang lain. Pengarang juga takut
dicap sebagai penitu (plagiator) karya pengarang lain. Kemungkinan terwujudnya
pengetahuan seorang pengarang tentang karya yang lebih awal juga tidak dapat
diduga secara menyeluruh. Masalah hubungan dan kita yang berbentuk pengaruh
biasanya dibesar-besarkan oleh kritikus. Hal ini akan menimbulkan hubungan yang
kurang menyenangkan antara pengarang dengan kritikus.
Guillen menekankan bahwa konsep itu
hanyalah “literary relationship” (hubungan sastera), bukan pengaruh. Hal ini
disetujui pula oleh Ilhab Hasan (mazhab baru). Gullen dan Ilhab Hasan tidak
meletakkan kajian pengarang sebagai kegiatan penting dalam disiplin sastra
bandingan. Susungguhnya hal ini juga penting demi mendukung sarana atau
penemuan misalnya pengarang A telah terpengaruh karya X yang dihasilkan lebih
awal.
Konsep ini berlawanan dengan konsep
yang dikemukakan oleh Haskel Block : kajian pengaruh adalah sesuatu yang sangat
penting dalam disiplin sastra bandingan. Pengaruh dapat dikonsepkan kepada
beberapa bagian penting, sebagai:
(a)
Sebagian
daripada seni atau penciptaan seni; masalah menggunakan yang silam sebagai
inspirasi.
(b)
Faktor
hubungan antara pengarang dengan pengarang.
(c)
Sesuatu wujud yang tidak sengaja, mungkin hanya sama
(d)
Sumber terus terhadap proses penciptaan.
(e)
Sesuatu yang menjurus kepada “rapports interious” bukan
sesuatu yang mudah dilihat dengan mata kasar; dan “rappots interiouus” ini
menimbulkan interaksi astetik dalam karya sastra yang dikaji.
2. PROSES GEJALA PENGARUH
Haskel Block melihat pengaruh sebagai sesuatu yang sangat
bermanfaat bagi pengarang, yaitu pada proses penciptaan yang dilakukannya. Hal
ini merupakan pandangan yang positif. Block juga tidak setuju dengan penggunaan
perkataan “tradisi” karena konotasinya menyesatkan. Masalah pengaruh memerlukan
seorang pengkaji yang mempunyai pengetahuan secara yang luas., di dalam dan di
luar premis sastra nasionalnya; aspek pengaruh sebaiknya dikaji sebagai satu
penerangan terhadap proses penciptaan suatu karya. Soal wujudnya banyak
persamaan dan sedikit perbedaan pada karya-karya yang dibandingkan, tidaklah
harus dihukum tanpa bukti yang cukup, pada suatu simpulan yang negatif serta
merugikan kajian itu sendiri.
Henry Peyre dan Block menyarankan
agar konsep pengaruh tersebut banyak diamalkan oleh pengkaji. Adapun prasyarat
pengkajian pengaruh itu antara lain :
(a)
pengaruh haruslah memberi ruang wawasan kepada kedua
pribadi yang menjadi bahan kajian.
(b)
Pengkaji mestilah membina imaginasi dan sensivitas
membaca yang tinggi dan baik.
(c)
Pengkaji mestilah membina konsepsi sejarah
kesusasteraan, dan hubungan antara sejarah sastra dengan kritik sastra.
(d)
Pengunaan aspek pengaruh pada batas yang lebih tepat.
(e)
Pengaruh merupakan bagian instrinsik pengalaman mengarang
dan ilmu sastra seseorang:
pengaruh amat tinggi nilainya pada seorang pengarang, dan amat sukar dipisahkan
kala (pengaruh) itu telah mendarah daging pada diri pengarang itu.
Prasyarat terakhir menunjukkan bahwa
pendapat Block sesuai dengan pendapat Wellek dan Levin tentang pentingnya
pengaruh bagi seorang pengarang. Seorang pengarang terutama pemula, sangat
perlu membaca, menimba ilmu pengetahuan, pengalaman dan bahan-bahan estetik
dari pengarang-pengarang lain yang sudah ‘mapan’, disegani dan diminatinya.
Pengarang pemula juga mudah dipengaruhi oleh bahan-bahan bacaannya: masalah
tema, gaya mengaran, teknik penulisa, sedikit banyak menjadi ikutan pengarang
pada hasil karyanya setelah membaca karya pengarang lain yang sangat
diminatinya.
Seorang pengkaji yang akan
melaksanakan kajiannya tentang pengaruh terhadap sebuah karya sastra haruslah
memiliki kecakapan dan pengetahuan yang luas dalam bidang sastra, serta dengan
membandingkan pengetahuan yang baru didapat dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya.
Proses:
Apabila seorang pengarang melihat
atau mengalami sesuatu yang baru dan menarik, dia (pengarang) mungkin
terpengaruh. Pengaruh tersebut mungkin menghasilkan sesuatu yang baru dan
berbeda dengan yang mempengaruhinya, bahkan mungkin berbeda sama sekali;
biasanya memiliki ciri-ciri persamaan pada ruang dan masa tertentu. Guillen
berpendapat bahwa “art limates directly nature, and only indirectly art”.
Masalah peniruan ini apabila tidak
dilakukan sepenuhnya, telah menjadi pengaruh. Seorang pengarang dapat
dipengaruhi oleh seorang pengarang, atau oleh sekumpulan pengarang yang lain
(satu angkatan). Begitulah seharusnya proses pengaruh berlaku, dari titik mula
bergerak kearah satu titik akhir pada garis yang sama : melalui dua tahap
penting, yaitu transmisi dan reorganisasi.
Seorang pengarang mendapat sumber
penulisan apabila mendapat sesuatu yang baru dan menarik. Sumber ini perlu
dikaji, mula-mula disusun melalui tranmisi dan reorganisasi. Hasil terakhir,
setelah digabung dengan permainan symbol dan bahasa, terjemahlah sebuah karya
baru dengan cita rasa serta nilai yang baru pula.
Sebagai contoh kita lihat pada Genre
(bentuk) puisi. Apabila seorang penyair menggunakan segala kekuatan tanggapan,
cita rasa, pengalaman dan pengetahuan untuk mencipta sebuah karya sastra.
Sumbernya mungkin dari alam, dari musik yang didengar, dari perang yang
disaksikan, dari kelaparan anak-anak di Negara miskin, atau dari buku bacaan
mengagumkan dan mengharukan, dan mengolah kembali wawasan-wawasan dalam dirinya
itu menjadi suatu kenyataa: menjadi bait-bait puisi. Bentuk puisi tetap sama,
dengan baris-baris kalimat, symbol, imagi, dan alat bhasa yang disusun sehingga
berwujud struktur dengan nilai estetiknya sehingga tergolong Genre puisi.
Yang berbeda hanyalah isi, tema, dan
permasalahan. Dalam proses pengolahan puisinya ini (transmisi dan
reorganisasi), penyair melakukan perubahan, tambahan, dan pengurangan dll dari
sumber asalnya dengan wawasan dan kebenaran sendiri hingga sampai titik B. maka
terciptalah sebuah puisi. Penilaian terhadap puisi ini, soal pengaruh yang
terdapat di dalamnya, akan ditemui nanti oleh kritikus ketika melaksanakan
kajiannya atau membacanya.
Menurut Guillen, pengaruh hanya
terjadi pada diri (pengetahuan) pengarang. Sesungguhnya pengaruh dapat terjadi
pada diri pengarang dan pada “rapports de fait” (kenyataan), pada bahan
tercetak itu (intrinsik karya sastra itu sendiri). Dalam proses transmisi
pengaruh dapat mengakibatkan timbulnya tiga bentuk kelemahan, yaitu:
(a)
ia memberi implikasi bahwa pengaruh merupakan suatu
hubungan hakiki antara sumber dan karya.
(b)
Pengaruh juga memberi implikasi terlalu mendekatkan dua
buah karya (karya sumber dan karya yang kemudian) sedangkan hal sebenarnya
tidak selalu terjadi.
(c)
Pengaruh sering keliru dengan persamaan teks (textual
semiarities) yang dapat menjurus kepada tuduhan plagiatarisme.
Menghadapi masalah pengarh dalam
kajian sastra bandingan sesungguhnya melakukan kerja membandingkan bahan bacaan
: antara yang sedang dihadapi dengan semua bacaan yang telah silam. Seorang
pengkaji pengaruh haruslah orang yang memiliki ingatan yang kuat. Pengkaji
pengaruh harus memiliki pengetahuan dan kesusastraan yang luas; memiliki
pandangan yang lias, metodologi; yang baik dan rasional.
Pengaruh patut dikaji, karena kajian
ini menghubungkan dua buah karya sastra dengan perantara bahasa. Kajian itu
mungkin dilakukan secara kesejajaran (parallels) tanpa disadari oleh pengarang,
bila kita menggunakan kaidah linguistik Fendinand de Saussure, mencari dimensi
sinkronik atau diakronik. Pengalaman membacalah yang menjadi asas paling utama
untuk kajian pengaruh baik.
Seorang pengkaji pengaruh juga harus
mengetahui bahwa selain teks yang berbentuk penerbitan (buku), media lain
seperti radio, TV, musik bahan seni yang lain juga dapat mempengaruhi seorang
pengarang pada waktu proses penciptaan berlangsung.
Untuk menentukan wujud pengaruh
harus mempunyai alasan dan
bukti-bukti yang cukup kuat dan bersifat ilmiah, sebelum diketengahkan. Masalah
pengaruh dan keberhasilan karya sastra sepatutnya tidak dicampuradukan dalam
pengkajian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Baribin, Raminah. 2003. Sastra Bandingan. Paparan kuliah.
Semarang: UNNES PRESS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar