Laporan Hasil Wawancara
Oleh:
ü Nur
Hamid 2101405074
ü Daryat 2101405551
ü Yoga
Mustafa 2101407099
ü Annisa
Citra Sparina 2101408034
ü Ainun
Nusroh 2101408053
Rombel : 1
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
Sistem
Layanan Perpustakaan
Perpustakaan merupakan
pintu gerbang pengetahuan, menyediakan kebutuhan dasar bagi pembelajaran
sepanjang hayat, serta pengembangan kebebasan dan budaya, baik bagi individu
maupun kelompok.
Perpustakaan dapat
diartikan sebagai suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang
menghimpun, mengelola bahan-bahan pustaka, baik itu berupa buku-buku maupun
berupa bukan berupa buku yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu
sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh pemakainya. Sedangkan
perpustakaan sekolah adalah suatu perpustakaan yang ada di sekolah guna
menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan, baik sekolah dasar
maupun sekolah menengah.
Sistem layanan
perpustakaan, biasanya ditentukan oleh banyak hal yang menyangkut jumlah pustakawan,
jumlah koleksi yang dimiliki perpustakaan, jumlah pemakai yang dilayani, jenis
layanan, macam layanan yang tersedia, dan. besar kecilnya gedung perpustakaan. Sistem
layanan di perpustakaan ada dua macam, yaitu:
1.
Perpustakaan dengan Sistem Layanan
Terbuka (Open Acces)
Dalam sistem layanan terbuka (open
acces), para pengguna perpustakaan bebas mencari sendiri informasi
yang terekam dalam suatu dokumen berupa buku atau non buku (book
material atau pun non book material).
Sistem terbuka membebaskan pengunjung ke
tempat koleksi perpustakaan dijajarkan. Mereka dapat melakukan browsing,
melihat-lihat buku, dan mengambil sendiri buku yang diinginkan. Biasanya diterapkan
pada perpustakaan-perpustakaan yang memiliki volume koleksi yang besar,
dengan tenaga layanan yang jumlahnya sedikit.
Dalam perpustakaan dengan sistem terbuka
mempunyai keuntungan di antaranya:
· Pengguna
perpustakaan akan leluasa memilah-milah sendiri buku
· Tenaga
yang dibutuhkan tidak banyak.
Selain itu, perpustakaan dengan sistem terbuka juga
mempunyai kelemahan, antara lain:
· Pemakai
banyak yang salah mengembalikan koleksi pada tempat semula
sehingga koleksi tercampur aduk
sehingga koleksi tercampur aduk
· Petugas
setiap hari harus mengontrol rak-rak untuk mengetahui buku
yang salah letak
yang salah letak
· Kehilangan
koleksi relatif besar.
2.
Perpustakaan Layanan Tertutup (Close Acces)
Dalam sistem layanan tertutup (close
acces), para pengguna perpustakaan tidak bisa mengambil sendiri buku yang
diperlukan. Untuk mengetahui macam, jenis, subyek koleksi perpustakaan,
pengguna harus terlebih dahulu melihat pada katalog yang berkaitan dengan topik
atau pokok bahasan yang harus selalu melayani, mengambil dan mengembalikan buku
sehingga banyak memakan waktu. Pengunjung tidak diperkenankan masuk rak-rak
buku untuk membaca ataupun mengambil sendiri koleksi perpustakaan.
Kalau petugas layanan jumlahnya memadai,
sistem ini menguntungkan perpustakaan, namun bilaman tenaganya terbatas, maka sistem
ini akan melelahkan bagi petugas perpustakaan.
Seperti perpustakaan dengan sistem
terbuka, perpustakaan dengan system tertutup juga mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan perpustakaan
sistem tertutup:
· Koleksi
akan tetap terjaga kerapiannya
· Koleksi
yang hilang dapat diminimalkan
Sedangkan kelemahan
sistem tertutup:
· Banyak
waktu yang diperlukan untuk memberikan pelayanan
· Banyak
waktu yang diperlukan untuk mengisi formulir dan menunggu bagi yang mengembalikan
bahan-bahan pustaka
· Pemakai
tidak dapat browsing.
Teks
Wawancara
Sejak kapan Mak
Rinda menjadi petugas Kombat?
Sejak tahun 2006
Sejak kapan
Kombat menjadi perpustakaan dengan sistem tertutup?
Lebih jelasnya
sejak kapan, saya kurang tahu. Namun sebelum saya di sini, Kombat sudah menjadi
perpustakaan dengan sistem tertutup.
Menurut Mbak
Rinda, apa kelebihan perpustakaan dengan sistem tertutup?
Buku lebih rapi,
tertata, sesuai dengan tempat semula, mengurangi resiko buku hilang.
Lalu, apa
kekurangan perpustakaan dengan sistem tertutup?
Kekurangannya ya
paling hanya capek ngambil-ngambilin.
Bagaimana dengan
perpustakaan sistem terbuka, apa kelebihan dan kekurangannya?
Kalau
perpustakaan sistem terbuka petugas tidak perlu repot-repot mencarikan buku
yang diinginkan pengunjung. Pengunjung perpustakaan dapat dengan leluasa
memilih buku yang mereka inginkan, atau mungkin menemukan buku judul alternatif
dari buku yang mereka perlukan. Namun perpustakaan sistem terbuka harus ada
pengamanan dan pengawasan yang lebih ketat dibanding dengan perpustakaan sistem
tertutup karena lebih berpotensi terjadi kecurangan yang dilakukan oleh
pengunjung perpustakaan.
Selama Mbak
Rinda menjadi petugas Kombat, apakah pernah mengubah sistem layanan
perpustakaan?
Ada beberapa
yang saya ubah, namun saya tidak mengubahnya secara total. Pada awalnya semua
koleksi pustaka, meliputi skripsi dan buku teks saya buat sistem tertutup
total, jadi pengunjung tidak boleh memilih sendiri buku ataupun skripsi yang
mereka inginkan. Pengunjung hanya diperbolehan memilih koleksi pustaka yang
mereka inginkan dari katalog. Lama-kelamaan saya merasa kewalahan dengan sistem
seperti ini, karena kekurangan tenaga petugas perpustakaan. Lalu khusus untuk
koleksi skripsi, saya putuskan untuk memberlakukan sistem terbuka. Jadi bisa dikatakan
bahwa Kombat merupakan perpustakaan dengan sistem semi tertutup.
Selain perubahan
sistem seperti itu, ada perubahan atau perkembangan lain tidak, Mbak?
Bagi saya tidak
ada perubahan atau pun perkembangan yang signifikan, yang ada hanya pertambahan
koleksi pustaka tiap tahunnya. Penambahan koleksi tersebut berasal dari
sumbangan mahasiswa, anggaran jurusan, dan beberapa dari uang denda.
Apakah tidak ada
perubahan pengelolaan menggunakan sistem komputer?
Beberapa tahun
yang lalul memang pernah menggunakan sistem komputer, namun terkendala oleh
jaringan listrik yang kurang stabil, selain itu juga terkendali jaringan
internet yang menghubungkan perpustakaan jurusan dengan perpustakaan Unnes
pusat. Sering terjadi listrik padam ketika jaringan listrik kurang tersebut
tidak stabil. Hal ini menyebabkan sistem pelayanan dan pengelolaan terkendala.
Selain itu jika terjadi kerusakan pada jaringan internet maupun sistem
komputer, tidak bisa memperbaiki sendiri, jadi harus mendatangkan teknisi dari
perpustakaan Unnes pusat. Namun terkadang tidak ditangani secara cepat, sang
teknisi sering kali datang satu minggu atau bahkan lebih dari waktu pengaduan.
Jadi daripada menghambat jalannya pelayanan dan pengelolaaan, Kombat
meninggalkan sistem komputer, dan kembali menggunakan sistem manual saja.
Apa suka dan
duka Mbak Rinda menjadi petugas Kombat?
Sukanya, bisa
membaca buku-buku secara gratis dan bisa bercengrama dengan
mahasiswa-mahasiswa, bisa juga menambah wawasan dan mengembangkan diri.
Dukanya,
mahasiswa sulit diatur, tidak menaati peraturan, jika diperingatkan tidak
begitu mengindahkan, misalnya, mahasiswa sulit sekali diarahkan untuk
menggunakan rak sepatu dan tas yang telah disediakan. Kebanyakan mahasiswa
membiarkan sepatunya berserakan di depan pintu, membawa tas masuk ke ruangan,
tidak menjaga ketenangan dan keheningan perpustakaan, makan dan minum di dalam
ruangan perpustakaan, dan banya lagi tingkah polah mahasiswa yang membuat
emosi. Ya begitulah mahasiswa, ngeyelan....hha....
Selain ulah
mahasiswa tadi, dukanya yaitu kekurangan tenaga perpustakaan. Saya merasa
keberatan jika harus mengelola, melayani, dan mengawasi perpustakaan seorang
diri. Akibatnya, sering kehilangan koleksi pustaka karena pengawasan yang
kurang terhadap pengunjung yang datang ke Kombat.
Kenapa tidak
minta tambahan petugas perpustakaan lagi, Mbak?
Prosedur menjadi
petugas perpustakaan disini lumayan susah, harus secara terpadu melalui
perpustakaan Unnes pusat. Dulu ketika Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia masih
diketuai oleh Bapak Wagiran, pernah ada beberapa mahasiswa yang ditugaskan
untuk membantu saya. Namun kebijakan tersebut menemui beberapa kendala,
diantaranya mahasiswa tersebut tidak bisa siaga di Kombat karena terbentur oleh
jadwal kuliah selain itu juga mahasiswa tersebut tidak hapal koleksi-koleksi
pustaka yang dimiliki oleh Kombat.
Apakah pernah
mendapat teguran atau keluhan, Mbak?
Sekretaris
Jurusan pada saat itu Ibu Prapti pernah menegur saya ketika saya laporan kepada
beliau bahwa ada beberapa skripsi yang hilang, ada pula beberapa skripsi yang
hanya tertinggal sampulnya saja, sedangkan isinya sudah hilang. Pada saat itu
saya dimarahi kenapa bisa kehilangan banyak skripsi. Kan yang ngambil mahasiswa, kenapa saya yang kena marah. Kalau dari
mahasiswa rata-rata mengeluh tentang keterbatasan koleksi pustaka. Memang saya
akui koleksi di Kombat masih jauh dari
cukup jika digunakan untuk memenuhi kebutuhan pustaka mahasiswa Jurusan Bahasa
dan Sastra Indonesia dengan mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, apalagi
kurikulum kedua jurusan tersebut hampir sama, jadi kebutuhan pustaka antara
mahasiswa kedua jurusan tersebut relatif sama pada waktu yang bersamaan pula.
Apa harapan Mbak
Rinda untuk Kombat?
Harapan saya
sederhana saja, yaitu perpustakaan fakultas segera terealisasi. Ada wacana
bahwa perpustakaan di masing-masing jurusan yang terdapat di Fakltas Bahasa dan
Seni akan digabung menjadi satu. Namun sampai sekarang keberadaan perpustakaan
tersebut belum terealisasikan.
Profil Narasumber
Nama :
Arinda Rachmawati
TTL :
Surakarta, 1 September 1984
Alamat :
Jalan Melati III/ Nomor 3, Wijaya Kusuma 1, Demak
Profesi :
Pustakawan
Unit Kerja : Komunitas
Batja (Kombat)
Referensi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Masa
bakti : 5 tahun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar