Menjunjung Tinggi Bahasa Persatuan
di Sekolah Bilingual
Oleh:
Annisa Citra Sparina
Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Itulah bunyi Sumpah Pemuda yang ketiga. Momentum 28 Oktober, sebagai hari Sumpah
Pemuda, senantiasa mengingatkan kepada kita akan pentingnya bahasa Indonesia.
Coba bayangkan kalau tidak ada bahasa Indonesia, komunikasi antara orang Jawa
dengan orang Sunda saja yang masih satu pulau akan terhambat, apalagi jika
sudah melampaui batas pulau. Melalui bahasa Indonesia ratusan etnis di kepulauan
nusantara dipersatukan.
Seperti halnya para
pemuda jaman dahulu yang terus bergerak untuk menuju kemerdekaan bangsa
Indonesia, pemuda Indonesia sekarang pun harus tetap bergerak menjaga
kemerdekaan, salah satunya dengan berbahasa Indonesia dengan baik. Keinginan
untuk melestarikan bahasa tentunya merupakan niat yang mulia dan patut
didukung. Hanya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana hal tersebut sebaiknya
harus diwujudkan. Lalu bagaimana pula kita menjunjung tinggi bahasa Indonesia
di sekolah bilingual?
Ada hal menarik yang
terjadi belakangan ini. Banyak sekolah
di Indonesia berusaha mengubah dirinya menjadi sekolah bilingual yang
cenderung lebih mengutamakan kemahiran berbahasa Inggris. Sehari-hari para
siswa diharuskan memakai bahasa Inggris padahal belum tentu bahasa Indonesia
yang mereka gunakan sudah baik, sopan dan sesuai dengan aturannya. Bahasa
pengantar yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar didominasi oleh bahasa
Inggris. Di sisi lain bahasa Indonesia sangat diminati warga asing. Saat ini
ada 45 negara yang ada mengajarkan bahasa Indonesia, seperti Australia,
Amerika, Kanada, Vietnam, dan banyak negara lainnya.
Sekolah bilingual
merupakan sekolah yang saat ini cukup digemari oleh masyarakat Indonesia. Para
orang tua berlomba-lomba memasukkan anak mereka di sekolah bilingual dengan
alasan bahwa sekolah bilingual lebih bermutu atau hanya sekadar alasan prestige. Begitu pula anak-anak mereka,
rajin mengikuti bimbingan belajar untuk dapat diterima di sekolah bilingual,
yang bisa dibilang sebagai sekolah unggulan.
Mengapa bahasa Inggris begitu gencar
digalakkan di Indonesia? Hal ini tentu saja karena tantangan pengaruh
globalisasi. Bahasa Inggris sudah menjadi bahasa internasional, jika kita tidak
menguasainya kita akan kesulitan bersosialisasi dengan masyarakat dunia atau
internasional.
Sebagai contoh, siswa
yang mengikuti lomba tingkat internasional tidak bisa banyak berkata menjawab
soal. Bukan karena mereka tak kompeten dalam bidangnya, namun karena penguasaan
bahasa Inggris yang minim. Tentu saja kondisi ini amat disayangkan.
Kondisi seperti ini
tentunya jangan sampai terjadi lagi. Seperti halnya bahasa Indonesia yang
mempersatukan ratusan etnis di kepulauan nusantara, begitu pula bahasa Inggris
yang mempersatukan ratusan negara di dunia. Dunia sudah masuk ke lingkungan
pergaulan global. Jadi tidak ada salahnya bangsa Indonesia menggalakkan
pemakaian bahasa Inggris, karena menutup diri berarti menghalangi kemajuan
bangsa kita sendiri.
Lalu bila kita belajar
dan menggalakkan pemakaian bahasa Inggris, apakah kita jadi tidak mencintai
bahasa Indonesia?
Berkenaan dengan hal
itu, yang terpenting adalah bahwa bila kita ingin melestarikan bahasa Indonesia
kita harus ‘memampukan’ pengguna bahasanya. Jangan sampai upaya untuk
melestarikan bahasa Indonesia justru ‘mengerdilkan’ pengguna bahasa itu
sendiri. Bahasa tidak akan berkembang tanpa dukungan dari pengguna bahasa itu,
dan sebaliknya pengguna bahasa itu juga takkan dapat berbuat banyak bila mereka
ada dalam keadaan terpinggirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar