a.
Makna
1. Makna adalah konsep abstrak pengalaman manusia, tetapi bukanlah
pengalaman orang per orang. (Semantik, I Dewa Putu Wijaya, Fakultas Sastra
Universitas Gadjah Mada, 1999)
2. Makna adalah
‘pengertian’ atau ‘konsep’ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda
linguistik. Makna itu adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh
setiap morfem, baik yang disebut dasar atau morfem afiks. (Ferdinand De
Sausure, 1989:287).
3. Aspek makna menurut Palmer (1976) dapat
dipertimbangkan dari fungsi, dan dapat dibedakan atas
a. sense ‘pengertian’
b. feeling ‘perasaan’
c. tone ‘nada’
d. intension ‘tujuan’
(Semantik
2: Pemahaman Ilmu Makna, Prof. Dr. T. Fatimah Djajasudarma, 1993: 2)
4.
Dalam buku
“The Meaning of Meaning”, Ogden dan Richards, telah memperbincangkan meaning /
makna dengan panjang lebar.
Batasan-batasan makna, makna adalah:
a)
Suatu sifat
intrinsik.
b)
Suatu
hubungan khas yang tidak teranalisis dengan hal-hal/ benda-benda lain.
c)
Kata-kata
lain yang digabungkan dengan sebuah kata dalam kamus.
d)
Konotasi
suatu kata.
e)
Suatu
esensi, intisari pokok.
f)
Suatu
kegiatan yang diproyeksikan ke dalam suatu objek.
g)
-Suatu
peristiwa yang diharapkan
- Suatu kemauan
h)
Tempat atau
wadah sesuatu dalam suatu sistem.
i)
Konsekuensi-konsekuensi
praktis suatu hal atau benda dalam pengalaman masa depan kita.
j)
Konsekuensi-konsekuensi
teoritis yang terlibat atau terkandung dalam suatu pernyataan.
k)
Emosi yang
ditimbulkan oleh sesuatu.
l)
Yang secara
aktual berhubungan dengan suatu tanda oleh suatu hubungan tertentu.
m)
- Efek-efek
yang membantu terhadap sesuatu perangsang asosiasi-asosiasi yang diinginkan.
- Beberapa kajian terhadap mana efek-efek yang membantu
ingatan pantas dan cocok.
- Terhadap maka suatu tanda diinterprestasikan sebagai cikal
bakalnya.
- Segala sesuatu yang disarankan oleh sesuatu dalam hal
lambang-lambang.
- Segala sesuatu yang secara aktual merupakan tempat mengacu
sang pemakai lambang.
n)
Wadah,
tempat pemakai suatu lambang harus mengacukan diri. Wadah, tempat pemakai
sesuatu lambang meyakini dirinya diacukan
o)
Wadah,
tempat penafsir suatu lambang
1.
Mengacu
2.
Meyakini
dirinya diacukan
3.
Meyakini
pemakai diacukan
(Ogden &
Richards, 1956:186-187)
5.
Makna sering
diartikan sebagai pertautan yang ada di antara unsure-unsur bahasa itu sendiri
(terutama kata-kata). Makna menurut Palmer (976: 204) hanya menyangkut
intrabahasa. Sejalan dengan pendapat tersebut, Lyons (1977:204) menyebutkan
bahwa mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata
tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata
tersebut berbeda dengan kata-kata lain.
b.
Semantik
1.
Semantik berasal dari
bahasa Yunani mengandung makna to signify
atau memaknai. Sebagai istilah teknis semantik mengandung pengertian studi
tentang makna. (Aminuddin [1988 : 15])
2.
Semantik adalah cabang
linguistik yang membahas arti atau
makna. Contoh jelas dari perian atau “deskripsi” semantis adalah leksikografi:
masing-masing leksem diberi perian artinya atau maknanya: perian semantis. (Asas-Asas
Linguistik Umum, J. M. W. Verhar bab ii halaman 13)
3.
Kata semantik dalam bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Yunani sema
(kata benda) yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti ‘menandai’ atau
‘melambangkan’. (Chaer 1990:2 dan Djajasudarma 1993:1)
4.
Semantik adalah
‘pengertian’ atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda
linguistik. (Linguistik Umum, Drs. Abdul Chaer bab vii halaman 287)
5.
Kata semantik kemudian
disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang
mempelajari hubungan studi dalam linguistic yang mempelajari makna atau arti
dalam bahasa. (Chaer 1990:2 dan Lyons 1995:3)
c.
Semiotika
1. Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. “Ilmu ini
menganggap bahwa kejadian sosial di masyarakat dan kebudayaannya merupakan
tanda-tanda”. (Preminger, 2001:89)
2.
Semiotika menurut Berger memiliki dua
tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan Charles Sander Peirce
(1839-1914). Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah
dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Peirce di Amerika
Serikat. Latar belakang keilmuan adalah linguistik, sedangkan Peirce filsafat. Saussure
menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi (semiology).
3.
Semiotika berasal dari kata Yunani: semeion,
yang berarti tanda. Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai
metode kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada
kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa.
Dengan kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial.
Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktek sosial dapat dianggap
sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal
ini dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri. (Piliang, 1998:262).
terima kasih pembahasannya, mampir juga ke blog ane, Tweetilmu
BalasHapus